Hi sobat UNJKita.com! Ternyata banyak sekali mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai niat baik untuk saling menginspirasi dan membantu sesama. Kali ini, Tim UNJKita akan mengenal lebih dekat dengan seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman, FBS, Angkatan 2013 sebagai pejuang advokasi mahasiswa UNJ. Tugas utamanya adalah membantu mencarikan solusi dari permasalahan mahasiswa-mahasiswa UNJ, terutama permasalahan UKT. Ialah Indah Luthfikasari.
Perempuan kelahiran Banyumas, 8 Juni 1995, percaya bahwa, “Barangsiapa memudahkan orang lain, maka dimudahkan urusanmu.” Dengan moto tersebut, Indah memilih untuk berkecimpung dan melatih dirinya di bidang Advokasi. Terbukti, ia merupakan Kepala Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM FBS 2016-2017. Saat ini, Indah bersama teman-temannya akan fokus mengadvokasi mahasiswa UNJ melalui wadah Departemen Advokasi BEM UNJ 2017-2018.
Baca juga: Ariq Fauzan Hakim Ingin Menularkan Inspirasi untuk Mewujudkan Prestasi UNJ Melalui Bidang Debat
Penasaran dengan kisah Indah tentang perjuangannya mengadvokasi mahasiswa UNJ?
Yuk, simak hasil wawancara Tim UNJKita bersama Indah Luthfikasari!
***
Sejak menjadi mahasiswa sudah berapa lama Indah berperan sebagai pejuang advokasi? Dan apa latar belakang Indah menjadi pejuang advokasi untuk teman-teman Mahasiswa UNJ?
Saya menjadi pejuang advokasi sejak saya tergabung dalam kepengurusan di BEM Jurusan Bahasa Jerman (sekarang berubah menjadi BEMP Pend. Bahasa Jerman) sampai saat ini di BEM UNJ 2017-2018.
Jujur saja, kala itu saya tidak tertarik berkecimpung di Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) karena keinginan saya adalah untuk bisa masuk di Departemen Kaderisasi (PSDM) mengingat tugasnya sangat keren, yaitu bisa langsung berkecimpung di agenda besar. Tapi dikarenakan sudah terlalu banyak peminat dan di Departemen Adkesma masih sedikit peminatnya, maka saya memilih untuk mengganti pilihan saya untuk belajar bersama di Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma).
Latar belakang saya menjadi pejuang di advokasi sederhana, yaitu karena saya tertarik untuk selalu menjadi manusia yang berguna untuk sesama (teman saya sendiri).
karena saya tertarik untuk selalu menjadi manusia yang berguna untuk sesama (teman saya sendiri).
MasyaAllah, latar belakangnya sungguh mulia sekali, Indah. Lalu, adakah pengalaman paling berharga selama mengadvokasi teman-teman sendiri? Boleh ceritakan?
Banyak banget! Dari mulai mengawal kebijakan kampus, yang kala itu uang pangkal untuk mahasiswa baru jalur Penmaba berhasil kita hapuskan, menjadi jembatan penghubung aspirasi mahasiswa dengan birokrat yang terlaksana dengan mengadakan dialog terbuka, membantu adik-adik mahasiswa baru yang memang notabene mereka berasal dari luar kota dan belum tahu apa-apa mengenai informasi alur dan sebagainya, maka kita mencoba memberi tahu informasi, dan masih banyak lagi kesibukan di Advokasi yang memang kita kerjakan.
Tapi, hal yang paling tak terlupakan adalah ketika saya dan teman-teman prodi berhasil membantu teman saya yang kesulitan membayar UKT.
Banyak sekali sentilan-sentilan kecil dari teman-teman saya. Sebagai contoh, “Kok lu mau sih kerja saat liburan kuliah? Emang lu gak lelah liburan masih di kampus?” dan lain-lain. Tapi, ya itulah tugas advokat yang memang harus siap sedia membantu, tak peduli kapanpun dan dimanapun.
itulah tugas advokat yang memang harus siap sedia membantu, tak peduli kapanpun dan dimanapun.
