Setelah beberapa pekan, nampaknya kampus tengah kepanasan. Tulisan kali ini, tidak lagi menjadi korek ataupun bahan bakar, bagi tungku api yang kobaran nyalanya sudah begitu besar. Mari sama-sama dinginkan kepala menyelesaikan segala perkara. Sebuah koreksi dari nilai akreditasi, kado ulang tahun bagi kampus pendidikan yang mesti dirayakan dengan kerja cerdas, kerja ikhlas, serta kerja secara bersama-sama.

Milik siapa UNJ? Bukankah punya kita semua, sebagai mahasiswa, dosen, pun jajaran petinggi pemangku kuasa di Universitas?

Menilik minggu-minggu belakangan, mahasiswa mungkin sedang sibuk menempa jati diri dan idealismenya sebagai aktivis. Begitupula dengan pejabat UNJ yang barangkali tengah mempersiapkan gebrakan untuk kemajuan kampus tanpa gembar-gembor pada rakyatnya. Ada yang menyimpang? Salah atau benar, hanya perkara perbedaan sudut pandang. Semangat tidak perlu berdasar apalagi berasal dari saling menyalahkan.

Tanggungjawab perubahan kampus haruslah ditopang oleh kerjasama. Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah visi dan misi, tujuan utama yang bisa jadi terlupa, sehingga selama ini UNJ masih juga berada di urutan ke 60 dari deretan kampus terbaik versi Kemenristekdikti.

Saya jadi teringat lelucon beberapa teman yang kerap terlontar, “UNJ itu kenapa akreditasinya tidak sebagus UI, UGM, atau ITB ya? Padahal kan hampir sebagian besar siswa yang kuliah disana, gurunya dari UNJ.

Sistem mana yang sedang kritis sehingga UNJ mengalami krisis? Mengemban tiga poin utama dalam perguruan tinggi, Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian Masyarakat. Ini yang berperan dan sepatutnya dilakukan pembenahan untuk meningkatkan performa UNJ. Mari sama-sama memahami, isi dari Tridharma Perguruan Tinggi, berikut ini:

1. Pendidikan dan Pengajaran

Sebagai kampus pendidikan, UNJ jelas punya peran penting menghasilkan guru berkualitas tidak hanya dari segi kuantitas. Proses menciptakan guru unggulan tersebutlah yang mengusik. Faktanya di lapangan, masih banyak sarjana pendidikan UNJ yang belum bisa jadi guru atau lama menganggur setelah mendapat gelarnya di bidang pendidikan. Tugas berat yang sepatutnya dipikul bersama agar dapat win-win-solution.

2. Penelitian dan Pengembangan

Bukan dosen saja yang harusnya dituntut melakukan penelitian serta mengembangkan hasil tersebut menjadi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), agent of change seperti mahasiswa sangat penting memulai penelitian serta pengembangan selama duduk di bangku kuliah. Mekanisme dalam penelitian dan pengembangan IPTEK menjadikan mahasiswa lebih cerdas, kritis, inovatif, kreatif dan menjadi bagian dari kemajuan zaman. Sudahkah budaya peneliti dan kebiasaan dekat dengan literasi mewarnai UNJ? Jika memang dirasa masih perlu ditingkatkan, mulailah segera jangan hanya saling mengandalkan.

3. Pengabdian Masyarakat

Mahasiswa dan civitas akademika ialah penyambung lidah masyarakat. Apalagi, dengan status negeri yang tersemat di UNJ, memberi arti kampus pendidikan ini milik rakyat dan mendapat subsidi dari hasil keringat rakyat. Pencetak generasi pemimpin masa depan, sudah sepatutnya dekat dengan masyarakat dan menjadi bagian dari masyarakat yang memanusiakan manusia. Ragam kegiatan UNJ, selayaknya melibatkan masyarakat.

Kesadaran akan kewajiban terhadap Tri Dharma Perguruan Tinggi dipanggul bersama, mampu membangunkan UNJ dari keterpurukan, secara rasional membangkitkan kaum intelektual di UNJ agar tidak lagi pasif.

Implementasi wujud dari sebuah Universitas dapat dikatakan bermutu yang ditandai lewat nilai akreditasi, dibangun dari respon bergeraknya setiap warga UNJ untuk turut berpartisipasi menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Dirgahayu Universitas Negeri Jakarta, kampus tercinta. Terus mengembangkan sayap perubahan, bergerak membenahi diri, tetap menjadi rumah yang ramah bagi keluarga besarnya.

Oleh: Dian Pertiwi Joshua (IKK FT UNJ Angkatan 2012)

Tulisan ini dipersembahkan untuk Pesta Literasi 2017 yang diselenggarakan oleh UNJKita.

Categorized in: