06.05
–Kemudian ini adalah hari baktinya yang terakhir
Ia pergi
Nahkodaku
Sunggingan senyumnya akan segera melaparkan setiap mata yang mencintainya
Bahasa santunnya kini menjadi jarang menjamah telingaku
Kopong
–dingin
Tuhan, kenapa sih ?
—
Ikhlashnya, daya ingatnya yang kuat,
bijaknya, wawasan luasnya,
matanya yang selalu memandang jauh ke depan
Analisanya yang selalu tepat,
tanggap
Perangai santunnya, sahajanya,
kelembutannya, ketulusan cintanya yang tertanam tepat di hatiku
Sifat bersahabatnya, keberaniannya membela kebenaran,
sportifnya bak pemain lapangan paling andal
Tak gentar melawan kebatilan, tapi tak pernah membabi buta
Shiddiq, tawadhu’, ihsannya
Kesabarannya
Kesucian jiwanya, kiram, wara’, zuhudnya
Adilnya, jujurnya
Kerendahan hatinya, tekad bulatnya
Sifat tawakalnya, keteguhan pendiriannya
Jiwa optimisnya,
dan segala kesederhanaannya
Bersamanya, aku paham bahwa kuat adalah keharusan
Bersamanya, aku sadar bahwa masalah hanyalah kerikil-kerikil kecil yang bisa cepat bersih jika disingkirkan bersama
Candaan-candaan kecilnya yang sering memecah suasana
–Terkikih kecil–
Ia selalu menepati janji dan sumpah setianya
Walau kadang hati-hati berdebu tebal tak sudi mengakui setiap kebaikannya
Oh teladanku
Tuhan, kenapa sih ?
–Hening–
06.39
.
.
Kemudian aku tersadar dari mataku yang tertutup
Berpikir sejenak
Lho ?
Apa ?
Aku beruntung ?
Ternyata iya !
Mengapa terus merenyeh tak berguna ?
Padahal banyak hal yang mesti aku syukuri
Aku tersadar !
Sudah seharusnya kusampaikan berjuta kata syukur kepada Allaah Pemilik Semesta
Yang telah memilihku di antara kebahagiaan tak terukur,
yang tak semua manusia pernah menjamah rasanya;
“Memiliki qiyadah seperti dirinya”
Lalu tersadar kembali,
Kini kapal sedang kosong nahkoda
Mengapa tidak bersiap diri, atau menunjuk nahkoda baru yang sudah mumpuni jiwa raganya ?
Yang selanjutnya membuatku setiap hari mengucap kata syukur kembali
Semoga dirimu serupa dirinya
Iya
Kau
.
.
Wahai pengganti
Ini dariku, dengan sejuta harapan
Yang memilihmu
Untuknya yang dahulu, beristirahatlah
Jauh kau bawa rindu
9 Rabiul Awal 1439 H
06.48 WIB
Oleh: Alyaa Dinda Aisyah (Mahasiswi Ilmu Agama Islam FIS UNJ 2017)