Perayaan Hari Pendidikan Nasional pada tahun 2016 ini harus dinodai dengan adanya sebuah insiden memilukan. Sungguh ironi ketika para mahasiswa sedang menyuarakan aspirasinya agar pendidikan di Indonesia bisa jauh lebih baik lagi, di salah satu universitas di daerah Medan justru terjadi kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang mahasiswa terhadap dosennya sendiri.
Terlepas dari hal tersebut, kita sebagai mahasiswa yang lahir dulunya pernah duduk di bangku sekolahan pasti pernah mendengar isitilah “guru adalah orangtua kita di sekolah”. Sehingga dapat dikorelasikan terhadap keadaan kita saat ini menjadi “dosen adalah orangtua kita di kampus”. Maka sudah seharusnya dosen-dosen kita mendapatkan hak untuk ditaati dan dipatuhi selama tidak melanggar aturan.
Namun realita saat ini adalah ketika terjadi masa transisi dari siswa menjadi mahasiswa, norma-norma dan adab-adab yang dulu kita pelajari dan kita terapkan di bangku sekolah secara perlahan-lahan mulai dilepaskan. Saat ini masih banyak mahasiswa yang sudah tidak menaruh respek terhadap dosen di kampus, baik itu adalah dosen mata kuliah wajib maupun dosen mata kuliah umum.
Nasib yang lebih parah dialami oleh para dosen mata kuliah umum, dimana mata kuliah yang diambil oleh para mahasiswa biasanya dipandang sebelah mata karena pada umumnya mahasiswa mengambil hanya untuk mencari tambahan nilai. Imbasnya adalah sikap kepada dosen ketika di dalam kelas maupun di luar kelas amat sangat tidak mencerminkan diri kita bahwa kita adalah mahasiswa yang termasuk ke dalam golongan kaum terdidik.
Masih banyak dari kita yang melengos atau pura-pura tidak melihat bahkan pura-pura tidak mengenal dosen kita. Jangankan berjabat tangan, menyapa, atau sekadar memberi senyum, ketika mengantri untuk naik ke dalam lift saja seolah-olah dosen kita tersebut adalah orang yang tidak pernah kita kenal sama sekali.
Kasus-kasus di atas bukanlah bermaksud untuk mengeneralisir seluruh mahasiswa, namun setidaknya hal ini dapat menjadi sebuah gambaran bahwa semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat menjamin karakter seseorang akan menjadi semakin baik pula. Karena bukanlah suatu hal yang tidak mungkin ketika saat ini siswa dan mahasiswa mulai tidak menghormati lagi guru dan dosennya adalah akibat tontonan-tontonan dari tayangan yang ada di televisi yang secara tidak sadar mampu mempengaruhi alam bawah sadar kita untuk bertindak seperti yang dicontohkan oleh aktor dan aktris muda saat ini.
Sebagai seorang mahasiswa sudah sepatutnya kita dapat menjadi contoh dan panutan sehingga diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan mampu menempatkan posisi yang sesuai dengan kontur dan budaya setempat. Salah satunya adalah mampu menjalin komunikasi yang baik dengan tetap memerhatikan norma-norma dan adab-adab terhadap dosen kita. Karena keberkahan dari suatu ilmu yang kita pelajari hanya dapat didapatkan ketika orang yang mengajarkan ikhlas dan ridho terhadap ilmu tersebut, dan salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan memerhatikan adab-adab dalam menuntut ilmu.
Hal ini setidaknya dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi kita bahwa untuk menjadikan suatu negeri itu maju dalam berbagai bidang tidaklah cukup ketika hanya melakukan pembenahan terhadap struktur dan sistem pendidikan yang ada. Karena biar bagaimanapun penanaman karakter kepada generasi muda saat ini merupakan langkah yang amat sangat penting dan akan memberikan dampak yang besar terhadap kemajuan bangsa ini. Karena dulu para pemuda di zaman kemerdekaan berani menumpahkan darahnya demi tercapainya kemerdekaan bangsa ini adalah karena mereka semua memiliki karakter dan karakter tersebut haruslah sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.