Jika dakwah ini ibarat sebuah pohon. Malulah engkau yang hanya menjadi benalu, ketika yang lain menjadi ‘petani’ dalam menyemai bibit dakwah.
Jika dakwah ini ibarat sebuah pohon. Malulah engkau yang hanya menjadi benalu, ketika yang lain menjadi ‘pupuk’ dalam mensuburi dakwah.
Jika dakwah ini ibarat sebuah pohon. Malulah engkau yang hanya menjadi benalu, ketika yang lain menjadi ‘air’ dalam menggemburkan ladang dakwah.
Jika dakwah ini ibarat sebuah pohon. Malulah engkau yang hanya menjadi benalu, ketika yang lain menjadi ‘buah’ dari tanaman dakwah.
Malulah engkau hanya menjadi benalu di pohon dakwah.
Secara kasat mata, kau memang ada pada pohon dakwah, bahkan menjadi bagian dari pohon dakwah.
Akan tetapi, apa kebermanfaatanmu? Bukankah manusia yang baik adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya?
Malulah engkau hanya menjadi benalu di pohon dakwah.
Secara lahiriah kau memang berada di barisan orang-orang berjamaah yang menegakkan Al-Quran dan Sunnah, namun batin dan ruhiyah masih sering berpayah-payah.
Astaghfirullah…
Seharusnya engkau malu bila hanya jadi benalu, masuk dalam barisan para da’i, namun penuh daki. Ibadahnya payah. Ruhiyah sering kalah dengan rupiah. Kader namun sering keder. Junud tapi jumud. Karena amal jama’i tidak dijaga dengan istiqomah…
Astaghfirullah…
Lebih parahnya lagi, kesemua itu ada pada diriku. Diriku hanya menjadi benalu.
Ya Rabb, peliharalah kesucian ruh hamba, agar hamba senantiasa bertahan dalam barisan para tentara dakwah hingga akhir hayat. Dipuncak kebaikan dengan khusnul khotimah, dipuncak iman, dipuncak pengabdian.
Isy kariman au mut syahidan. Aamiin.
Oleh : Anas Abi Anzah