Tahun 2016 sudah berlalu. Estafet kepemimpinan BEM UNJ periode 2016-2017 dibawah nakhoda Bagus Tito Wibisono akan segera berganti. Lantas bagaimana kinerja BEM UNJ selama ini. Sudah memuaskan atau justru mengecewakan?
UNJKita.com pada akhir bulan Desember telah mempublikasikan hasil riset terhadap kinerja BEM UNJ. Riset burupa survei selama 5 hari yakni tanggal 17-21 Desember 2016. Metode yang digunakan adalah simple random sampling. Dalam rentang lima hari tersebut terhitung jumlah responden sebanyak 312 mahasiswa dari delapan fakultas yang ada di UNJ. Responden berasal dari angkatan 2016 hingga angkatan 2012.
Hasil survei menunjukan 39% responden merasa cukup puas, 40% responden merasa puas, 7% merasa sangat puas. Hanya 10% responden yang menyatakan kurang puas dan 4% menyatakan tidak puas. Dari data tersebut menunjukan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kepemimpinan Bagus Tito Wibisono sebagai Ketua BEM UNJ dan Septian Dicky Pratama sebagai Wakil Ketua BEM UNJ terbilang tinggi.
Baca Juga : Rilis Survei UNJKita ; ”Menakar Elektabilitas Calon Ketua-Wakil BEM UNJ 2017 & Evaluasi Kinerja BEM UNJ 2016”
Ada banyak faktor yang menyebabkan tingkat kepuasan terhadap kinerja BEM UNJ terbilang tinggi. Hal tersebut tidak bisa terlepas dari peran BEM UNJ meliputi peran komunikasi, peran sosial politik, peran sosialisasi, peran advokasi serta berbagai peran lainnya.
Salah satu kinerja BEM UNJ yang perlu diakui adalah keberhasilannya mendesak pihak rektorat untuk menghapus uang pangkal sebesar 15 juta bagi mahasiswa jalur mandiri (Penmaba) tahun masuk 2016. Selain itu golongan UKT juga diubah mengikuti golongan UKT tahun sebelumnya sehingga lebih meringankan mahasiswa. Keberhasilan ini dipandang sangat positif oleh kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa angkatan 2016.
Hal tersebut tentu bukan perkara sederhana. Sebelumnya BEM UNJ yang diwakili oleh Departemen Advokasi dan Tim Pembela Mahasiswa telah banyak melakukan kajian dan beberapa kali mengadakan pertemuan dengan pihak pimpinan UNJ yang berujung dengan demonstrasi besar-besaran mahasiswa UNJ di depan gedung rektorat. Aksi demonstrasi dalam kampus yang diikuti ratusan mahasiswa dari seluruh fakultas berhasil menarik simpati segenap mahasiswa dan masyarakat luas. Hal tersebut dinilai sangat berperan dalam mendongkrak kepuasan mahasiswa UNJ terhadap kinerja BEM UNJ.
Kinerja lainnya yang patut diapresiasi adalah peran advokasi yang dijalankan oleh BEM UNJ. Peran ini sangat sentral sekaligus peran yang membedakan BEM dengan lembaga lainnya. Keberhasilan mendesak rektorat untuk menghapus uang pangkal bagi mahasiswa jalur penmaba hanyalah salah satu bentuk peran advokasi. Peran advokasi lainnya ditunjukan oleh BEM UNJ pada akhir semester. Bertepatan dengan musim liburan panjang, jajaran Departemen Advokasi BEM UNJ sibuk melakukan operasi “hening” yakni melakukan koordinasi dengan seluruh BEM tingkat prodi untuk mendata mahasiswa yang kesulitan membayar UKT kemudian mencarikan jalan keluar.
Kebijakan Rektor UNJ Prof. Dr. Djaali yang menghapus biaya parkir bagi mahasiswa juga dinilai turut meningkatkan kepuasan mahasiswa terhadap kinerja BEM UNJ. Kebijakan rektor tersebut secara sederhana ditafsirkan oleh mahasiswa sebagai salah satu keberhasilan BEM UNJ dalam menjalankan peran komunikasi dengan pimpinan UNJ.
Kebijakan parkir gratis memang bukan kebijakan yang diputuskan dengan sekejap mata. Perjuangan BEM UNJ untuk mendorong jajaran rektorat memperbaiki sistem parkir dan menggeratiskan biaya parkir telah sejak lama digalakkan oleh para Ketua BEM UNJ sebelumnya. Baru di bawah kepemimpinan Bagus Tito Wibisono hal tersebut direalisasikan oleh pihak rektorat.
Peran komunikasi lainnya adalah dengan diadakannya DIVA (Dialog Civitas Akademica) pada bulan November 2016 yang disambut antusias oleh mahasiswa dilihat dari banyaknya peserta yang hadir. BEM UNJ berhasil menghadirkan Rektor UNJ dan para wakil rektor untuk duduk bersama membahas permasalahan kampus. Melalui kesempatan ini mahasiswa dapat menyampaikan keluh kesah secara langsung kepada pimpinan UNJ.
Berbagai aksi sosial yang dilakukan juga turut menyumbang kesan positif terhadap kinerja BEM UNJ. Berbagai bencana alam di tanah air segera mendapat respon dari Departemen Sosial Politik BEM UNJ dengan penggalangan dana dan penyaluran bantuan. Bentuk aksi sosial yang dijalankan di antaranya adalah penggalangan bantuan untuk korban kebakaran Rawamangun di pertengahan bulan Mei 2016. Pada awal bulan Desember 2016, Bagus Tito Wibisono dan perwakilan Departemen Sosial Politik secara langsung mengunjungi korban gempa di Aceh untuk memberikan bantuan.
Selain itu, aksi sosial juga digalakkan dengan adanya Comdev (Community Development) UNJ yang merupakan organisasi underbow BEM UNJ yang secara rutin memberikan pendidikan dan pengajaran gratis bagi anak-anak menengah ke bawah sekitar UNJ. BEM UNJ juga mengadakan gerakan UNJ berbagi dengan memberikan Al-Quran dan Juz Amma kepada Yayasan Mitra Ummat pada 23 Juni 2016.
Beberapa program kerja yang diadakan BEM UNJ juga patut mendapat apresiasi. Program kerja tersebut dinilai memberikan berbagai manfaat bagi mahasiswa. Program kerja tersebut dintaranya adalah Mimbar Akademik bersama Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta, Harmoni Cinta Guru, Workshop Media Pembelajaran, dan SJF (Scholarship and Job Festival) serta program kerja lainnya.
Hal lain yang diyakini turut mendongkrak kepuasan mahasiswa terhadap kinerja BEM UNJ adalah status Ketua Umum BEM UNJ Bagus Tito Wibisono yang sekaligus menjabat sebagai Koordinator Pusat BEM seluruh Indonesia. Berbagai pernyataan Bagus Tito kerap muncul di berbagai media elektronik seperti laman berita maupun di televisi yang secara langsung maupun tidak langsung membawa citra positif untuk BEM UNJ.
Selain apresiasi positif, BEM UNJ juga mendapat apresiasi negatif dari berbagai kalangan. BEM UNJ dikritik karena lebih memperioritaskan penggalangan dana untuk membeli mobil komando yang nantinya digunakan untuk aksi demo. Hal tersebut disayangkan oleh beberapa pihak mengingat masa pembayaran UKT akan segera datang dan umumnya BEM UNJ membutuhkan dana banyak untuk melayani mahasiswa yang kesulitan finansial. Pembelian mobil komando juga memberikan tugas tambahan bagi pengurus BEM UNJ yakni merawat mobil agar tidak rusak. Denga demikian, BEM UNJ harus menyiapkan dana untuk perawatan terlebih mobil yang dibeli terbilang mobil cukup tua karena diproduksi tahun 1994. Jika perawatan tidak sesuai standar hanya akan berdampak kerusakan mobil yang berujung pada kerugian mengingat harga mobil tersebut juga tdak murah.
Beberapa pihak juga masih menganggap BEM UNJ lebih terkesan sebagai EO (Event Organizer) dengan segudang pragram kerjanya. Berbagai pernyataan BEM UNJ tentang permasalahan nasional juga ditanggapi berbeda oleh berbagai kalangan mahasiswa.
Terlepas dari pandangan postif dan negatif terhadap BEM UNJ, sebagai mahasiswa tentunya memiliki peran “social control”. Peran inilah yang diharapkan memberikan check and balance terhadap kinerja BEM UNJ. Menurut kalian, apakah kinerja BEM UNJ sudah memuaskan atau mengecewakan?