Pondok Pesantren (PP) adalah lembaga pendidikan bersejarah yang kiprahnya turut membangun pondasi negara Indonesia. Banyak PP yang umurnya jauh lebih tua dari umur negara ini. Tidak sedikit Ulama-ulama pesantren yang berperan menjadi guru bangsa dan panutan rakyat dalam mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan. Penulis merangkum 6 Pesantren yang lahir sebelum Indonesia merdeka dan tetap eksis hingga saat ini,
Pesantren Sidogiri
Pondok Pesantren yang pertama harus kamu kenal adalah Sidogiri. Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren (PP) Sidogiri yaitu 1718 atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718.
Pesantren sidogiri memiliki banyak prestasi, salah satunya adalah tempat lahirnya banyak ulama handal. Syaikhona Cholil Bangkalan, Sang Guru para Kyai Tanah Jawa, adalah salah satu dari sekian banyak ulama handal jebolan Sidogiri.
Di Masa Sekarang alumni PP Sidogiri yang cukup terkenal adalah Ustadz Idrus Ramli yang terkenal ahli debat, kamu dapat melihat video-video ceramah beliau di youtube. Bahkan santri-santri PP Sidogiri terbiasa dalam diskusi Ilmiah, salah satu contohnya mereka membuat buku “Mungkinkah Sunnah Syiah Bersatu Dalam Ukhuwah?” untuk membantah pembelaan Quraish Shihab terhadap Syiah dalam bukunya “Sunnah -Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?”
Tak hanya mencetak ulama, Pondok Pesantren Sidogiri juga tercatat sebagai pesantren mandiri paling sukses mengembangkan ekonomi pesantren, dengan membangun Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) dan Baitul Mal Wat Tampil (BMT). Masing – masing berpenghasilan bersih perbulan mencapai puluhan milyar rupiah. Pesantren Sidogiri menjadi proyek percontohan Kopontren dan BMT di Indonesia.
Pesantren Langitan
PP Langitan dahulunya adalah hanya sebuah surau kecil tempat pendiri Pondok Pesantren Langitan, KH. Muhammad Nur mendirikan dan mengasuh pondok ini kira-kira selama 18 tahun (1852-1870 M). PP Langitan saat ini dihuni oleh lebih dari 5500 santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan sebagian Malaysia ini.
Banyak tokoh-tokoh besar dan pengasuh pondok pesantren yang dididik dan dibesarkan di Pondok Pesantren Langitan ini, seperti KH.Kholil Bangkalan, KH. Hasyim Asy’ary, KH. Syamsul Arifin dan lain-lain.
Pesantren Tebuireng
Lalu pada tanggal 26 Rabiul Awal 1317 H (bertepatan dengan tanggal 3 Agustus 1899 M.), Kiai Hasyim mendirikan sebuah bangunan kecil yang terbuat dari anyaman bambu (Jawa: tratak), berukuran 6 X 8 meter.[2] Bangunan sederhana itu disekat menjadi dua bagian. Bagian belakang dijadikan tempat tinggal Kiai Hasyim bersama istrinya, Nyai Khodijah, dan bagian depan dijadikan tempat salat (mushalla). Saat itu santrinya berjumlah 8 orang,[3] dan tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.
Pesantren Gontor
Sejarah Pondok Modern Gontor mengalami perjalanan yang cukup panjang. Meski Pondok Gontor saat ini dikenal baru berdiri pada tahun 1926, namun sebenarnya ia sudah ada sejak sekitar abad ke-18. Pada abad tersebut ada sebuah pondok besar di kota Ponorogo. Namanya Pondok Tegal Sari. Gontor Modern didirikan oleh Ahmad Sahal (anak kelima), Zainuddin Fannani (anak keenam), dan Imam Zarkasyi (anak bungsu).
Pondok Modern Darussalam Gontor telah mencetak kader-kader pemimpin umat yang mampu berkiprah dimasyarakat. Diantaranya: Idham Cholid (Ketua Tanfidziyah Nahdlatul Ulama pada tahun1956-1984), Hidayat Nur Wahid ( Ketua MPR 2004-2009), Hasyim Muzadi, Din Syamsuddin, Abu Bakar Ba’asyir, dan masih banyak lagi. PP Gontor semakin dikenal orang dengan hadirnya novel negeri 5 menara yang ditulis oleh alumninya Ahmad Fuadi.
Pesantren Lirboyo
Lirboyo, adalah nama sebuah desa yang digunakan oleh KH Abdul Karim menjadi nama Pondok Pesantren. Terletak di barat Sungai Brantas, di lembah gunung Willis, Kota Kediri. Awal mula berdiri Pondok Pesantren Lirboyo berkaitan erat dengan kepindahan dan menetapnya KH Abdul Karim ke desa Lirboyo tahun 1910 M
Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.PP Lirboyo ikut berperan dalam pergerakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
KH. Mahrus Aly pimpinan generasi ke-3 ikut berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan ini nampak saat pengiriman 97 santri pilihan Pondok Pesantren Lirboyo, guna menumpas sekutu di Surabaya, peristiwa itu belakangan dikenal dengan perang 10 November. Pasukan ini akan menjadi embrio berdirinya Kodam V Brawijaya. Selain itu KH. Mahrus Aly juga berkiprah dalam penumpasan PKI di sekitar Kediri.
Pondok pesantren adalah instansi pendidikan yang mengambil peran dalam sejarah Indonesia yang tetap berperan hingga saat ini. Yuk belajar di pesantren, atau untuk kamu mahasiswa pendidikan boleh banget loh ngajar di pesantren.