Halo sobat UNJKita apa kabarnya ? Semoga selalu dalam kondisi sehat dan berbahagia. Disini yang pernah ikut demonstrasi atau yang bahasa kerennya Aksi coba mana suaranya? Pasti ada banyak dari sobat-sobat UNJKita yang pernah ikut demonstrasi, baik itu di luar kampus atau pun dalam kampus seperti yang dilakukan awal tahun lalu.
Dalam beberapa tahun ini, kampus Universitas Negeri Jakarta selalu hadir menjadi motor utama dalam setiap pergerakan mahasiswa yang bersifat Nasional. hal tersebut tidak lepas dari letak kampus yang strategis di Ibu Kota Negara RI dan dekat dengan pusat pemerintahan. Apalagi pada tahun kemarin (2016) Universitas Negeri Jakarta menyandang amanah sebagai Kordinator Pusat BEM Seluruh Indonesia (BEM SI)
Tapi tahukah sobat-sobat yang sering turun ke “jalan” bahwa hari ini kita menyambut Hari Kebangkitan Mahasiswa ? Hari Kebangkitan Mahasiswa jatuh tepat pada tanggal 10 Januari.
10 Januari ? Mungkin banyak diantara kita tidak tahu akan hal ini (termaksud saya sendiri beberapa minggu yang lalu). Tanggal 10 Januari diambil dari peristiwa gerakan teman-teman kampus Rawamangun (dulu UI) saat proses pelengseran bapak proklamator kita, Ir. Soekarno.
FYI, pada 10 Januari 1966 terjadi sebuah gerakan mahasiswa yang bernama Tritura (3 tuntutan rakyat. Menurut Herman O. Lantang yang saat itu menjabat sebagai ketua Senat Mahasiswa (sekarang BEM) Fakultas Sastra Universitas Indonesia :
“Jumat tanggal 7 Januari 1966, Gie mengumpulkan kita semua (Mahasiswa Fakultas Sastra Indonesia) di Kampus Salemba. Tepatnya di ruang senat mahasiswa sastra. Secara spontan Gie mengajak mahasiswa Sastra UI untuk menyuarakan dan mengkritisi hal ini. Dia juga ngajak gue yang ketika itu sebagai ketua senat mahasiswa dan punya banyak massa. Tanggal 10 januari 1966 kita turun ke jalan. Dari sinilah demonstrasi demi demonstrasi terus didengungkan mahasiswa dan rakyat demi menuntut kesejahteraan. Dan ini hari yang penting bagi perubahan keadaan ketika itu.”
Tritura sendiri memuat 3 hal pokok yang menjadi permasalahan bangsa saat itu yaitu :
- Pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya
2. Perombakan kabinet Dwikora
3. Turunkan harga sembako
Di lapangan, massa bergerak dari kampus Salemba UI menuju kantor DPR-GR (Gotong Royong). Ada pun yang menjadi alasan mahasiswa mendengungkan Tritura adalah bentuk protes terhadap rezim Orde Lama yang kala itu sudah bobrok. “Kita merasa Soekarno telah gagal menjalankan kebijakan-kebijakannya sebagai seorang pemimpin. Belum lagi adanya pengaruh besar dari PKI (Partai Komunis Indonesia) dalam pemerintahan. Sebab itu kita berdemonstrasi untuk mengumumkan TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat).” tukas Herman Lantang.
Dari momen inilah lahir gerakan mahasiswa yang mengakar pada kepedulian pada kondisi masyarakat. Karena mitos bahwa mahasiswa lah sang penyambung lidah rakyat timbul lewat gerakan 1966 yang didahului oleh demonstrasi ini.
Sedangkan kini, 51 tahun berselang. 10 Januari 2017, salah satu tuntutan alasan dari adanya Tritura hadir kembali dalam masyarakat kita. Kenaikan harga terjadi serentak, dari mulai listrik, BBM, pajak kendaraan, sampai cabai di pasar-pasar pun naik diawal tahun 2017. Meskipun tidak separah tahun 1966 dimana inflasi sampai menyentuh level 650% menurut Makmur Hendrik mantan Ketua KAPPI. Tapi menurut pakar ekonomi inflasi kecil-kecilan ini cukup mencekik rakyat perlahan-lahan.
Tentu disini peran mahasiswa sebagai Agent of Change hadir. Untuk itu dengan semangat perubahan, maka kini rekan-rekan BEM SI tengah membangun gerakan yang dinamakan “Aksi Bela Rakyat 121” yang akan dilaksanakan pada Kamis ini (12 Januari 2017).
Ada pun 3 buah tuntutan yang dibawa adalah :
- Mencabut PP No.60 Tahun 2016 tentang kenaikan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak atau PNBP yang berlaku pada kepolisian negara republik indonesia.
- Menolak kenaikan tarif dasar listrik golongan 900 VA dan mendesak di kembalikannya subsidi untuk tarif dasar listrik golongan 900 VA.
- Kembalikan mekanisme penetapan harga BBM kepada pemerintah dan menjamin terpenuhinya kebutuhan BBM bersubsidi di seluruh SPBU.