Resmi pada tanggal 27 April 2017 Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilah Rakyat (DPR) menyetujui Rancangan Undang Undang menjadi Undang Undang, tu juan dari undang undang ini adalah menjamin ketersediaan buku bermutu, murah, dan merata baik buku umum maupun buku pendidikan, dari Undang Undang ini diharapkan dapat meningkatkan literasi masyarakat melalui sistem perbukuan nasional.
Undang Undang sistem perbukuan terdiri dari XII Bab dan 72 Pasal. Bab I berisi ketentuan umum, Bab II mengatur mengenai bentuk, jenis dan isi buku, Bab III memuat aturan terkait hak dan kewajiban masyarakat dan pelaku perbukuan, Bab IV mengatur mengenai wewenang dan tanggung jawab pemerintah baik pusat maupun daerah, Bab V memuat pemerolehan naskah buku, Bab VI mengatur tentang penerbitan, Bab VII mengatur cara pendistibusian buku, Bab VII memuat aturan mengani penggunaan buku, Bab IX memuat aturan terkait peran serta masayarakat, aturan mengenai pengawasan tercantum dalam Bab XI dan XII memuat ketentuan penutup.
Bahkan pemeringkatan terbaru menurut data World’s Most Literate Nations dan disusun oleh Central Conecticut State University tahun 2016 literasi indonesia berada di posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti.
Krisis Membaca di Indonesia, Karena Malas atau Karena Harga Buku Mahal ?
Pada tanggal 19 Juli 2017 mahasiswa/i program studi Pendidikan Administrasi Perkantoran 2015 dan Pendidikan Ekonomi Koperasi 2016 Fakultas Ekonomi UNJ bekerja sama dengan Penerbit Raja Grafindo untuk mengadakan Event *Peluncuran Buku dan Workshop* yang bertemakan “Cegah Generasi Nol Literasi” bertempat di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika UNJ pada pukul 08.00-13.00 WIB. Tujuan dari Event ini adalah meningkatkan minat membaca dan menulis pada kalangan Mahasiswa, Event ini terbuka untuk umum dan dihadiri oleh Mahasiswa dan Dosen FE UNJ.
Event ini dibuka dengan sambutan oleh Pak Dedi Purwana selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNJ sekaligus sebagai penulis buku.
Buku yang diluncurkan dalam Event ini adalah “Lincah Menulis Artikel Ilmiah Populer dan Jurnal” karya Dr.Dedi Purwana ES,M.Bus dan Agus Wibowo S.Pd.I, M.Pd dan Workshop yang di isi oleh 2 Narasumber yaitu Sri Murni S.Sc selaku Manajer Marketing Penerbit Raja Grafindo Persada dan Monalisa S.E.I.,MM.Si selaku Editor Penerbit Raja Grafindo Persada.
”Anak-anak jaman sekarang lebih senang membaca buku lewat gadget mereka dibandingan melalui buku, alasannya melalui gadget lebih praktis dan gaperlu keluar uang untuk membeli buku, padahal keuntungan membaca melalui buku sangat banyak seperti mata tidak cepat capek karena tidak terkena cahaya dari layar gadget, lewat buku kita bisa menandai bacaan dengan melipat buku atau menandainya dengan pembatas, dan kita bisa menggaris bawahi dan menstabilo kalimat dan kata kata penting dalam buku yang kita baca” Tutur bu Murni.
“Anak-anak lebih senang beli buku bajakan dengan alasan lebih murah, padahal buku relatif mahal karena penulisnya harus meluangkan waktu untuk mencari ide ide, menulis buku itu prosesnya panjang, perlu dikaji secara matang bukan secara terburu buru karena akan berdampak pada hasilnya,dan kita harus mengeluarkan biaya untuk kertas, tinta, membayar orang orang dibalik pengerjaan buku itu terlebih lagi harus ada biaya tambahan untuk mempromosikan buku tersebut misalkan mau di taro di gramedia nah mau ditaro di new list/entry beda harganya sama yang di rak, terkadang ada bab yang harus di revisi, nah yang terbit sebelum revisi terpaksa harus dimusnahkan salah satu caranya dengan dirobek,kalo cuma nyobek sedikit gak masalah tapi ini kadan kadang sekamar, apa gak pegel itu tangannya yang nyobekin, belum lagi biasanya anak anak suka buka plastik yang ada dibukunya buat dibaca aja tapi gak dibeli biasanya kalo yang seperti itu susah terjual karena siapa yang mau beli kalo plastiknya sudah dibuka, jangan beli buku bajakan ya nak kasihan penulisnya, dan sekarang juga udah ada UU Perbukuan jadi harga mudah mudahan udah gak jadi masalah.” Keluh bu Murni.
Bu murni juga menayangkan slide tentang gaya dan cara penulisan anak jaman sekarang yang menggunakan angka dan bahasa bahasa tidak sewajarnya “belum tentu yang ada disini bisa baca tulisan kayak gitu, itu apa tulisannya ya ? saya belum baca tapi udah pusing duluan,bener ya pak? hahaha.” Kata bu Murni.
Rendahnya angka literasi membuat orang indonesia mudah termakan isu atau kabar burung sekarang nama kerennya hoax, tanpa keinginan mengkaji terlabih dahulu, karena jarang baca buku jadi tidak tahu apa apa, dapat kabar begini langsung sebar ke segala grup tapi kebenarannya belum diketahui, Diharapkan kita menjadi masyarakat yang yang mampu memaknai dan memanfaatkan informasi secara kristis untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa kita.
Faktanya anak anak kecil sekarang sudah lebih senang main game di gadget daripada membaca buku pelajaran atau bahkan dongeng sekalipun, dan orang dewasa sekarang ketika bingung ingin berbuat apa langkah pertama yang ditempuh anda main gadget bukan menambah wawasan dengan membaca buku. Bahkan sampai ada istilah “Buku adalah Jendela Dunia” makna dari istilah itu adalah dengan membaca dapat meningkatkan kualitas hidup manusia serta menjauhkan dari jurang kebodohan. Membaca membuat kita berlatih memusatkan pikiran dan merangsang saraf otak untuk bekerja. Melalui istilah itu dapat tergambar bahwa buku sangat penting perannya untuk mencerdaskan bangsa kita.
Oleh : Evie Ramadhanti