Suatu hari
Setelah jaman reformasi
Ada petani yang ingin anaknya jadi polisi
“Daftar saja, nak
Kita jual sawah
Kita jual tanah
Sebab pangkat bisa dibeli
Tak ada beda seragam polisi
Dengan seragam sekolah dasar coklat
Di toko-toko kelontong.”
Si anak jadi polisi
Dengan bangga dia berfoto diri
Dengan rompi hijau menyala
Dan senjata di tangan, kanan dan kiri
Dia tak pernah tahu
Apa artinya menyatakan pendapat
Dia tak pernah tahu apa artinya kemerdekaan
Sebab ia biasa menuruti perintah komandan
Suatu hari ada petani
Yang ingin anaknya masuk perguruan tinggi
Sawah dan ladang juga dijual
Tapi pakaian mahasiswa tak bisa dibeli
Tak ada toko menjual atribut perguruan tinggi
Maka mahasiswa itu berdiri di atas kehendak sendiri
Dan pada suatu hari
Kedua pemuda, satu polisi, satunya mahasiswa,
Bertemu di sebuah jalan:
Seragam coklat itu begitu membusung
Dan almamater yang basah keringat itu terus menggulung
Bapak ibunya di rumah
Senantiasa berdoa bagi kesejahteraan buruh tani
Agar bahagialah negeri ini
Agar sejahteralah mimpi-mimpi
Tapi seragam coklat adalah pemilik masa lalu
Masa depan, dan masa sekarang
Apa artinya keadilan?
Apa artinya kemakmuran?
Apa artinya kebebasan?
Dan mengapa seragam coklat harus menyimpan pertanyaan-pertanyaan itu
Di dalam hatinya?
Rotan adalah senjata
Untuk menjelaskan makna manusia merdeka
Sepatu lars adalah jawaban dari segala jawaban
Yang bisa diberikan pada orang-orang
Seragam coklat adalah hak tangkap
Perintah komandan adalah wahyu
Yang tak boleh dilanggar
Tuhan: adalah pelanggar lalu lintas
Yang tidak bebas tilang
Dan dengan seragam yang dibeli itu
Tanpa malu-malu seragam coklat itu
Menghadang dan terus menghadang
Memukul dan terus memukul
Sebab hukum adalah candu
Sebab pengadilan adalah mainan bocah
Yang belum masuk masa baligh
Lalu koran-koran dan juru berita
Tak akan mengatakan apa-apa
Cuma di bawah batu-batu dan di balik pohonan
Bisik-bisik itu menjelaskan pada kita
Empat orang adalah tersangka
Sebab menyatakan pendapat adalah dosa besar
Pengadilan diadakan atas kejahatan:
“Berpikir dan berkehendak merdeka”
Dan seragam coklat
Yang bisa dibeli di mana-mana itu
Tersenyum manis
Sambil kilik kanan kiri
Komandannya asyik masyuk
Mengobok-obok aurat:
Pertanyaan bagi semua korban perkosaan:
tanyakan kembali
Adakah nyaman atau bagaimana?
Seragam coklat harus kita tunggu
Adakah para komandan
Akan berdebat dengan para pengikut
Untuk bebaskan mereka dari siksa
Di dalam jurang neraka
Jauh setelah hari pengadilan
Sebenar-benarnya pengadilan
Dijalankan Tuhan yang asli
Tuhan yang tak gemar memberi hadiah sepeda
Tuhan yang tak gemar berdusta
Tuhan yang tak gemar naikkan harga
Sebab seragam coklat belum tentu kebal api neraka
Sebab seragam coklat belum pernah ada
Yang bisa menolak doa-doa
Dari mereka yang kecewa
Amar Ar-Risalah