Apa Kabar Kak? Lama tak jumpa dan seneng banget kemarin Kakak muncul di Rektorat mendampingi Dek Ronny.
Saya rasanya harus kirim surat ini karena beberapa alasan:
- Hari-hari ini banyak yang membahas tentang Panic Decision Rektor UNJ ketika keluarkan Surat Pemecatan Dek Ronny Setiawan, namun belum banyak yang bahas tentang Kiprah Kakak-kakak IKA UNJ, padahal Kakak-kakak IKA UNJ adalah tokoh-tokoh Kunci pada kisruh ini.
- Saya berharap ada banyak bahasan kritis terhadap Rektor UNJ dari pers kampus untuk merespon kondisi pembungkaman Gerakan mahasiswa ini. Yang dulu berjargon BACA, DISKUSI dan LAWAN agaknya kini berganti BACA, DISKUSI dan PILIH-PILIH LAWAN.
- Saya sudah sampaikan langsung masukan saya pada proses mediasi tersebut melalui Fasilitas Grup Perbincangan Sosial Whatsapp di mana salah satu dari Kakak-kakak IKA UNJ tergabung di dalamnya. Namun tak dapat jawaban, barangkali lewat surat terbuka ini banyak yang mau jawab.
- Kakak-kakak tidak membuat pernyataan kepada publik seputar proses mediasi tersebut, sebagai tanggung jawab Informasi terkait keterlibatan IKA UNJ.
Gini Ka, Kita sama-sama tau Kasus Pembungkaman gerakan mahasiswa UNJ yang dibangun secara independen dan urunan Ide mahasiswa. Awalnya dari keresahan-keresahan tentang tata kelola kampus mulai dari yang sifatnya fasilitas, administrasi, moral civitas akademika, sampai akademik itu sendiri.
Kita juga paham, mereka bangun gerakan lewat kajian berbasis data-data lapangan, pun metodenya sangat Baik yaitu dari mimbar ke mimbar akademik serta kita tidak lihat ada aksi perusakan fasilitas kampus apalagi anarkis yang dapat merusak ketentraman kampus. Cara ini sesuai undang-undang kok tentang tata cara penyampaian pendapat di muka umum.
Suhu Gerakan mulai naik namun tetap cool, dengan tetap menempuh jalur audiensi ke pihak Rektorat. Sampai akhirnya buntu dan harus mencari kanal lain yaitu media sosial, seperti yang selama ini sering mereka Teriakan “Kebenaran akan mencari Jalannya Sendiri”.
Dari kanal tersebut mulailah terjadi tuduhan subjektif bahwa gerakan mahasiswa sudah mulai mengganggu ketentraman umum karena tulisan-tulisan kritis mahasiswa terhadap Pimpinan kampus yang akhirnya berujung pada SK No 01/SP/2016 berisi Dek RONNY DIPECAT !!! Saya yakin sampai cerita ini Kakak paham.
Mungkin Pak Rektor berpikiran, Dipecatnya Ronny akan jadi Shock Therapy bagi mahasiswa lainnya. Nyatanya Benar, semua pada “shock” dan melakukan perlawanan yang massif. Kabar dari Tukang gorengan di daerah OTISTA, ada kakak-kakak alumni yang kumpul dan mau kirim surat kepada Pak Rektor.
Kabar dari Tukang siomay kisaran cibubur kabarnya juga akan ada konsolidasi akbar aktivis lintas zaman untuk menentang aksi pembungkaman Gerakan mahasiswa oleh Pak Rektor.
Waah Rame dah kak, semua kabar isinya konsolidasi untuk minta Rektor cabut SK D.O. Gerakan mahasiswa berada di atas angin dan hampir perolah KEMENANGAN Pertamanya.
Keesokan harinya dukungan petisi Online sudah sampai 60rb, pun tagar #SaveRonny sebagai simbol perlawanan mampu menembus Trending Topic. Justru yang saya tidak dengar adalah kabar Kakak-kakak IKA UNJ, silent Kali ya Ka Konsolidasinya. Sampai akhirnya pagi-pagi (06/01) dapat kabar Kakak-Kakak IKA UNJ kumpul mau jadi Mediator untuk Rekonsiliasi Rektor dengan Ronny dan ada Anggota Fraksi PKS yang juga mahasiswa S3 UNJ ikut-ikutan ambil peran mediasi. Yang akhirnya muncul kontroversi dan mampu men-degradasi Gerakan mahasiswa. Sampai disini saya yakin Kakak paham!
Oiya Kak, Kawan saya pernah kasih saya potongan Bait Puisi yang beliau kutip dari Sastrawan Ternama Indonesia. Gini bunyinya:
“Setiap Perjuangan yang akan menang selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian dan para jagoan kesiangan”.
Tapi surat ini saya tulis bukan untuk berpuisi sih, hanya saja ada beberapa hal yang mengusik saya pasca Pertemuan “Jebakan Betmen” yang katanya hasil inisiasi kakak-kakak IKA UNJ, Rabu (06/01) yang lalu di Rektorat.
- Dari Kakak siapa sebenarnya Inisiasi pertemuan ini diadakan? Apakah Ronny minta dimediasi?
Pertanyaan pertama ini penting Kak, pasalnya ini juga akan membuka Tabir, siapa Pahlawan Bertopeng yang punya ide mediasi yang terkesan mendesak, saya bilang mendesak, karena salah satu dari Kakak menelpon Ronny sampai berkali-kali yang intinya Ronny harus datang ke Rektorat. Kok jadi gini ya Kak? Kakak pembantu Rektor?
Kayanya Ronny Gak minta dimediasi ama kakak Deh, pernyataan saya ini siap dikonfirmasi ke Yang Bersangkutan dan ditayangkan seluruh statsiun TV se-Indonesia.
Ronny cuma bilang, pada point 3 pernyataan sikapnya tertanggal 05 Januari 2016 akan lakukan upaya mengembalikan haknya menjadi mahasiswa aktif, tapi bukan minta mediasi ke Kakak IKA UNJ. - Okelah Kakak prihatin dan mau bantuin Ronny, tapi tetap ada yang janggal, yaitu dengan cara mendesak Ronny harus datang dan seolah-olah Kiamat kalo Ronny gak datang.
Permasalahan yang cukup Pelik lagi, Kakak Mau ajak Ronny berdamai ama Rektor dan Tidak punya kepastian Apa tawaran Rektor yang minta perkara ini selesai dengan Damai dan Kekeluargaan. Ini kan Kasus, persis seorang Kakak yang ngajak Main Adik tapi gak Tahu tujuannya ke mana.
Kakak cuma Bilang “InsyaAllah aman”,
saya tanya balik “apa makna amannya?”
“Apa isi Klausul Win-win solution dengan Rektor?”
Saya lanjutkan “Kasus ini (pemecatan Ronny) karena ada yang tidak beres”kemudian saya tambahkan
“kalau Ronny Jadi Alat Tukar dan sebagai tukarannya adalah Penjinakan Gerakan, maka ada yang keliru” - Melihat Point 1 dan 2, kakak kayanya bukan mediator tapi Pembantu Rektor. Karena dengan pertemuan tersebut Rektor lolos dari investigasi mendalam tentang proses sesungguhnya SK D.O. itu keluar
Kakak harusnya jadi Investigator dong,
“Prof, apa sih yang membuat Ronny harus sampai D.O.?”
“Buktinya apa ya tuduhan tersebut?” “Apa tindakan penerbitan SK D.O. tersebut sudah sesuai Statuta UNJ?”
“Prof yakin tindakan itu benar?” “Kenapa tidak surat peringatan dulu Prof?”
“Kenapa bukan skorsing aja dulu Prof?”
“Atau sanksi akademis lainnya yang sesuai Statuta UNJ”
“Apa prof sudah libatkan Komisi Disiplin Untuk investigasi lebih lanjut?”
