Apa yang terlintas dalam pikiranmu ketika mendengar kata semut? Hewan kecil, hewan berkoloni atau gigitannya yang sakit? Yap, ketiganya adalah benar! Meskipun semut merupakan hewan yang sangat kecil, tetapi dalam kehidupannya banyak hikmah yang dapat kita petik, lho. Yuk, simak!
Segala penciptaan-Nya yang ada di langit dan bumi tidak ada yang sia-sia, sekalipun hewan kecil seperti semut yang hanya berukuran 2-7 mm. Semut merupakan hewan koloni yang termasuk ke dalam ordo Hymenoptera dan dijadikan sebagai salah satu surat di dalam Al-Quran, yaitu An-Naml (surat ke-27). Dalam Surat An-Naml kata ‘semut’ disebut dua kali dari 93 ayat, yaitu pada ayat ke-18 dan 19. Pada ayat ke-19 tidak ditekankan kepada semut secara langsung, tetapi yang ditekankan adalah “perkataan semut”.
1. Jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi
Dalam menjalankan aktivitasnya, semut-semut selalu berinteraksi baik dengan semut lain. Interaksi ini didengar oleh Nabi Sulaiman ketika Nabi Sulaiman dan tentaranya ingin melewati sarang semut dan seekor semut yang mendengarnya langsung memberitakan kepada semut lain agar tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman dan tentaranya. Kisah ini tertuang dalam surat An-Naml ayat 18 dan melalui ayat ini, kita mengetahui bahwa semut merupakan hewan yang memiliki jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi. Semut begitu peduli dengan koloninya dan tidak mementingkan dirinya sendiri.
“hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka, dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu, dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmatMu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh” .” (Q.S. An-Naml (27): 18-19).
2. Berkomunikasi melalui isyarat kimiawi
Tidak hanya itu, dari kehidupan semut kita akan mengenal kelenjar kimia bernama feromon. Kelenjar kimia ini digunakan sebagai isyarat kimiawi atau komunikasi utama oleh koloni semut. Feromon merupakan hasil sekresi dari semut dan berbau, sehingga semut lain akan mampu mendeteksi dan mengikuti jalur semut lainnya melalui baunya saat mencapai sumber makanan.
Jika kita pikirkan, bagaimana seekor hewan yang tidak mempunyai akal seperti manusia dapat menggunakan hasil sekresi tubuhnya sebagai isyarat dengan semut lain? Hal demikian terjadi atas kehendak-Nya bahwa tidak ada manusia dan hewan yang mengajarkan semut bagaimana memproduksi zat kimia dan menggunakannya sebagai isyarat kimiawi. MasyaAllah.. ternyata ini menjadi salah satu tanda kekuasaan Allah dalam menciptakan segala sesuatu begitu kompleks.
3. Berorientasi ke masa depan
Memasuki musim panas dan musim dingin, semut lebih aktif bekerja sama untuk mengumpulkan makanan lebih banyak sebagai bahan persediaan makanan. Kerja keras para semut selalu membuahkan hasil, rumahnya dipenuhi oleh biji-bijian sebagai makanan pokok di musim dingin. Selain biji-bijian, makanan semut bisa berupa hewan atau serangga kecil. Semut juga membawa daun sebagai media bagi perkebunan jamur dan daun-daun dapat dibentuknya menjadi rumah.
Nah, semut ternyata memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa kehidupan akan terus berjalan dan bergerak. Jadi, jangan mau kalah, ya dengan semut! Persiapkan masa depan kita juga dengan bekal sebaik-baiknya agar kita dapat menikmati manisnya kesuksesan di masa yang akan tiba nanti!
4. Kebaikan dalam kebersamaan
Kisah selanjutnya adalah tentang bagaimana kehidupan semut yang sangat teratur dan damai. Dalam beberapa literatur dijelaskan bahwa semut merupakan hewan yang berhasil membentuk kehidupan koloninya dengan sangat luar biasa. Misalnya, semut dapat membuat istana koloni dengan model rumah indah yang bertingkat-tingkat bahkan berkelok-kelok yang di dalamnya dihuni oleh ribuan semut. Jika diperhatikan, semut tidak memerlukan polisi untuk mengatur seluruh kehidupan dalam koloninya dan tidak ada pula yang mencemaskan bagian atau posisi tugasnya. Hal menariknya adalah semut selalu bersama dalam kebaikan dan tidak mengenal tindakan diskriminasi demi tercapainya tujuan bersama.
MasyaAllah begitu luar biasa kehidupan koloni semut selama menjalankan aktivitasnya. Sudahkah kita melakukan kebaikan seperti kehidupan semut? Kebaikan dalam memanajemen hidup menjadi lebih baik, kebaikan dalam bersosialisasi tanpa membedakan satu dengan yang lainnya, dan juga selalu melakukan kebaikan dalam kebersamaan.
Kehidupan semut yang canggih dengan keterbatasannya sebagai hewan yang tidak memiliki akal menunjukkan keagungan Sang Pencipta. Mulai dari kemampuannya dalam menjaga persatuan koloninya, menggunakan feromon sebagai isyarat kimiawi dan lain-lain. Dengan demikian, Allah telah merencanakan kehidupan yang luar biasa untuk makhluknya dan tidak ada satu pun makhluk yang diciptakan dengan sia-sia.
“Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.” (Q.S. Al-Furqon (25): 2)
Nah, itu dia sekelumit kehidupan semut yang menginspirasi, semoga kita senantiasa diberikan kesempatan untuk menjadi lebih baik, ya!
Sumber:
Juliawati. (2015). Semut dalam Perspektif Al-Qur’an. IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Kurniawan, A. (2017). Keanekaragaman Semut (Subfamili: Myrmicinae) di UIN Raden Intan Lampung dan Kehidupan Sosial Semut serta Kajiannya di dalam Al-Qur’an. UIN Raden Intan Lampung.
ftp.unpad.ac.id diakses pada 23 April 2019 pukul 23.45 WIB.
Comments