Seperti rutinitas akhir semester pada umumnya bahwa kita (red : mahasiswa UNJ) disibukkan dengan akses untuk melihat IP (Indeks Prestasi). Dengan keterbatasan server yang dimiliki dan dengan jumlah mahasiswa yang sangat banyak, maka wajar jika hanya orang-orang “terpilih” saja yang bisa membuka siakad dan itu pun butuh kesabaran ekstra.
Tapi bukan mahasiswa namanya jika membiarkan diri mengalami stagnansi ketika menghadapi suatu masalah. Ada yang sejak jauh-jauh hari sudah bisa melihat IP-nya, salah satu langkah yang biasa ditempuh biasanya menggunakan Anjungan Akademik yang disediakan oleh pihak kampus. Atau ada juga yang punya trik rahasia untuk “membobol” siakad UNJ. Apa pun caranya tetap bijaksanalah terhadap IP.
IP memang tidak selalu dapat menentukan masa depan seseorang. Ada yg IP-nya kecil tapi sukses, tapi ada pula yg IP-besar justru biasa-biasa saja. Maka bijaksanalah terhadap IP. Tapi statement diatas terkadang dijadikan dalih oleh mahasiswa untuk malas belajar, untuk malas mengevaluasi diri, untuk pasrah terhadap keadaan yg ada. Maka bijaksanalah terhadap IP.
Memang IP bukanlah penentu keberhasilan seseorang. Tapi setidaknya IP menjadi salah satu indikator bagaimana kita dapat memahami suatu ilmu. Bagaimana respek kita terhadap dosen yang juga merupakan orangtua kita saat kita sedang berada di kampus. Bagaimana kita bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, ujian, atau praktikum. Maka bijaksanalah terhadap IP.
IP memang tidak menjamin keberhasilanmu. Tapi berusalah semaksimal mungkin, jika sudah berusaha maksimal tapi IP pas-pasan yasudah bersyukur saja. Karena tidak semua orang hanya melihat seberapa besar IP-mu, tapi ada juga orang yang lebih memilih untuk melihat bagaimana caramu mendapatkan IP tersebut, bagaimana jerih payahmu untuk memahami suatu materi. Maka bijaksanalah terhadap IP.
IP memang tidak menjamin kesuksesanmu. Maka janganlah menjadikan IP sebagai orientasimu dalam menuntut ilmu. Menghalalkan segala cara agar bisa mendapat IP tinggi.
Segala macam “jurus” andalan dikeluarkan ketika UTS atau UAS agar bisa mendapatkan nilai yang tinggi. Baik mencontek secara sembunyi-sembunyi atau secara terang-terangan karena dosen tidak melihat atau mungkin sengaja tidak melihat atau pura-pura tidak tahu. Tapi bukankah Tuhan itu Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang dikerjakan hamba-Nya? Kau lakukan itu semua seolah kau lupa jika kemarin kau ikut demo tentang korupsi. Maka bijaksanalah terhadap IP.
Tapi jangan menggunakan statement “IP tidak menjamin kesuksesanmu” utk kemudian bermalas-malasan. Datang terlambat ke kampus, titip absen, atau bahkan masuk ke kelas kalau ingat saja. Terus kau dengan mudahnya mengatakan, “selow brp, IP gak menjamin masa depan gue.” IP besar saja belum tentu sukses, apalagi yg kecil?
IP yang besar hanya akan menjadi penghias manis lembar ijazahmu ketika semua itu kau dapatkan dengan cara yang curang yang membuat IP tidak menggambarkan kemampuanmu yang sebenarnya. Atau mungkin IP yang kecil justru akan menjadi sedikit gambaran tentang masa depanmu ketika sikapmu dalam keseharian terlalu sering merendahkan dosen atau tidak serius untuk kuliah karena malas. Maka bijaksanalah terhadap IP.
Maka berusahalah menjadi mahasiswa yg baik dalam akademiknya dan baik pula akhlaknya. Cerdas ilmu dunianya, cerdas pula ilmu akhiratnya. Yang menjadikan ambisimu mendapatkan IP yang tinggi bukan hanya untuk orientasi duniawi, melainkan orientasi untuk mendapatkan kehidupan di akhirat yang baik.
Bijaksanalah terhadap IP…