Aahhh banyak banget Deh Kak yang bisa ditanya-tanya. Too Late, You Missed The Chance! - Ketika klausul kesepakatan rampung dibuat dengan point 1 yang masih multi tafsir, kakak malah sekali lagi mendesak Ronny untuk tanda tangan dengan embel-embel “Nanti Rektor berubah sikap lagi Loh, Dek” kira-kira gitu.
Walah, Rumit amat posisinya! Harusnya Kakak minta kepastian juga khusus point 1.
Kakak tau?, 17 mahasiswa yang tercantum dalam butir 1 tersebut ternyata tidak sepenuhnya aman, kalopun aman ternyata harus tanda tangan atas materai dan dipaksa dengan sukarela mengaku salah. Terlebih dihantui dengan kalimat “berkas aduan sudah saya sampaikan ke Polisi, dan syarat tanda tangan mahasiswa di atas materai ini jadi bukti yang bisa mencabut surat aduan”
Yap, dipaksa untuk sukarela mengaku salah. Ini sesungguhnya yang terjadi. - Hari-hari ini saya Gusar, atas sikap Rektor yang menggunakan pendekatan Ayah-anak dalam rekonsiliasi dengan Ronny. Dengan bijak beliau katakan, “sebagai Ayah tentu saya memaafkan”.
Okelah kita setuju Ayah-Anak, tapi apa Iya kalo anak corat-coret Tembok Ayah langsung Lapor ke polisi?
Apa Iya, anak cuma Rewel gegara pengen Tas sekolah baru langsung diusir dari rumah dengan alasan ganggu ketentraman Rumah?
Naah, Got The Points Kak?
Rasanya pendekatan Ayah-Anak ini hanya untuk pengaruhi Opini Publik dan tidak nampak di alam nyata kehidupan kampus. Terlebih lagi kalimat ini sering dikampanyekan.
Sayangnya Kakak tidak bantu Adik, melihat Ayah marah berlebihan. - Saya peserta Social Adventure Camp (SAC) tahun 2007 diselenggarakan Oleh BEM UNJ dan selama aktif di BEM, beberapa dari Kakak sering jadi panutan kami dalam hal lantang suarakan kebenaran. Kegiatan ini efektif menumbuhkan sikap berpikir kritis mahasiswa sekaligus mampu bertanggung jawab terhadap perbuatan kritisnya.
Maaf Kak, hari-hari ini saya tidak menemukan sikap Ksatria dan Perjuangan memegang teguh keberanian suarakan kebenaran.
Kakak malah mendesak Dek Ronny untuk hadir dalam pertemuan tak tentu arah sekaligus melobby untuk tanda tangan kesepakatan abu-abu.
Lagu “Katakan Hitam adalah Hitam, Katakan Putih adalah Putih” mulai tak menemukan lagi pelantunnya.
Oiya jadi ingat kak, kawan saya yang lain pernah kasih bait juga, begini bunyinya:
“Perjuangan dirancang oleh orang Berilmu, dilaksankan oleh orang Ikhlas, dimenangkan oleh orang yang berani dan dinikmati oleh orang Pengecut”
Demikian kiranya Surat Terbuka ini saya sampaikan secara Terbuka untuk Menggungat Pertemuan Tertutup yang Kakak Gagas di Era keterbukaan ini.
Saya berdo’a Gerakan Mahasiswa tidak lesu hanya karena adanya teror opini-opini yang melemahkan kalian. Tentukan nasib 17 kawan kalian serta ribuan Mahasiswa lainnya, bijaklah gunakan hak berpendapat, tagih janji Rektor untuk kooperatif diskusi dengan kalian, dan ukir prestasi besar agar kalian bisa buktikan, adalah kesalahan Besar mengusir kami dari kampus dengan cara Tidak prosedural.
Oleh: Muhamad Hadi Kusumah
Presidium Pemuda Djayakarta
Ketua Umum BEM UNJ 2010