Nah bagaimana sih caranya untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dari yang sekarang? Sering kali pertanyaan ini muncul di benak seseorang yang sedang dilanda quarter life crisis. Sebuah kondisi krisis yang membuat seseorang merasa kesedihan, terisolasi, ketidakcukupan, keraguan terhadap diri, kecemasan, tak termotivasi, kebingungan, serta ketakutan akan kegagalan. Biasanya ini terjadi karena benturan yang berbeda antara cita-cita dengan kenyataan.

Maka dari itu dari pada bingung mau jadi apa dan bagaimana. Mari kita coba perhatikan beberapa hal di bawah ini supaya kalian tidak mengalami quarter life crisi dan mencapai impian kalian yang sudah didambakan. Walaupun cara-cara ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Ya minimal satu tahun.

Singkirkan Orang-orang Negatif

Teman pergaulan tentu penting. Mereka tidak hanya mempunyai peran untuk menjadi tempat bersandar atau pelipur lara kita ketika sedang berada masalah. Meminta solusi ketika dilanda musibah. Karena memang pada dasarnya teman merupakan pihak yang sangat berpengaruh terhadap diri kita. Bahkan ketika kita sedang murung atau lelah. Ketika sedang penat dan butuh hiburan. Maka temanlah yang kalian cari. Karena teman memang merupakan kunci kebahagiaan.

Nah pertanyaannya apakah teman selalu memberikan pengaruh baik? Tentu tidak selamanya demikian. Semua itu balik lagi bagaimana kita menyikapinya. Semisal, ada yang benar-benar selektif dalam berteman. Sehingga ketika ada seseorang dengan perilaku buruk atau berbahaya seperti perampok, bandar narkoba, alkoholik, pembunuh dll. Maka orang-orang yang sangat selektif ini akan dengan mudah langsung menjauhi orang-orang dengan perilaku yang buruk tersebut. Namun ada juga yang selektif tapi tidak sekestrim itu. Semisal, ada yang berteman dengan seseorang yang dianggap bisa menularkan pengaruh buruk. Maka, biasanya orang tersebut tetap berteman, bergaul, komunikasi, bahkan saling bertukar pikiran. Tapi dia bisa menyikapi dengan baik, yakni dengan memegang prinsip “dirimu ya dirimu, sedangkan diriku ya diriku.” Mungkin terkesan individualistik bahkan cenderung egois. Namun jika kita bisa berteman dengan siapapun namun selektif dalam hal pengaruh yang kawan-kawan kalian berikan. Itu merupakan orang yang hebat dan unik. Sehingga “singkirkan orang-orang negatif” bukan berarti menyingkirkan kawan kalian dengan cara fisik atau dimaknai secara literal. Akan tetapi lebih kepada bagaimana kita bisa menyeleksi pengaruh atau contoh mana yang mau kita serap dan tiru serta pengaruh atau contoh mana yang mau kita singkirkan. Karena jika kita benar-benar menyingkirkan kawan-kawan negatif dan mengakibatkan punya teman yang sedikit. Itu juga tidak baik terhadap diri kita sendiri. Pun kalau terlalu banyak juga tidak baik. Seperti boros keuangan atau kurang memiliki ketajaman konsentrasi. Sehingga kita benar-benar harus memperhatikan ruang lingkup pertemanan kita.

Komitmen pada Tujuanmu

Setelah persoalan teman sudah kalian pegang. Maka hal yang harus kalian lakukan ialah komitmen terhadap tujuan kalian. Karena tidak mudah untuk berkomitmen pada tujuan, pada mimpi, pada cita-cita, pada pasangan. Nah yang terakhir sepertinya komitmen yang paling sulit. Namun secara keseluruhan untuk berkomitmen memanglah sulit. Kita suka terdistrak. Bahkan menyerah di tengah jalan. Dan tidak sedikit yang sudah menyerah tanpa memulai. Maka itu perlu setidaknya memiliki komitmen yang kuat. Bagaimana caranya? Bertukar pikirlah dengan orang-orang yang memiliki tujuan atau setidaknya pengalaman dan pengetahuan yang lebih dari kalian. Kualitas tetap harus diutamakan ketimbang kuantitas. Karena ungkapan “lebih ramai, lebih seru,” tidak selalu berlaku. Karena jika selalu berbagi cerita atau sekedar membicarakan mimpi dengan orang yang tidak memiliki selera yang sama dan punya pengetahuan atau pengelaman yang lebih dari kita, yang ada mimpi kalian hanya akan menjadi sebuah wacana. Karena tidak memiliki komitmen yang kuat.

Belajar dari Kesalahan

Hal ketiga yang harus kalian perhatikan, jika ingin menjadi pribadi yang lebih baik, ialah jangan pernah malu belajar dari kesalahan. Jangan takut melakukan kesalahan. Jangan malu mengakui kesalahan. Ini dilakukan bukan semata-mata untuk mengetahui apa yang salah dan bisa kita perbaiki jika hal serupa terjadi. Tetapi juga melatih daya kreatif dan mengokohkan komitmen kita. Ini terbukti, ketika orang melakukan kesalahan, seseorang akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari cara untuk memperbaikinya. Ditambah jika kita memiliki akses atau sumber daya yang minim. Daya kreatif dan komitmen kita akan sesuatu jadi lebih besar, tinggi, serta jangka panjang.

