“Ukuran tubuh mu tidak penting, Ukuran otak mu cukup penting, Ukuran hatimu itulah sangat penting” BC Gorbes

Sebuah kebiasaan lama, sepanjang hidup manusia, bahwa sering kali terjadi konflik-konflik didalam intelektual sebab adanya pemisahan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan Emosional. Misalnya, iman yang dipisahkan dengan rasio.

Bukan hanya kepintaran akal kita akan tetapi kepintaran dalam mengendalikan emosi juga diperlukan dalam kehidupan ini. pada saat sekarang ini banyak orang meributkan bahwa negeri Indonesia tercinta kita ini sedang mengalami krisis moral. hal ini disebabkan oleh kita yang selama ini terlalu mengandalkan akal pikiran kita dan mengabaikan suara hati nurani kita. Padahal ketajaman hati nurani merupakan kecerdasan emosional yang mengajarkan :

  • integritas;
  • kejujuran;
  • komitmen;
  • visi;
  • kreativitas;
  • ketahanan mental;
  • kebijaksanaan;
  • keadilan;
  • prinsip kepercayaan;
  • penguasaan diri atau sinergi,

inilah yang terpenting didalam kehidupan.

Fitrah Manusia

Seperti kata Shandel, yang dikutip oleh Ali Shariati dalam bukunya “Haji”, bahwa bahaya terbesar yang dihadapi umat manusia pada zaman sekarang bukanlah ledakan bom atom, tetapi perubahan fitrah. Unsur kemanusiaan didalam diri manusialah yang sebenarnya sedang mengalami kehancuran yang sedemikian cepat, hingga yang tercipta sekarang ini ialah ras-ras non manusia atau mesin berbentuk manusia yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. “Mereka ibarat menjual ‘sesuatu’ namun mereka sendiri yang harus membeli ‘sesuatu’ tadi; Berbaris didepan rumah perampok, menanti giliran diri sendiri untuk dirampok. Demikianlah yang secara cerdas berhasil diamati oleh Ali Shariati (Pakar Sosiologi) tentang bagaimana orang yang buta hati atau menurut bahasa modernnya memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Tidak jarang kita temukan anak-anak muda sekarang tumbuh dalam kesepian dan depresi, mudah marah dan lebih sulit diatur, lebih gugup dan cenderung cemas; implusif dan agresif.

Kecerdasan emosi merupakan hal yang dianggap penting untuk menentukan keberhasilan seseorang. Hal demikian telah terbukti secara ilmiah kecerdasan emosi memegang peranan penting dalam mencapai keberhasilan di segala bidang.

Robert K Cooper PhD, mengatakan

“Hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak boleh. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita untuk melakukan pembelajaran, menciptakan kerjasama, memimpin serta melayani.”

Hati nurani akan menjadi pembimbing terhadap apa yang harus kita jalani dan apa yang akan kita lakukan. Artinya, setiap manusia telah memiliki radar hati sebagai pembimbing. Sebagaimana yang dikatakan oleh Habib Adnan, Kebenaran Islam senantiasa selaras dengan suara hati manusia. Oleh karena itu, agama Islam adalah agama fitrah yang sesuai dengan kehidupan manusia. Maka seluruh ajaran Islam merupakan tuntunan suara hati manusia. Demikian kata Habib Adnan.

Kecerdasan Otak Tidak Cukup

Banyak sekali contoh disekitar kita membuktikan bahwa orang yang hanya memiliki kecerdasan otak saja, memiliki gelar tinggi, belum tentu sukses berkiprah di problematika kehidupan termasuk pekerjaan. Seringkali justru ditemukan yang berpendidikan formal lebih rendah, banyak yang lebih berhasil. Hal ini disebabkan kaum intelektual yang cenderung mengasah kecerdasan akal nya saja, padahal diperlukan pula bagaimana mengembangkan kecerdasan emosi kita seperti : ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan, dan beradaptasi.

Danah Zohar dan Ian Marshall mengartikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau nilai, yaitu kemampuan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, sebuah kemampuan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ merupakan dasar yang diperlukan untuk mengaktifkan IQ dan EQ secara benar dan tepat. Bahkan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi kita (Danah Zohar dan Ian Marshall, “SQ; Spiritual INtellegence”, Blommsbury, Great Britain). Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan, juga mampu menggiatkan IQ, EQ, dan SQ secara komprehensif.

Terdapat sebuah cerita tentang seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual dan mengaplikasikannya didalam kehidupan. Terdapat sebuah perusahan yang sedang mengalami kesusahan akibat dari krisis ekonomi, akibatnya terjadi pemotongan gaji pegawai oleh perusahaan yang berdampak pada demo para buruh untuk meminta kenaikan gaji. Namun disisi lain ada seorang pegawai yang mengerti kondisi perusahaan nya, bahwa sedang terjadi krisis ekonomi dan perusahaan pun terkena imbasnya bahkan pimpinannya pun ikut terancam pemotongan gaji. Alhasil dengan pemahaman nya itu dia tetap bekerja giat dengan ikhlas dan berprinsip di dalam jiwa nya “saya bekerja, karena prinsip saya adalah ‘memberi’, bukan untuk perusahaan, namun lebih kepada pengabdian bagi Tuhan saya.” Luar biasa dengan IQ itu ia mampu memaknai pekerjaan nya sebagai ibadah, ikhlas bekerja demi kepentingan umat manusia dan Tuhan yang ia cintai. Ia berpikir secara kebersamaan hidup dengan memahami kondisi perusahaan secara keseluruhan, situasi ekonomi, dan masalah atasannya, dalam satu kesatuan yang integral. Pegawai itu berprinsip dari dalam dirinya, bukan dari luar dirinya, sehingga ia tidak terpengaruh oleh lingkungannya. Ia adalah seorang raja atas jiwanya sendiri yang bebas merdeka. Ini merupakan sebuah penggabungan atau sinergi antara rasionalitas dunia dan kepentingan spiritual. Hasilnya adalah kebahagiaan dan kedamaian pada jiwa pegawai yang memiliki prinsip tersebut, sekaligus sudah pasti ia mendapatkan etos kerja yang tinggi, bahkan dapat menjadi asset perusahaan yang sangat penting dan “rahmatan lil alamiin” bagi lingkungan di sekitarnya.

IQ, EQ, &  SQ Harus Seimbang

IQ SQ EQ

Dengan demikian kaum akademisi bagi saya bukan hanya memerlukan kecerdasaan intelektual saja, melainkan kita juga harus menanjamkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual kita demi kehidupan yang lebih indah kedepannya. Baik secara pribadi, sosial, maupun global. Salam jernihkan hati terangi negeri.

“Take time to think. It is the source of power. Take time to read. It Is the foundation of wisdom. Take time to quiet. It is the opportunity to seek God. Take time to dream. It Is the future made of. Take time to Pray. It is the greatest power on earth.”

–Author Unknown-

Silmi Alfaritsi
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Negeri Jakarta

Categorized in: