Tiga minggu sudah para mahasiswa baru (maba) merasakan dunia barunya. Dunia yang dahulu terasa asing. Dunia yang penuh dengan tanda tanya. Ya, dunia itu adalah dunia perkuliahan.
Dalam mengenali dunia barunya, para mahasiswa baru melaksanakan kegiatan MPA (Masa Pengenalan Akademik). Setelah MPA usai dilaksanakan, kini munculah Masa Bimbingan atau yang disebut Mabim. Tujuan utama MPA maupun Mabim itu sendiri adalah untuk membantu para mahasiswa baru dalam mengenal dunia perkuliahan lebih dalam. Dengan adanya MPA maupun Mabim, rasa bingung dan penasaran yang dirasakan saat pertama kali memasuki dunia perkuliahan sudah memulai memudar, banyak para mahasiswa baru yang sudah mulai mencoba beradaptasi dengan dunia barunya.
Namun, tak sedikit mahasiswa baru yang masih merasa asing dengan dunia barunya. Para mahasiswa baru yang sudah mulai beradaptasi ini, mulai mencoba mengisi waktu luangnya dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat, seperti mengikuti seminar. Sedangkan, mahasiswa baru yang masih merasa asing dengan dunia perkuliahan, mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang kurang bermanfaat. Sehingga munculah berbagai istilah-istilah untuk mendeskripsikan seorang mahasiswa baru, antara lain kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliah-pulang), kunang-kunang (kuliah-nangkring-kuliah-nangkring), kusem-kusem (kuliah-seminar-kuliah-seminar), kuper-kuper (kuliah-perpus-kuliah-perpus), dan lain sebagainya.
Tim UNJKita.com berhasil mewawancarai seorang maba Fakultas Bahasa dan Seni mengenai tanggapan memasuki dunia barunya dan kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mengisi waktu luangnya.
“Tanggapan saya saat pertama kali memasuki dunia perkuliahan adalah senang, tapi juga takut, sekaligus sedih. Pertama, senang karena masuk perkuliahan apalagi perguruan tinggi merupakan suatu kebanggaan yang tidak dapat diungkapkan lagi. Tak hanya kebanggaan bagi diri sendiri namun juga untuk orang-orang sekitar saya, terutama keluarga saya,” jelas Raizza Monik Setiawanti.
“Yang kedua adalah takut, karena yang saya tahu dunia perkuliahan sangat berbeda dengan dengan dunia saat kita sekolah. Semua serba mandiri dan individualis yang tentunya ini merupakan hal yang cukup sulit bagi saya pahami dan jalani karena sewaktu SMA semua yang saya lakukan, dilakukan bersama-sama dengan teman-teman saya. Dan yang terakhir adalah sedih. Sedih karena dunia yang sebenarnya telah tiba. Dunia orang dewasa. Dunia di mana kita dituntut menjadi seseorang yang dewasa. Bukan hanya dalam fisik namun pemikiran. Tidak hanya itu, saya sedih karena harus berpisah dengan teman-teman saya saat SMA, harus bisa melepas semua kenangan SMA yang menurut saya sangat amat mengesankan dan tak pernah terlupakan. Saya juga sedih karena saya rasa teman kuliah dengan teman SMA cukup berbeda. Baik dalam hal pergaulan maupun pemikiran,” tambah Raizza.
“Lalu, sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti, saya berusaha untuk beradaptasi dengan dunia baru saya. Walaupun memang terkadang masih banyak hal-hal yang perlu disesuaikan dengan kebiasaan saya sewaktu SMA dan saya rasa butuh waktu yang lama untuk beradaptasi dengan lingkungan yang memang sangat jauh berbeda dari kehidupan saya sebelumnya. Saat ini, saya rasa saya belum cukup pandai dalam memanfaatkan waktu luang. Pertama, karena memang kebiasaan saat SMA yang masih terbawa sampai saat ini. Kedua, memang karena saya masih beradaptasi dengan lingkungan seputar kampus. Sehingga sampai saat ini saat ada waktu luang yang saya lakukan hanya mengobrol dengan teman saya, atau bila ada tugas, saya mengerjakan di sela-sela waktu luang,” jelas Raizza.
Selain mewawancarai maba dari FBS, tim UNJKita.com juga mewawancarai seorang mahasiswa baru dari Fakultas Teknik.
“Tanggapan saya memasuki dunia perkuliahan ini sangat berbeda dengan lingkungan di sekolah. Di lingkungan kuliah ini kita lebih banyak mengeluarkan pendapat. Lalu, cara belajarnya itu sangat berbeda. Cara belajarnya itu sangat santai tetapi benar. Sesuatu yang sangat berbeda bagi saya. Saya merasa senang dengan perbedaan itu. Lalu, di lingkungan kuliah itu mudah banget untuk beradaptasi dengan teman-teman yang baru. Ketika saya ada waktu luang tidak ada jam kuliah, saya akan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen. Selain itu, pergi ke perpus untuk membaca dan mengikuti organisasi yang ada di UNJ tersebut,” ungkap Gita Astika.