April Mop ha . . . ha . . .
Pagi ini, menunggang roda dua, aku beranjak ke kampus yang katanya kampus hijau itu. Seperti biasa, aku memasuki gedung yang berputar melingkar untuk memarkirkan tungganganku. Uniknya, tak sedikit orang yang berimajinasi bahwa gedung itu bak ITC. Aku tentu tak langsung mengamininya, karena dalam kacamataku gedung itu jauh lebih memukau dibandingkan ITC.
Jika ITC diwarnai dengan dua atau tiga warna cat, gedung kami diwarnai dengan lebih banyak warna. Ornamen kertas pengumuman dan brosur yg sudah kadaluarsa, hingga tulisan memukau di beberapa lantai sungguh menambah nilai estetika.
Jika ITC di setiap lantainya terdapat beberapa petugas parkir yang bersiap siaga, kami pun memilikinya, bahkan saking banyaknya tak bisa kami hitung berapa jumlah pastinya.
Kami tentu berbangga mempunyai kolam di dalam ruangan parkir. Mungkin pengelola gedung ini terinspirasi dan mendalami kaidah Feng Shui. Sehingga, menempatkan kolam di lantai satu gedung parkir.
Gedung ini sungguh teramat mewah. Jika beruntung, pelanggan dapat melihat air terjun dengan mata telanjang berada di antara anak tangga dalam gedung ini. Sungguh tak sebanding dengan ITC, bukan?
Bahkan ketika malam, gedung ini bisa dijadikan tempat hiburan untuk menghilangkan penat, dengan penerangan yang dibiarkan remang remang dibeberapa titik, menjadikan tempat ini tak terlalu buruk untuk dijadikan sebagai tempat hiburan. Ya, meski ala kadarnya. Ini semakin memanjakan kami sebagai pelanggan setia gedung ini.
Jika di ITC ketika keluar gedung hanya diperiksa kelengkapan surat kendaraan, kami lebih dari itu, itulah sebabnya ketika kami ingin keluar gedung, mungkin merupakan persoalan biasa ketika kami harus menunggu hingga 10 menit untuk melalui proses pemeriksaan, terutama pada rush hour, mungkin bisa lebih dari itu, antrean menuju pintu keluar bisa hingga lantai tiga. Bukan hal mudah memang untuk dapat lalu lalang keluar dari gedung parkir ini, pengelola parkir menggunakan SOP yang cukup ketat.
Oh, itu hanya sekelumit dari keberhasilan pengelola gedung parkir ini, Niaga Parking. Belum lagi perihal Parking Line yg digunakan di sini bukanlah sesuatu yang dapat kami lihat, namun pengelola membuat kami dapat merasakannya. Yaa dengan sedikit olahraga geser kanan kiri bak senam (poco-poco) kami dibuat semakin peka untuk merasakan posisi yg ‘pas’ pada sudut kemiringan kendaraan yg kami parkirkan.
Masalah kesejahteraan karyawan?
Oh jangan ditanya, selain memanjakan pelanggan, pengelolapun tak lupa memanjakan karyawannya, kenaikan gaji 200rb belum lama ini setidaknya cukup untuk memastikan gelas plastik terisi kopi ditemani beberapa batang rokok, bukan?
Semua itu semakin memantapkan diriku bahwa pengelola yang bertanggung jawab atas gedung memutar ini memang berhasil membuat pelanggannya terpukau. Ya, saking terpukaunya, tak jarang dalam sehari ada saja pelanggan sangat antusias berdialog dengan petugas parkir. Bukan untuk apresiasi, melainkan mengeluhkan keresahan hati.
“Pak, helem saya hilang . . .”
“Pak, pelindung knalpot saya patah . . .”
“Pak, spion saya pecah . . .”
“Pak, helem saya ada yang menukar . . .”
“Pak, mengapa untuk keluar saja harus menunggu hingga puluhan menit . . .”
“Pak . . .”
Ya, inilah Niaga Parking sebuah badan usaha milik PT. Sumber Jangkar Mandiri yang tidak ditemukan identitasnya pada mesin pencari ternama yang mungkin anak TK saat ini sudah mahir menggunakannya.
Ini baru tentang gedung yang melingkar itu, kawan. Belum lagi parkiran mobil yang kabarnya tersedia ‘lahan parkir vip’, sepintas membuat diriku teringat dengan hirarki yang terjadi pada zaman kolonial, dimana kaum pribumi tertindas diatas tanah sendiri, ya seperti saat ini, masyarakat UNJ yg tertindas atas lahannya sendiri.
Lantas, aku harus apa?
Aku khawatir sudah terlalu lama diriku ternina bobokan dalam tipuan konyol ini!!!
Engkau merasakannya pula kan, kawan?
01 April 2016
Pelanggan Setia Niaga Parking
M. Afif Makarim