Jika orang tidak pernah mau mengakui kesalahan, atau bahkan tidak bisa mengidentifikasi apa yang salah dan kurang dari diri mereka sendiri. Maka saat itu juga mereka melewatkan kesempatan untuk menjadi diri yang penuh kreatif dan semangat. Contoh, jika seseorang selalu menganggap kesalahan mereka sebuah “kesuksesan,” mereka akan terjebak dalam kehidupan yang monoton. Tidak ada inovasi. Tidak ada penemuan. Tidak ada eksperimentasi. Tidak ada semangat adrenalin dalam hidup. Karena perubahan tidak akan terjadi di tangan yang selalu serta merta mencapai “kesuksesan” tanpa mengetahui bagaimana serunya untuk salah dan terus-menerus mencari alternatif, selalu berkreasi dengan ide-ide menakjubkan. Walau terkadang cenderung gila.

Kembangkan Skills yang Kamu Miliki

Keep learning juga tidak kalah penting. Setelah kita berani untuk belajar dari kesalahan dan membuka diri terhadap potensi diri yang mungkin saja tidak seorang pun mengetahui. Karena keterampilan dan daya pikir harus terus diasah dan menerima “asupan.” Otak misalnya, sama seperti halnya perut. Dia perlu memperoleh nutrisi gizi secukupnya. Jika otak sudah berhenti belajar, atau tidak lagi belajar. Maka daya pikir seseorang bisa jadi tumpul. Kemampuan untuk berkreasi pun akan semakin berkurang. Contoh saja semisalnya, membaca. Seseorang yang sudah tidak lagi membaca—terutama membaca bahan yang berbobot, seperti membaca koran—kemungkinan besar dia akan ketinggalan isu terkini yang sedang booming. Nalar untuk mengkritisi, baik tulisan itu maupun objek yang ditujukan oleh tulisan itu pun akan menjadi berkurang. Sehingga ketika orang membaca lagi, mungkin saja dia sebatas melakukan “scanning” tanpa benar-benar memperhatikan kualitas muatan tulisan tersebut. Terlebih jika waktu lama dia tidak membaca itu selama dengan waktu dia hidup saat ini.

Karena percayalah teman-teman, belajar itu menyenangkan. Mengembangkan keterampilan itu menyenangkan. Dengan banyaknya belajar, itu bisa melatih cara berpikir, mempertajam rasa—atau lebih kerennya mungkin sense atau taste—dan memperpanjang kehidupan: “your mind is really like a muscle, and using it is a key.”

Investasikan Hartamu untuk Masa Depanmu

Menabung juga tidak boleh lewatkan. Kenapa? Dengan menabung. Kalian setidaknya bergerak atau berada satu langkah di depan orang-orang. Setidakya berada satu langkah di depan orang-orang yang tidak menabung. Menabung memungkinkan orang memiliki sebuah perencanaan: untuk apa nantinya uang yang kalian tabung ini. Dan jika kalian tidak memiliki sebuah perencanaan matang. Alias hanya sebatas jaga-jaga saja. Menabung juga melatih kalian untuk disiplin. Sehingga akan berdampak juga terhadap hal-hal disebutkan di atas. Dengan menabung kalian akan dilatih untuk berkomitmen, dan memulai semuanya dari step by step, dan jika kalian melakukan suatu kesalahan—apapun itu dan membutuhkan uang untuk penyelesaiannya, seperti terkena kecelakaan—kalian bisa menggunakan uang yang telah kalian tabung tersebut. Singkatnya menabung juga melatih pengalaman kalian.

Jadilah Rendah Hati

Rendah hati jangan disamakan dengan sikap pesimis. Jangan juga dibarengi antara rendah hati dengan merendahkan orang lain. Maksudnya? Seperti orang yang mengensankan rendah hati tapi sebenarnya untuk menunjukkan keunggulan yang dia miliki, dan pada akhirnya orang lain menjadi titik awal dia untuk menghina. Kurang lebih seperti frasa “merendah untuk meroket.” Niatnya sih rendah hati, tapi tujuannya itu merendahkan orang lain.

Maka dari itu penulis ingin menekankan kalau rendah hati justru bukan yang sebagaimana maksud di atas. Tapi lebih kepada diri yang lebih terbuka dan tidak menganggap kalau dirinya sendiri adalah pusat segala hal. Bahwa masih ada orang yang lebih dari dirinya, dan dia bersedia untuk terus belajar dan membuka banyak kesalahan selama dia memang niat untuk berusaha belajar. Karena dengan rendah hati memang merupakan obat penawar untuk segala hal yang berbau “egois.” Jika seseorang sudah merasa egois maka tamat sudah. Dia tidak memiliki ruang untuk belajar dan terbuka potensi baru dirinya. Namun jangan sampai rendah hatinya keblablasan. Karena terlalu rendah hati juga bisa menjadi pisau bermata dua. Walaupun bentuknya berbeda dengan yang baru saja disebutkan di atas. Terlalu rendah hati. Bisa membuat orang menganggap remeh, tidak kompeten, dan tidak mandiri..

Nah sekiranya cukup sekian beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ingin mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Setidaknya beberapa hal di atas mungkin bisa membantu kawan-kawan untuk tidak memasuki fase quarter life crisis. Maka dari itu jika kalian punya pandangan yang berbeda. Bisa kalian bagi di kolom komentar. Karena pada dasarnya tulisan ini ialah upaya untuk terjalinnya sebuah dialog. Dialog antar sesama penderita quarter life crisis.

Sumber:

  • tirto.id
  • huffpost.com
  • bigthink.com
  • psychologytoday.com
  • brainstorming.co.uk/tutorials/brainstormingprinciples.html
  • success.com/how-to-keep-learning/
  • psychologicalscience.org/news/releases/learning-new-skills-keeps-an-aging-mind-sharp.html
  • forbes.com/sites/cfainstitute/2012/02/24/why-should-you-save/#7b831b007656
  • thriveglobal.com/stories/humility-the-most-undervalued-value/
  • news.nd.edu/news/humility-is-a-double-edged-sword-for-some-leaders-study-shows/

Categorized in: