UNJKita.com – Ajang seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat Universitas tahun 2017 akan dilangsungkan pada hari ini. Setiap fakultas tentunya sudah memilih mahasiswa terbaiknya sebagai representatif di tahap selanjutnya.
Mahasiswa yang terpilih adalah mereka yang memiliki kompetensi dan prestasi mumpuni di bidangnya masing-masing. Seperti mawapres dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) tahun 2017, Ahmad Gabriel (BK 2014) sebagai juara 1 dan Ivana (2014) yang menyandang jura 2. Mau kenal lebih dekat dengan mereka? Yuk, kita simak kisahnya!
1. Ahmad Gabriel (S1 Bimbingan Konseling 2014)
Abiel (sapaan akrab Gabriel) awalnya mengikuti seleksi mawapres hanya karena ajakan teman untuk meramaikan kegiatan seleksi. Akan tetapi, temannya batal mengikuti seleksi tersebut. Rencananya, seleksi dilakukan dua tahap tetapi karena peserta hanya dua orang, seleksi dilakukan satu tahap. Beruntungnya, Abiel terpilih menjadi mawapres BK. Koordinator prodi bekerja sama dengan salah satu dosen dan mawapres BK tahun 2015-2016 untuk membimbingnya selama dua bulan sebelum mengikuti seleksi di fakultas. Proses bimbingan yang dilakukan adalah latihan imprompto speech dan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Pencapaian menjadi seorang mawapres tentu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Mulai dari proses pembuatan instrumen penelitian, video profile, media presentasi, hingga berlatih etika presentasi yang baik. Tidak semulus yang dibayangkan, Abiel juga kerap menemui hambatan, seperti manajemen waktu antara mempersiapkan diri untuk seleksi mawapres FIP dengan kegiatan akademik perkuliahan. Semuanya ia coba hadapi dengan penuh tekad dan semangat.
Hal demikian selaras dengan visi yang ia tetapkan yakni sebagai bentuk partisipasi dalam berprestasi dan menginspirasi serta mencari pengalaman positif selama menjadi mahasiswa. Oleh karena itu, Abiel mencoba untuk terus mengkaji isu-isu yang bisa diangkat menjadi gagasan dalam KTI dan aktif di kegiatan bimbingan sebagai misinya selama mengikuti rangkaian seleksi mawapres.
Pria kelahiran Jakarta ini, membawa gagasan yang cemerlang ke tingkat universitas. Melalui ide inovatifnya yang berjudul “Bang Gobil” Komik Digital untuk Meningkatkan Pemahaman Multikulturalisme pada Remaja, ia memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia, khususnya remaja yang bisa hidup dalam keberagaman nusantara. Selain ide, Abiel juga membekali dirinya dengan rentetaan prestasi yang telah dicapainya selama ini. Salah satu prestasi yang telah diraih adalah sebagai panelis dalam kegiatan Diskusi Ilmiah antara Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Jakarta dengan Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo tahun 2017.
2. Ivana Septiani (S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2014)
Berbeda dengan Abiel, Ivana menganalogikan perjalanannya dalam mengikuti seleksi mawapres ini seperti “tahu bulat yang digoreng dadakan”. Sekitar hari Jumat, 10 Maret 2017, Ivana dan ketiga temannya yang lain dipanggil pihak kemahasiswaan untuk bertemu sore hari. Ia diberi tahu terkait seleksi mawapres. Kemudian di hari Rabu, 15 Maret 2017, mereka mengumpulkan KTI dan malam harinya dikabari kembali agar menyiapkan presentasi untuk esok hari. Kaget? Pasti. Awalnya agenda presentasi dijadwalkan pada hari Jumat, 17 Maret 2017, tetapi dikarenakan hari Kamis akan dilaksanakan pembinaan mawapres di fakultas, dampaknya presentasi di prodi maju dua hari. Alhamdulillah, Ivana terpilih menjadi perwakilan dari PG Paud dan langsung mengikuti kegiatan pembinaan keesokan harinya.
Menuju seleksi mawapres di tingkat fakultas dan universitas, wanita kelahiran Kendal, 6 September 1995, ini banyak dibantu oleh berabagai pihak. Teman-teman, dosen, juga orang tua selalu memberikan saran dan dukungan. Ivana mengaku merasa sangat senang mendapatkan kesempatan seperti ini.
Proses ini membuatnya banyak belajar untuk mempersiapkan diri saat masa pembuatan skripsi kelak. Visi yang diusungnya, yaitu menjadikan anak Indonesia yang aktif, kreatif dan cerdas. Ia mewujudkan visinya dengan bercita-cita menjadi calon pendidik anak usia dini yang inovatif, senantiasa menanamkan karakter Timur ke anak, dan selalu berkeinginan untuk belajar sepanjang hayat.
Gagasan yang akan diusung Ivana saat seleksi di universitas berkaitan dengan pemahaman anak Indonesia terhadap bencana alam, khususnya gempa bumi. Ia menilai anak-anak belum memiliki sikap tanggap bencana alam, seperti gempa bumi. Ketika gempa terjadi, mereka sering kebingungan harus bertindak seperti apa, dampaknya mereka menjadi korban dari peristiwa bencana alam. Ivana pun berharap anak Indonesia memiliki sikap tanggap bencana alam sehingga anak-anak mampu melindungi dirinya sendiri sejak dini. Melalui idenya ini, ia tetap optimis unjuk gigi di Universitas berkompetisi dengan rekan-rekannya yang lain.
Kisah Inspiring Duo ini membuktikan bahwa segala bentuk pencapaian prestasi apapun harus dibayar dengan usaha yang tak kenal lelah. Tidak instan begitu saja. Kepercayaan diri dan mental yang kuat juga harus dimiliki sebagai modal menghadapi lika-liku perjalanan di dalamnya. Kita doakan agar mereka bisa bersaing secara sportif dan menampilkan performance terbaiknya esok hari.