UNJKita.com –  Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Seluruh Indonesia mewarnai jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. 20 Oktober 2016, tepat dua tahun kepemimpinan Jokowi-JK, dari parkiran IRTI massa bergerak menuju gedung Kemenko bidang Pembangunan dan Kebudayaan. Dalam aksinya, massa menyuarakan tuntutan atas nawacita yang dijanjikan oleh bapak presiden Republik Indonesia saat masa pemilu 2014.

Massa aksi memulai agitrasi di lingkungan kmapus UNJ pada pukul 07.00 WIB, sedangkan untuk pemberangkatannya sendiri dibagi menjadi beberapa kloter keberangkatan. Pada kloter pertama massa aksi berangkat dari kampus pukul 07.30 WIB. Lalu berkumpul di daerah sekitaran parkiran IRTI dan merapatkan barisan untuk selanjutnya melakukan longmarch menuju Istana Negara. Namun pergerakan massa terhenti di gedung Kominfo dan Kemenko bidang pembangunan dan kebudayaan Republik Indonesia karena bagian depan istana telah menjadi tempat aksi lain dari rekan-rekan lembaga ektra kampus seperti HMI dan PMII.

Warna-warni jas Almamater menghiasi gedung Kemenko bidang Pembangunan dan Kebudayaan. Menurut press realise dari kordinator pusat BEM Seluruh Indonesia Bagus Tito Wibisono, aksi dihadiri sekitar 5000 mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI menyuarakan tuntutannya hari ini. UNJ menjadi salah satu penyumbang massa aksi terbanyak, sekitar 1000 mahasiswa UNJ yang masuk dalam barisan massa aksi. Pasukan polisi yang terdiri dari gabungan kepolisian Jakarta diturunkan untuk mengawal aksi 20 Oktober ini, puluhan pasukan tameng, 1 unit mobil Water Canon, dan 1 unit mobil barakuda pun diikutsertakan untuk pengawalan massa aksi.

Selagi massa aksi di luar melakukan orasi ilmiah secara bergantian lewat perwakilan kampus yang hadir siang itu. Pukul 14.00 WIB, beberapa perwakilan Presma (Presiden Mahasiswa/Ketua BEM tingkat Universitas) mencoba masuk dan berdiskusi bersama Pak Presiden ke dalam Istana. Bukannya Presiden yang menemui mereka, tetapi hanya kepala staff Kepresidenan yang dapat menemui para prewakilan presma dan melakukan diskusi. Diskusi pun berjalan alot dan pihak Istana menolak permintaan perwakilan untuk menemui massa aksi untuk memberi penjelasan terkait absennya Pak Presiden sore itu.

Waktu pun menunjukan kurang lebih pukul 15.00 WIB saat baku hantam pecah antar barisan massa tim aksi dengan aparat kepolisian. Berawal dari kekecewaan massa tim aksi saat terjadi penolakan perwakilan Istana untuk menemui mereka. Baku hantam pun mengakibatkan puluhan mahasiswa mengalami luka ringan dan dua mahasiswa mengalami luka serius di bagian kepala. Tensi panas massa pun reda saat tim kreatif massa aksi melakukan teatrikal sebagai bantuk kekecewaan terhadap Bapak Presiden dan Wakilnya. Teatrikal dilakukan dengan penyembelihan seekor ayam diatas gambar besar presiden dan wakilnya sebagai simbolisasi telah matinya nurani rezim penguasa. Selain penyembelihan ayam, tim kreatif pun kembali melakukan tetrikal dengan pembakaran beberapa topeng wajah Jokowi dan Jusuf Kalla di depan personil kepolisian.

Sampai pukul 17.50 WIB Massa aksi BEM SI masih bertahan, menyingkapi tensi tinggi yang menyelimuti jalan Merdeka Barat sore itu. Aparat kepolisian pun mengganti barisan tameng di bagian depan dengan pasukan polwan, hal ini dilakukan untuk meredakan suasana saat itu. Tensi kembali memanas lewat isu penculikan massa tim aksi oleh aparat kepolisian 20 menit berselang, atau lebih jelasnya pukul 18.10 WIB. Polisi pun memperingatkan massa aksi bahwa batas waktu aksi sudah terlewat yaitu pada pukul 18.00 WIB. Namun massa aksi menolak membubarkan diri karena masih ada 2 orang rekan mereka yang masih terjebak dan tidak dapat keluar di dalam gedung Kemenko bidang pembangunan dan kebudayaan Republik Indonesia.

Setelah melakukan diskusi antara massa aksi dengan pihak kepolisian, perwakilan dari mahasiswa diperbolehkan untuk masuk ke dalam Gedung Kemenko bidang Pembangunan dan Kebudayaan untuk menjemput 2 orang perwakilan BEM SI yang belum juga keluar. Pukul 18.18 WIB akhirnya 2 orang mahasiswa yang sempat tertahan dapat keluar dari gedung dengan selamat. Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Dwiyono pun segera melakukan klarifikasi diatas mobil sound mahasiswa bahwa tidak ada penculikan atau pun penahanan atas 2 orang mahasiswa di dalam gedung tapi 2 mahasiswa itulah yang menerobos masuk kedalam gedung.

Setelah kembalinya 2 mahasiswa tersebut tidak serta merta membubarkan massa aksi sore itu, karena telah memasuki waktu Magrib. Massa aksi yang beragama muslim pun melakukan sholat magrib berjama’ah dijalan Medan Merdeka Barat dengan beralaskan almamater masing-masing mereka. Hingga akhirnya pada pukul 18.55 WIB aksi resmi ditutup dengan pernyataan sikap oleh Koordinator Pusat BEM SI yaitu saudara Bagus Tito Wibisono “Selama dua tahun nyatanya rezim Jokowi-JK belum merealisasi janji nawacitanya”, ungkapnya. Lalu dilanjutkan dengan pembacaan sumpah mahasiswa dan menyanyikan Gugur Bunga, Mengheningkan Cipta, dan terakhir Totalitas Perjuangan.

Categorized in: