Insomnia merupakan suatu kondisi gangguan dalam kualitas dan waktu tidur seseorang yang tidak cukup. Menurut seorang ahli bernama Tyrer mendefinisikan bahwa insomnia terjadi akibat kebiasaan terjaga, kesulitan yang berlangsung dari malam ke malam, yang sering terasa seolah-olah tidak akan berakhir. Sebagian para ahli bahkan mengatakan bahwa insomnia terjadi karena kondisi psikologis yang tidak stabil, meningkatnya kecemasan, gelisah, serta emosi yang sering tidak terkontrol. Menurut pernyataan Tyrer salah satu faktor terbesar yang mempengaruhi seseorang mengalami insomnia adalah perasaan khawatir akan suatu hal yang akhirnya menyebabkan depresi. Menurut penuturan seorang Dokter bernama Welly, insomnia terjadi karena pola hidup yang buruk dan pola tidur yang tidar teratur, dan juga akibat sering mengonsumsi alkohol dan minuman yang berkafein.
Jika di lihat lebih dalam, insomnia terbagi menjadi dua macam, yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia primer merupakan insomnia persisten, yang mana hal ini hanya terjadi paling sedikit satu bulan dan tidak ada sebeb yang jelas. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM-IV), insomnia primer yang dialami oleh sebagian orang terjadi akibat kesulitan memulai tidur dan terbangun saat tidur. Dan sebagian lainnya hanya mengeluhkan kualitas tidur yang dirasa tidak baik, dimana individu tersebut merasa tidurnya kurang berkualitas. Sedangkan, insomnia sekunder merupakan keadaan insomnia yang diakibatkan oleh gangguan mental dan faktor-faktor organik tertentu.
Menurut data yang di lansir dalam berita Liputan6.com mengenai penemuan seorang dokter yang menguak fakta mengenai jumlah penderita insomnia di Indonesia. Dari hasil temuannya tersebut, terdapat 28 juta orang dari populasi penduduk Indonesia, atau sekitar 10% yang menderita Insomnia.
Insomnia pada umumnya dapat dilihat dari mulai munculnya gejala-gejala yang terjadi, seperti kesulitan memulai tidur atau tidak merasa nyenyak saat tidur dan hal ini terus berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkan lebih, merasa lelah saat bangun tidur, merasakan sakit kepala setiap bangun tidur, sulit berkonsentrasi, mudah marah, mengantuk di siang hari dan mata memerah. Menurut National Sleep Foundation (NSF), insomnia atau gangguan tidur ini dapat menimbulkan beberapa efek yaitu ketika seseorang kekurangan tidur, kemampuan berpikir dan bekerja akan lebih lambat. Hal ini tentu akan sangat mengganggu pada proses kehidupan seseorang tersebut seperti penurunan produktivitas kerja atau aktivitas lainnya di siang hari.
Menurut sebuah penelitian, insomnia terjadi hampir pada semua usia, berkisar antara usia remaja sampai usia lanjut yaitu sekitar umur 15 tahun sampai 70 tahun. Namun yang paling banyak terjadi adalah pada usia muda yang dapat dikatakan merupakan usia produktif. Terlebih gejala insomnia ini sering terjadi kepada mahasiswa. Biasanya, para mahasiswa selalu dibebankan dengan tugas-tugas mingguan atau bahkan tugas akhir yang mengharuskan mahasiswa berpikir keras. Sampai bukan suatu hal aneh lagi jika mahasiswa tersebut menunda tidurnya atau harus begadang demi menyelesaikan tugasnya tersebut.
Tidak jarang seorang mahasiswa mengalami stres berkelanjutan dan akhirnya menyebabkan insomnia yang terjadi terus menerus akibat rasa stres tersebut. Sebuah teori yang dikatakan Perry dan Potter bahwa insomnia dapat disebabkan oleh faktor psikologis meliputi stres, rasa cemas, depresi dan stimulus yang berlebihan terhadap otak. Bahkan menurut penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir, mengatakan bahwa mahasiswa tingkat akhir yang mengalami insomnia ringan hingga berat tersebut dikarenakan tugas skripsi yang sangat berat. Tidak jarang para mahasiswa tersebut mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas akhir atau skripsi mereka. Selain itu, tidak jarang pula mahasiswa tingkat akhir yang masih harus dibebankan dengan mata kuliah yang belum selesai mereka tempuh. Dan hal itulah yang menyebabkan beban yang dialami oleh mahasiswa tersebut semakin berat berefek pada kondisi psikologis dan waktu serta kualitas tidurnya.
Insomnia yang dialami oleh mahasiswa tentunya akan berefek pada konsentrasi saat belajar dan menyebabkan stres yang meningkat. Menurut teori Rafknowledge bahwa dampak dari insomnia adalah hilang fokus saat belajar, menyebabkan menurunnya konsentrasi, memperburuk kesehatan, stres yang meningkat, pelupa, bahkan hingga dapat menyebabkan penuaan kulit dan kegemukan atau obesitas.
Padahal, jika kita perhatikan kembali, secara ideal manusia seharusnya menghabiskan seyogianya sepertiga hari untuk tidur. Karena tubuh pun perlu untuk diistirahatkan dari berbagai aktivitas padat yang dilakukan setiap harinya, khusunya mahasiswa. Mahasiswa perlu untuk memulihkan atau menjernihkan fikirannya setelah otak bekerja berfikir secara keras.
Seorang ahli kesehatan holistik Andrew Weil, yang merupakan pelopor dari metode 4-7-8 yaitu sebuah teknik pernapasan yang dikenal ampuh membuat penderita insomnia tertidur dalam waktu kurang dari satu menit. Dalam metode ini, yang harus dilakukan adalah menghirup napas dengan perlahan melalui hidung dan kemudian menghembuskannya melalui mulut dengan suara mendesis. Menurut Weil hal ini merupakan obat penenang alami untuk sistem saraf. Metode ini akan membuat paru-paru terisi penuh dengan udara dan memungkinkan akan lebih banyak oksigen yang masuk ke dalam tubuh. Menurut Weil hal tersebut dapat membuat keadaan menjadi lebih tenang, dan juga dapat mengendalikan amarah.
Metode diatas dapat dilakukan oleh mahasiswa guna mengurangi kebiasaan dalam begadang. Selain menurunkan rasa stres yang berlebih, metode tersebut juga dapat membantu seorang mahasiswa tertidur dalam waktu yang lebih singkat.
Silvy Alvinal Husna
Komisi Penyiaran Islam, Prodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Sosial
Comments