Yuhuu…! Selamat datang sobat di Notula Rubrik Edisi Wisudawan Terbaik part 2.

Diskusi ini berlangsung pada hari Minggu, 9 April 2017 pukul 20.00-22.00. Dimoderatori pula oleh Syahiidah Muthmainah, Redaktur UNJKita.com. Narasumber istimewanya, yakni Syahril Sidik, S. Ag., yang telah menyandang predikat wisudawan terbaik dari FIS tahun 2016.

Wisudawan terbaik kali ini merupakan seorang organisatoris handal sekaligus akademis berprestasi. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua BEM FIS UNJ 2014 dan Kepala Departemen Sospol BEM UNJ 2015. Syahril juga menjadi delegasi JENEYS 2.0 Tokyo Jepang dr UNJ. Keren kan? Nah, yuk kita kupas tuntas cerita dan tips-trik ala kakak satu ini.

SESI MATERI

Bagi Kak Syahril, apa sih makna wisudawan terbaik?                       

Dalam konsep dasar hidup, bertambahnya faktor input memiliki sebuah konsekuensi logis, yaitu bertambahnya pula output. Jika saya memaknai status ini sebagai input dari Allah untuk diri saya, maka saya punya tangung jawab untuk mengkonversi status ini menjadi nilai-nilai kebaikan dari diri saya yang lebih banyak.

Jika saya memaknai status ini sebagai input dari Allah untuk diri saya, maka saya punya tangung jawab untuk mengkonversi status ini menjadi nilai-nilai kebaikan dari diri saya yang lebih banyak.

Sebelumnya pernah kah terlintas ingin menjadi wisudawan terbaik? Jika iya, apa tuh kak yang melatarbelakangi? Serta tujuan kakak menjadi wisudawan terbaik?

Kita tahu setiap kita dilahirkan sebagai pemenang, bahkan sebelum janin kita terbentuk. Maka orientasi pribadi untuk jadi yang terbaik besar kemungkinan ada dalam setiap benak manusia, termasuk saya meski hanya sekedar terlintas. Untuk tujuan, sejak tahun pertama di kampus ada satu hal yang ingin saya buktikan. Bahwa organisasi terlalu mahal jika harus dijadikan kambing hitam untuk lemah dan tidak bergairah dalam urusan akademik. Karena saat pertama kenal organisasi, rasanya saya sprti baru pertama kali bisa berbicara, pertama kali bisa berjalan hingga pertama kali bisa mengolah hati untuk merasa. Haha… berlebihan ya. Tapi disitulah saya bahagia dan mulai menemukan diri saya sendiri.

Nah, setelah mendapat gelar “yang dicantumin di jarkoman itu”, saya berharap bisa memberi sedikit hadiah dan motivasi untuk adik-adik yang tengah berjuang di organisasi. Ingin rasanya saya katakan “Anda berada pada jalan yang benar”. Tetapi ingat, satu kebaikan tidak pantas jadi alasan untuk tidak memperjuangkan kebaikan yang lain.

MaasyaAllah. Nah kak, dalam meraih gelar wisudawan terbaik adakah kendala-kendalanya? Sharing dong kak lika-likunya. Apalagi kakak seorang aktivis yang maasyaAllah juga totalitasnya.                       

Wah, kendala pasti ada ya. Salah satu konsekuensi logis dari perjalanan seorang pemenang adalah mendapatkan ujian. Sebab dalam hidup yang sebenarnya, tidak bisa ada praktik suap menyuap untuk naik kelas selain membuktikan kualitas diri yang lulus tes dan teruji. Saya mengajak kita semua mengingat-ingat seminar yang pernah kita datangi atau nanti datangi acara-acara yang menghadirkan orang-orang sukses di dalamnya. Pasti peserta ada yang bertanya, “Bagaimana kisah Anda untuk meraih kesuksesan seperti sekarang ini?” Saya jamin dan saya yakin sekali, tidak akan ada yang menjawab seperti ini, “Sejak kecil hidup saya baik-baik saja, seluruh kebutuhan tercukupi, belajar dengan nyaman bla bla bla.”

Tetapi mereka akan mengatakan, “Dahulu hidupku tak mudah, berhasil ku dapatkan uang tapi tak ku makan sendiri. Berhasil ku dapatkan ilmu tapi tak sedikitpun lupa untuk ku bagi kembali.” Nah, dari analogi itulah saya makin tumbuh percaya diri, meski ceritanya saya karang sendiri. Terus gimana lika-liku perjuangan saya, ya biar kaya orang sukses pasti saya jawab sulit, serius SULIT.

