Pesta politik sedang dirayakan besar-besaran di Ibukota dalam rangka Pilkada DKI Jakarta. Semua orang berpartisipasi dengan caranya masing-masing. Ada yang begitu histeris sebagai pendukung fanatik masing-masing pasangan calon. Ada yang dengan kalem berubah profesi menjadi pengamat politik dan mencoba menganalisa siapa pemenangnya nanti. Ada yang dengan santai mengikuti arus demokrasi sambil senyum-senyum melihat mewahnya gaya kampanye para pasangan calon. Ada yang tidak begitu peduli karena takut tangannya kotor saat ikut main politik.
Gaya berpakaian masing-masing pasangan calon turut meramaikan hiruk pikuk Pilkada DKI Jakarta. Dibandingkan dengan Pilkada di daerah lain, DKI Jakarta bisa dikatakan sebagai daerah dengan pasangan calon yang fashionable bahkan menjadi trend setter. Dimulai dengan pasangan calon nomor 1, Agus-Sylvi yang dikenal dengan baju Tactical. Baju ini berangkat dari latar belakang Agus sebagai seorang tentara. Sehingga dipakailah baju Tactical yang biasa dipakai prajurit saat latihan atau berada di lapangan. Selanjutnya, gaya fashion pasangan nomor dua yang sudah tidak asing lagi. Ya, pasangan calon Ahok-Djarot sudah terkenal dengan pakaian “Kotak-kotak”. Gaya pakaian ini kembali digunakan Ahok untuk berkampanye setelah sebelumnya digunakan untuk berkampanya di Pilkada DKI 2012 lalu bersama Jokowi. Lalu, dari pasangan calon nomor 3 identik dengan pakaian putih dan peci di kepala. Gaya berpakaian ini pun menuai pujian sebagai gaya berpakaian paling santun diantara ketiga pasangan calon. Yang jelas, setiap cara berpakaian ketiga pasangan calon turut menjadi bagian dari kampanye Pilkada DKI Jakarta.
Selain dengan pakaian, pasangan calon turut berlomba memenangkan hati warga lewat program kerja. Beberapa saat yang lalu, Tim UNJ Kita melakukan perbincangan singkat dengan beberapa warga Jakarta Timur bilangan Jatinegara Kaum dan Penggilingan. Dari perbincangan tersebut, Tim UNJ Kita mendapatkan beberapa kesimpulan terkait pilihan warga tahun ini.
Agus Sylvi banyak memenangkan hati warga lewat program kerja 1 RW 1 M. Pasangan nomor satu ini menjanjikan juga akan ada bantuan 50 juta untuk satu unit usaha dan 5 juta setahun untuk keluarga kurang mampu. Program kerja yang dianggap kurang mendidik masyarakat kecil oleh sejumlah pakar politik ternyata disambut baik oleh warga. Karena jumlah rupiah yang ditawarkan sangat menggiurkan meskipun belum ada kejelasan sumber dana yang akan digunakan Agus-Sylvi untuk merealisasikan hal ini. Track record Agus sebagai orang militer dan Sylvi sebagai Wali Kota Jakarta Pusat juga menjadi satu keuntungan. Apalagi Agus juga merupakan anak dari mantan Presidan Republik Indonesia.
Lalu, pasangan calon kedua yang sudah lebih banyak dikenal warga karena merupakan pasangan calon petahana. Ahok Djarot banyak memenangkah hati warga berkat hasil kinerjanya selama ini. Beberapa warga menyatakan senang dengan pelayanan birokrasi yang sangat baik semenjak Ahok Djarot menjabat. Semuanya menjadi bersih dan tidak ada lagi pungutan liar. Ketegasan Ahok dianggap sebagai pemicu hal tersebut. KJP juga dianggap sebagai salah satu program kerja yang sukses karena banyak warga yang merasa terbantu lewat program ini. Namun, beberapa warga tetap menyayangkan sikap Ahok yang terkadang dinilai terlalu kasar. Juga kasus penistaan agama yang pada akhirnya membuat Ahok mempunyai nilai minus tersendiri.
Anies Sandi sebagai pasangan calon ketiga banyak memenangkan hati warga lewat kesantunannya dan gaya komunikasi di acara Debat Kandidat 13 Januari lalu. Selain itu, programnya dianggap sebagai program yang paling memberdayakan masyarakat agar menjadi masyarakat mandiri yaitu program OKE OCE, menciptakan 200.000 lapangan pekerjaan, dan juga pemberdayaan entrepreneurship. Track Record Anies sebagai mantan Menteri Kemendikbud dan Sandi sebagai pakar kewirausahaan turut mempengaruhi kecintaan warga pada pasangan yang satu ini. Namun, beberapa warga masih ada yang kurang percaya dengan pasangan ini karena dinilai kurang berpengalaman dalam bidang politik. Sehingga takutnya justru jika terpilih hanya akan menjadikan DKI Jakarta sebagai tempat uji coba.
Masa kampanye memang merupakan salah satu cara untuk bisa mensosialisasikan program kerja yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pasangan calon dan tim sukses. Lewat kampanye positif diharapkan menciptakan sebuah persaingan yang positif pula. Siapapun pemimpinnya nanti, pastinya mempunyai program kerja, visi misi, dan mimpi yang terbaik untuk Ibukota. Mari berpartisipasi aktif dan tentukan pilihanmu dari sekarang. Say no to Golput!