Pemuda hari ini, ialah gambaran masa depan bangsa.

Pemuda merupakan tulang punggung bangsa.

Pemuda, ialah mereka yang peduli akan bangsa.

Iya, itulah beberapa kalimat yang berisikan harapan-harapan umum terkait pemuda.

Namun perlu kita ketahui terlebih dahulu, apakah itu pemuda dan berapakah rentang usia sehingga individu tersebut bisa disebut sebagai pemuda?

Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Dan menurut WHO usia pemuda memiliki rentang usia antara 10-24 tahun.

Di Indonesia sendiri jumlah pemuda mencapai angka 24,5% dari 257,9 Juta penduduk Indonesia (Data BPS 2016), sangat banyak. Jika para pemuda tersebut dapat dibina dengan nilai-nilai moral dan norma-norma yang berlaku di Indonesia, bukan tak mungkin bahwa Indonesia akan menjadi negara yang maju karena pemudanya hari ini terarah pada hal yang positif.

Namun, realitanya, sangat miris bila melihat kondisi pemuda Indonesia saat ini. Ialah seks bebas, rokok, narkoba, ketiga hal tersebut yang menjadi kesibukan banyak pemuda saat ini.

Ini dikarenakan pemuda Indonesia salah dalam menentukan ‘kiblat’ pergaulan mereka. Mereka berkiblat pada Amerika dan negara-negara barat lainnya, yang notabene menganut sistem kebebasan dalam bernegara.

Dan juga pemuda hari ini dijauhkan oleh Agama, peran agama dalam kehidupan pemuda hari ini sedikit-sedikit mulai memudar, ini tak lain tak bukan merupakan tujuan oknum-oknum sekularis yang berusaha memisahkan agama dengan aspek-aspek kehidupan.

Kondisi tersebut, diperparah dengan kebiasaan pemuda hari ini yang mulai meninggalkan membaca buku-buku, baik itu buku sejarah, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Pemuda hari ini lebih nyaman dengan gadget mereka, mengakses hal-hal negatif dari gadget mereka.

Jika saja hari ini para pemuda sedikit membaca buku-buku atau menelisik kembali sejarah atau sirah-sirah Nabi, banyak sekali tokoh-tokoh muda yang menginspirasi.

Adalah Usamah bin Zaid, menjadi panglima perang dalam usia muda, kita ingat dalam Perang Uhud, Usamah bin Zaid datang ke Rasulullah SAW untuk menawarkan diri agar dirinya diajak untuk jihad fii sabilillah, namun Rasulullah menolak karena usianya masih sangat muda, 15 tahun. Begitulah ghirah pemuda pada masa Rasulullah SAW,.

Puncaknya, pada perang umat Islam melawan bangsa Romawi, Usamah bin Zaid diangkat menjadi panglima perang umat Islam, pada saat itu, usianya belum genap 20. Dan Usamah pun mampu memimpin pasukan Muslim dengan baik, sehingga umat Islam pada perang tersebut meraih kemenangan.

Kemudian, ada Sultan Mehmed II atau yang biasa kita kenal dengan Muhammad Al Fatih, dalam usia muda ia menaklukan Byzantium atau Konstantinopel.

Sedikit kisah tentang Al Fatih, sebelum hari penaklukan Konstantinopel, begitu yakinnya Sultan Mehmed II dengan Bisyaroh Rasulullah terkait kemenangan Unat Islam, ia bertekad akan menembus benteng kota Konstantinopel dan menaklukkannya.

Sejak akil balig, ia tak pernah sekalipun meninggalkan solat malam, karena ia yakin atas Kabar gembira dari Rasulullah bahwa Konstantinopel akan takluk oleh umat Islam, ialah yang memimpin sebaik baik pemimpin dan pasukan yang menaklukannya, ialah sebaik baik pasukkan. Hal ini juga merupakan buah didikan dari gurunya Syaikh Syamsudin yang mampu membina Sultan Mehmed II sehingga timbul kecintaan yang luar biasa terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Bukan tanpa halangan Sultan Mehmed II dalam menaklukan kota Konstantinopel, butuh waktu berhari-hari untuk menembus benteng Konstantinopel, sehingga sudah tak ada lagi cara untuk menembus benteng yang kuat tersebut. Namun Sultan Mehmed II nampak tidak pesimis meskipun para jendral perang bawahannya menyarankan kepada Sultan Mehmed II untuk menarik pasukannya, namun dengan optimis Sultan Mehmed II menolak saran tersebut, hingga sampai pada masa dimana strategi ‘gila’ yang keluar dari pikiran seorang pemuda.

Strategi tersebut ialah menarik kapal perang untuk melalui bukit dan menggelontorkannya dari atas bukit sehingga hancur lah benteng Konstantinopel.

Memang tidak masuk akal, bagaimana bisa dan mungkin menarik kapal untuk melewati bukit yang menjulang beratus ratus meter tingginya. Namun, itulah hakikatnya pemuda, penuh dengan keyakinan, ‘ide gila’, serta teguh dalam pendirian, dan ketika pemuda sudah terbina dengan baik maka timbullah sifat-sifat seperti Usamah bin Zaid dan Sultan Mehmed II.

Maka, pembinaan pemuda sangatlah penting dalam menyongsong kebangkitan Indonesia, sehingga lahir lah Usamah bin Zaid dan Sultan Mehmed II dari Indonesia, sehingga pemuda Indonesia mampu menjadi tulang punggung bangsa yang baik, menjadi gambaran masa depan bangsa yang baik, dan memedulikan nasib bangsanya.

Oleh: Anas Abi Anzah (Komandan Red Soldier FIS UNJ 2018)

Categorized in: