Pamor perguruan tinggi negeri (PTN) dikalangan siswa tingkat akhir sekolah menengah atas sangatlah besar dan bersifat turun temurun setiap tahunnya. Hal ini sudah menjadi budaya yang selalu terjadi oleh para siswa tingkat akhir sekolah menengah atas. Mereka bercermin pada kesuksesan kakak kelas mereka yang berhasil masuk perguruan tinggi negeri. Perguruan tinggi negeri dipandang sebagai sebuah pencapaian luar biasa bagi para alumni SMA, meskipun hal tersebut belum tentu benar, dikarenakan dewasa ini banyak bermunculan perguruan perguruan tinggi swasta yang kualitasnya tidak kalah bagus bahkan mampu melebihi kualitas perguruan tinggi negeri. Lantas, apa sajakah faktor yang membuat perguruan tinggi negeri masih menjadi “primadona” para alumni SMA?. Berikut sedikit ulasannya :
1. Branding.
Hal ini bisa menjadi salah satu alasan terkuat mengapa perguruan tinggi negeri masih menjadi primadona, nama-nama besar seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dll. Menjadi daya tarik tersendiri mengapa para alumni SMA banyak bersaing untuk menjadi bagian didalam nama-nama besar tersebut.
2. Perbedaan Stereotip terhadap PTN dan PTS.
Faktor ini berbicara tentang bagaimana perbedaan stereotip atau cara pandang seorang siswa terhadap perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Kebanyakan dari mereka berpandangan bahwa perguran tinggi negeri berada dilevel yang lebih baik dibandingkan perguruan tinggi swasta, hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti pengelolaan langsung oleh pemerintah, menunjang masa depan, dan nama institusi yang sudah tersohor. Sebaliknya, cara pandang terhadap perguruan tinggi swasta cenderung mengarah pada hal hal yang negatifnya saja, banyak sekali pemberitaan yang tidak mengenakan soal perguruan tinggi swasta, seperti biaya yang mahal, lulusan yang tidak sehebat dari perguran tinggi negeri , tidak menunjang masa depan, dan banyak hal lainnya.
3. Dorongan dari lingkungan sosial.
Seorang siswa biasanya sudah dibebani target untuk bisa masuk ke perguruan tinggi negeri oleh sekolah, orangtua, atau lingkungan sosial mereka, hal ini menjadi salah satu dorongan yang kuat bagi setiap siswa untuk bisa mencapai target tersebut . Sekolah biasanya cenderung merekomendasikan siswa mereka untuk memprioritaskan perguruan tinggi negeri sebagai tempat menimba ilmu selanjutnya. Sedangkan bagi mereka yang berasal dari keluarga berpendidikan baik, orang tua cenderung mengharuskan mereka untuk bisa masuk ke perguruan tinggi negeri . Bercermin dari apa yang sudah anggota keluarga lain capai.
4. Adanya rasa cemburu apabila tidak masuk perguruan tinggi negeri.
Faktor ini setidaknya pernah ada dalam benak setiap siswa tingkat akhir sekolah menengah atas. Mereka melihat pencapaian kakak-kakak kelas dan juga teman-teman mereka yang berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri. Tentunya ada perasaan cemburu untuk bisa menyamai pencapaian tersebut. Hal ini dikarenakan mereka tidak ingin menjadi “berbeda” diantara teman-teman mereka yang sudah berhasil masuk perguruan tinggi negeri. Oleh karena itu banyak sekali ditemukan siswa yang beberapa kali mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri bahkan di tahun berikutnya.
5. Mempetimbangkan masalah keuangan.
Ini merupakan salah satu alasan yang cukup penting. Banyak siswa yang mengejar bangku perguruan tinggi negeri karena ingin meringankan beban orangtua mereka, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga yang berekonomi rendah. Oleh karena itu perguruan tinggi negeri menjadi incaran banyak alumni SMA karena biaya yang tersubsidi oleh pemerintah, namun dengan kualitas yang baik. Selain itu di perguruan tinggi negeri juga terbuka kesempatan bagi mereka yang kurang mampu untuk mendapatkan beranekaragam tawaran beasiswa.
6. Mempertimbangkan relasi dan konektivitas.
Dalam dunia perkuliahan tentunya dibutuhkan banyak relasi dan koneksi yang luas dengan dunia luar, hal ini tentunya berguna untuk menambah wawasan dan pengalaman sebagai seorang mahasiswa. Bagi mereka para siswa yang baru lulus SMA pastinya beranggapan bahwa perguruan tinggi negeri memiliki lebih banyak hubungan kerjasama atau kesepahaman dengan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional. Selain itu pengelolaan perguruan tinggi negeri langsung oleh pemerintah menjadikan banyak pihak tertarik untuk melakukan hubungan kerjasama dan kesepahaman seperti pemberian beasiswa atau penunjang karir.
Selain dari beberapa poin diatas, sebenarnya masih ada sejumlah alasan lain mengapa perguruan tinggi negeri masih menjadi “primadona” bagi para alumni SMA sampai dengan saat ini. Data dari kementerian riset, teknologi, dan pendidikan tinggi (ristekdikti) menunjukan bahwa di tahun 2017 ini terjadi kenaikan jumlah peserta seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri atau SBMPTN dimana terjadi kenaikan sebanyak 76.412 peserta dibanding tahun sebelumnya. Di tahun ini, terdapat 797.738 peserta yang bersaing untuk memperebutkan 148.066 kursi perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia. Hal ini tidak lantas dikatakan sebagai sesuatu yang baik ataupun buruk bagi PTN maupun PTS. Banyak dari mereka yang belum berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri pada akhirnya memilih perguruan tinggi swasta sebagai pilihan, baik itu pilihan tetap ataupun sementara. Banyak juga dari mereka yang memang tidak tertarik untuk masuk ke perguruan tinggi negeri atau mereka yang mendapatkan beasiswa dari perguruan tinggi swasta dan berbagai alasan lainnya.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tempat tidak bisa mendefinisikan kualitas seseorang. Kedua duanya memiliki kelebihan dan juga kekurangan . banyak mahasiswa perguruan tinggi negeri yang hanya menjadi “ekor” sedangkan mereka menjadi “kepala” di perguruan tinggi swasta. Yang harus digaris bawahi adalah bagaimana mereka yang berada di perguruan tinggi negeri maupun swasta belajar untuk menjadi bagian dari perubahan bangsa ini menuju yang lebih baik.
Oleh : Abdan Syakuro