Waaahh mantaap kali kak! Kakak kan aktivis ya, bukan aktivis ecek-ecek pula. Bahkan bisa dibilang  tokoh mahasiswa lah. Pada masanya pernah menjadi kadep sospol sekaligus menjadi korwil BEMSI untuk wilayah Jabodetabek. Konsol sana sini sampai malam, aksi sana-sini, temu tokoh, koordinir pasukan, kasih pencerdasan ke adik-adik. Dulu masa yang bersamaan juga kakak sedang masa-masa menyelesaikan study. Nah, gimana tuh tips kakak ngakalin waktunya?                       

Mungkin sama aja kaya teman-teman, saya manfaatkan malam-malam saya untuk belajar. Selain itu fokus saat di kelas. Lalu saya juga punya sahabat yang selalu siap mengingatkan saya. Organisasi membuat kita terbiasa berada dalam tekanan. Kita dituntut disiplin dan profesional serta bersungguh-sungguh menjalankan semua pekerjaan. Jadi saat diadopsi di akademik semuanya lebih mudah, terlebih dengan bantuan Allah.

Bagi saya cara terbaik belajar manajemen waktu adalah berada langsung pada posisi tersebut.

Bagi saya cara terbaik belajar manajemen waktu adalah berada langsung pada posisi tersebut. Berpikir realistis sebelum memilih terjun itu perlu. Tapi seringkali kita terlalu banyak khawatir, pada akhirnya kita gagal memacu diri kita untuk berani terjun. Karena kalau sudah berada pada posisinya, kita akan mengerti sendiri apa ygang seharusnya didahulukan. Teorinya hanya teori prioritas.

  1. Dahulukan yang lebih baik secara manfaat
  2. Jika keduanya baik, dahulukan yang tidak bisa dilakukan di waktu lain
Sewaktu sama-sama di Departemen Sospol, kalau gak salah kakak pernah cerita kalau kakak dapat bantuan dari Allah untuk nilai PKL. Boleh diceritakan disinikah kak? Barangkali bisa jadi insight baru buat adik-adik.                  

Saat semester 7, jurusan saya wajib mengikuti PKL. Kami ada di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, jadi bukan pendidikan. Dengan sangat terpaksa saya harus PKL, saat itu amanahnya di Kadept. Sospol BEM UNJ. Ketika saya harus Mukernas, Konsolnas maupun agenda-agenda lain bersama ketua BEM UNJ mulailah saya keteteran untuk PKL. Syarat minimal PKM selama tiga bulan. Saat itu, sy PKL di TV One divisi talent. Karena terus aktif di gerakan UNJ KULIAH DI JALAN, akhirnya sekitar dua pekan atau gak sampai 1 bulan saya putuskan berhenti PKL.

Saya yakin keputusan itu karena amanah saya menyangkut orang banyak. Saya pun mikir bisa mengulang di semester 9. Tapi di akhir semester 7, saya temui dosen tanpa bawa laporan, beliau beri nilai saya A. Bahkan tanpa mau menjelaskan kenapa. Beliau hanya bilang, “Semangat dan terus berjuang!” Ya Allah, semoga beliau sehat dan dalam keadaan baik.

MaasyaAllah. Luar biasa ya pertolongan Allah. Setelah satu tahun berlalu pasca mendapat predikat wisudawan terbaik, apa yang sudah kakak lakukan? Dan apa rencana kakak berikutnya?

Semakin saya dalami organisasi di kampus, semakin saya rindu kembali ke universitas yang sesungguhnya. Saya ini anak rakyat, sejak SD hingga kuliah tidak pernah bayaran. Rakyat yang biayai lewat berbagai program beasiswa. Tanpa perlu pikir panjang, setelah lulus saya ingin bersamai masyarakat. Memberi warna meski hanya satu demi satu titik di tengah luasnya kertas kebutuhan mereka.

Saya masuk melalui jalur karang taruna sejak lulus. Mulai jenjang RT. Hari ini Allah beri amanah sebagai Kadep Kaderisasi dan SDM di karang taruna kelurahan. Juga mulai tahun ini jadi Sekretaris RW. Di kampus juga masih membersamai teman-teman. Rencana kuliah ada, doain ya, mungkin nanti setelah rindu saya terobati.

Uuuh mantap! Terakhir nih kak, kasih tips/strategi dong buat adik-adik disini biar bisa jadi wisudawan terbaik.       