Singkat cerita, dulu ketika saya di prodi tidak sedikit teman saya yang cukup apatis dengan kegiatan mahasiswa (re: BEM), sampai akhirnya tidak sedikit pula yang menganggap segala kegiatan yang dilakukan itu adalah kesia-siaan.
Tapi, ketika itu salah satu teman saya benar-benar kesulitan untuk membayar UKT dan Alhamdulillah, BEM (temen-teman Advokasi) bisa membantu kesulitannya. Karena itulah, dia merasa terbantu sekaligus merasa sangat bersalah akan segala pandangan dia tentang advokasi yang memang manfaatnya sangat amat berguna untuk teman-teman yang kesulitan bayaran kuliah.
Wah keren! Jadi karena hal itu bisa mengubah mindset mahasiswa tersebut ya. Nah, menurut Indah mengapa sih harus ada advokasi? Apa manfaat dan tujuannya?
Pada dasarnya sih karena kita hidup sebagai makhluk sosial yang memang tidak bisa sendirian. Banyak kasus yang memang mahasiswa sendiri belum cukup berani untuk menanganinya, disitulah fungsi Departemen Advokasi diperlukan. Selain menunjukkan hak mahasiswa, kebijakan pimpinan universitas yang terkadang merugikan mahasiswa juga perlu diawasi.
Saya percaya setiap orang memiliki naluri dasar untuk membela (mengadvokasi) dirinya sendiri. Dan akan lebih baik lagi, bila seorang advokat juga mampu menularkan inisiaif, kemandirian, ilmu juga langkah-langkah advokasi kepada mahasiswa lainnya, bukan hanya membantu dan mendampingi saja.
Alhamdulillah, niat yang baik banget, bukan sekadar membantu dan mendampingi saja ya. Lalu, apa saja langkah-langkah yang Indah lakukan mulai dari sebelum sampai selesai mengadvokasi mahasiswa UNJ?
Biasanya kita terima pengaduan dari mahasiswa, lalu dikonfirmasi permasalahan tersebut, analisis permasalahan, pengambilan sikap, baru eksekusi. Untuk eksekusinya seperti apa, tergantung seberapa besar dan genting permasalahan tersebut, dan juga jenis permasalahannya, entah itu tergolong permasalahan secara personal atau memang masalah yang menjadi masalah sekelompok orang (regional), jadi beda-beda cara eksekusinya.
Ooh jadi sangat diperlukan analisis masalah yang begitu teliti ya. Terakhir, apa harapan Indah sebagai seorang pejuang advokasi terhadap mahasiswa UNJ?
Dengan keberadaan advokasi saya berharap bisa membantu banyak mahasiswa dalam mengatasi permasalahan, saya juga berharap seorang advokat bukan hanya sekadar menyuapi cara menangani permasalahan, tapi juga memberi jalan agar bagaimana mahasiswa tersebut bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, karena bukan hanya mendampingi, advokasi diharapkan juga bisa menularkan nilai-nilai keberanian dalam mengadvokasi tiap diri mahasiswa itu sendiri.
advokasi diharapkan juga bisa menularkan nilai-nilai keberanian dalam mengadvokasi tiap diri mahasiswa itu sendiri
Selain itu, saya berharap semakin banyak mahasiswa yang sadar akan pentingnya advokasi dalam kampus, sehingga semakin banyak pula mahasiswa yang peduli sesama temannya sendiri.
Saya sendiri adalah pribadi yang cepat bosan dalam menggeluti sesuatu, tapi saya akan selalu mengingat kata-kata berikut bahwasannya “Barang siapa menolong orang lain, maka dipermudahkanlah urusanmu.” Percayalah banyak sekali kebaikan yang Allah berikan di waktu dan tempat yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Jadi tetaplah terus mengadvokasi dan dimulai dari dirimu sendiri! 🙂
***
Itulah cerita inspirasi dari Indah Luthfikasari tentang perjuangannya mengadvokasi teman-teman mahasiswa UNJ. Ia bersama dengan teman-teman pejuang advokasi ingin sekali menularkan nilai-nilai kebenaran dalam mengadvokasi diri sendiri. Semoga bermanfaat dan menginspirasi, ya sobat!