Janji Allah itu pasti. Gak ada yang lebih pasti dari itu. Tugas kita hanya ikuti syaratnya, lalu berdoa apa yang kita mau. Satu catatan dalam berdoa, berhentilah mendoakan dirimu. Mulailah mendoakan orang lain. Sebab saat kita berdoa kebaikan pada saudara kita, Malaikat akan menjawab ” Dan untukmu juga seperti itu. So, yang doain saudara kita itu cuma kita yang banyak dosa. Tapi yang doain kita malaikat yang senantiasa amalnya terjaga.

SESI DISKUSI

Pertanyaan Pertama
Kak Syahril sewaktu masih menjadi mahasiswa baru lalu terjun ke organisasi, apa pada saat itu sudah bisa membagi waktu sehingga akademik dan organisasinya sama-sama seimbang dan bagus, atau malah sebaliknya? Akademik kacau gara-gara kebanyakan organisasi atau amanah banyak yang lalai. Jikalau iya, apa yang pada akhirnya membuat Kak Syahril bangkit sehingga bisa menyeimbangkan keduanya. Jika tidak, bagaimana sih kak supaya bisa berjuang untuk keduanya agar sama-sama seimbang walaupun situasinya berat? Oleh: Saya Linda Dwiyanti dari Fakultas Ilmu Sosial 2016

Jawaban:

Saking semangatnya organisasi, tahun pertama saya langsung masuk BEM Fakultas. Jadi gak ke BEMJ/P. Tetapi karena memang saya punya ekspektasi yang tinggi, walau belakangan saya gak pernah menyarankan ke siapapun untuk ini. Kelabakan pasti, tapi disitulah kita belajar. Sebagaimana tadi saya jelaskan terkait manajemen waktu. Selalu ada motivasi yang kuat di balik perjuangan yang hebat. Begitu kira-kira Linda, saya menjadikan perbanyak amal sebagai motivasi dalam organisasi. Plus orang tua dan keluarga sebagai motivasi untuk kuliah. Alhamdulillah keduanya berjalan, dan teringat saat saya mulai lalai.

Tanggapan:

MasyaAllah… Begitu ya Kak. Tapi gimana ya caranya biar kita bisa mengubah mindset kita untuk mengejar akademik semata-mata karena Allah Ta’ala. Karena jujur dipikiran saya pengennya IP paling tinggi inginnya menjadi Mapres dengan alasan biar bisa bahagiain orang tua. Yang kaya gitu salah ya mikirnya.. Hehe

Kita ini manusia bukan malaikat. Orientasi dunia sangat memungkinkan bahkan perlu. Karena iman naik turun. Gak ada masalah selama menjadikan kita kembali fokus pada target, apalagi untuk orang tua.

Pertanyaan Kedua
Menurut Kak Syahril apa yang sebenarnya merupakan hal penting yang harus dilakukan saat menjadi mahasiswa, tapi banyak dilupakan oleh mahasiswa itu sendiri? Oleh: Istiandari, PG PAUD 14

Jawaban:

Satu hal, kesadaran akan begitu berharga dirinya. Kita beruntung, diantara ratusan juta rakyat kita mampu mengenyam pendidikan tertinggi. Tetapi kita banyak mengeluh, terlalu cinta pada diri kita sendiri. Sehingga lupa rakyat membiayai kita untuk membantu kehidupannya.

Ada yang yakin kuliah dengan biaya sendiri? Gak ada teman-teman, semuanya disubsidi. Yang beda hanya besarannya. Ini mengapa alokasi APBN untuk pendidikan sangat besar. Dan rakyat yang biayai itu. Maka kita harus bijak, dan mulai berpikir apa yang bisa kita sumbangkan untuk mereka sebagai bentuk balas budi jika benar cinta.

Pertanyaan Ketiga
Sebelumnya makasih Bang Syahril atas inspirasinya. Mau nanya nih bang, bagaimana sih cara kita menggembleng diri kita agar senantiasa istiqomah dalam mengejar cita cita kita? Oleh: Anas, KPI 2016.

Jawaban:

Sebelum jauh melangkah, perlu rasanya menelisik cita-cita kita itu sendiri. Sesuatu yang baik jika tidak dilandasi niat yang baik maka terlepas dari rahmatNya. Misal, mau menjadi ketua BEM itu baik, tapi kalau niatnya keliru gak bisa. Kenapa penting? Kenapa seluruh keberhasilan kita bukan karena kita, tetapi karena Sang Pemberi Rahmat merestui. Kalau fix cita dan niatnya baik, maka tidak sendiri dalam mewujudkannya. Ini yang mempermudah dan banyak bantu kita. Di sisi lain kita perlu terus upgrade diri. Ujian akan cita pasti bertambah, kalo kompetensi diri dipacu maka selamat. Kalo tidak ada perbaikan, kita kalah.

Pertanyaan Keempat
Kak Syahril kan dulu aktivis bahkan sampai sekarang masih. Bagaimana cara membagi waktu dengan keluarga? Dan bagaimana tanggapan keluarga atas kesibukan ka Syahril? Oleh: Maisya, FE 2015

Jawaban:

Ada satu hal yang selalu saya tanamkan pada diri saya, “Ril, sebagai apapun dirimu di luar sana. Kau masih anak dari seorang ayah dan seorang ibu. Kau msh seorang kakak dari dua orang adik, atau adik dari seorang kakak. Atau engkau pun masih keponakan dari sekedar paman dan bibi. Jika datang waktunya, maka pulanglah. Memang tak sehingar bingar dirimu di dunia kerja atau tak segemerlap penuh lampu sorot saat dirimu di organisasi. Tapi inilah rumah kecil yang melahirkanmu dan orang-orang yang dahulu mendorong bahkan menggendongmu sejak masih tak mampu berbuat apapun.”

Maka cinta pada keluarga tak bisa ditawar. Ialah bahan bakar kita setelah iman untuk berjuang. Alhamdulillah support karena persis mengetahui ada dimana dan sedang apa buah hatinya. Jadi kita juga punya adab, jangan mentang-mentang hebat, aktivis masyarakat, tapi buruk perlakuan terhadap keluarga. Berikan yang mereka butuhkan, waktu tenaga harta bahkan apapun. Sibuk? Kita belum setara nabi yang mengelola negara, memperbaiki umat dan bertanggungjawab atas keseluruhannya. Namun beliau tetap bisa dikenal sebagai teladan terbaik bagi keluarga.

Jadi kita juga punya adab, jangan mentang-mentang hebat, aktivis masyarakat, tapi buruk perlakuan terhadap keluarga. Berikan yang mereka butuhkan, waktu tenaga harta bahkan apapun.

Pertanyaan Kelima
Kakak pernah punya mind map setiap tahunnya mulai awal kuliah gak? Atau mengalir begitu aja? Kalau punya, gimana cara menjaga supaya tidak melenceng dari target sendiri?  Oleh: Rizki, PLB 2015

Jawaban:

Ada, tapi mungkin gak serapi dan sebaik yang lain. Terutama perempuan seperti Kak Nisa kemarin. Mungkin umumnya laki-laki begitu (mencoba mencari pembenaran, hehe..). Saya juga “korban” para trainer di masa lalu yang menyuruh kita menulis 100 mimpi, sampai hari ini sudah 22 point terpenuhi. Saya rutin membuat jadwal per pekan, itupun cuma biar sekedar ingat.

Tanggapan:

Berarti menurut kakak yang penting disiplin di hari ini untuk kesuksesan di masa depan gitu ya Kak? Oke deh. Makasih ya Kak.

Jawaban

Yap, target saya kecil-kecil dan pendek masanya. Saya percaya ungkapan “sedikit menjadi bukit.” Ada satu kelebihan, saya gak mudah jenuh dan jadi cepat berhasil karena kecil dan pendek tadi. Nah, dari situlah dipupuk semangat untuk ambil target yang lebih besar dan panjang ke depannya. Orang-orang bijak di sosmed bilang, kampung kita itu di surga. Maka seluruh tingkah laku kita di dunia patutnya yang mengarahkan kita ke sana.

PENUTUP

Oya teman-teman, kita tidak kerdil dalam menilai sebuah perjuangan. Yang punya uang banyak bisa bantu mereka yang kesulitan. Yang punya ilmu ajarkan mereka membangun peradaban. Yang bisanya bikin puisi gubah syair-syair terbaik gelorakan perjuangan. Atau bisanya bernyanyi, maka menyanyilah untuk semangati mereka yang mulai kelelahan. Karena jalan perjuangan itu yang dekat dengan kita, bukan yang sulit dijangkau.

Saya bersyukur diberikan kesempatan, mohon doa biar bisa terus perbaiki diri. Saya ucapkan terima kasih untuk teman-teman semua, semoga sehat dan terus semangat menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat untuk orang lain. Pun tak lupa untuk UNJ KITA, terus hidup dengan tak hanya membangun citra positif tapi juga memberikan evaluasi dan pembelajaran yang efektif untuk kampus kita tercinta.

Lengkap sudah sobat notula Rubrik di edisi Wisudawan Terbaik. Begitu banyak hikmah yang nantinya bisa kita internalisasi dalam kehidupan. Tetap semangat dan mulai belajar memaknai sebuah perjuangan sekecil apapun di sekitar kita. Keep inspiring and being marvelous ever after!

Categorized in: