Di suatu pinggir kota hidup lah sepasang suami istri muda yang hidup serba kekurangan. Sangsuami sehari-hari hidup sebagai kuli panggul di pasar, sedangkan sang istri hanya menunggu sang suami di rumah. Mereka terjebak dalam kondisi serba kekurangan akibat sifat malas sang suami. Hal tersebut diperparah dengan kebiasaannya minum-minuman keras.
Lalu semua berubah pada suatu pagi.
“Sayang, ayo bangun. Udah mau siang nih, bisa keburu pulang truk sayurnya. Ayo berangkat ke pasar.” seru sang istri.
“Iya, lima menit lagi, sayang. Tanggung tidurnya.” jawab lemas sang suami.
Pagi itu, ia (sang suami) merasa lemas selemas-lemasnya karena efek alkohol yang kemarin malam ia tenggak bersama temannya sesama kuli panggul di pasar. Tak tahan meliat sikap malas suaminya, sang istri pun dengan keras menggoyang-goyangkan badan suami yang sedari tadi tak bergeming dari kasur terlelap dalam mimpinya.
“Iya, iya. Ini aku berangkat sekarang, aku ganti baju dulu.” kata sang suami seraya bangkit dari tidurnya dan segera menuju lemari pakaian untuk mengambil ‘seragam dinas’nya.
Mandi ? Tentu ia tak butuh, disamping efek pekerjaannya yang cenderung pekerja kasar. Ia juga tak punya waktu yang lama untuk menyiapkan penampilannya karena truk yang mengangkut hasil sayuran datang pada pagi hari. Sayuran-sayuran tersebut datang dari pedesaan-pedesaan dekat kota untuk kemudian dijual ke pedagang-pedagang sayur di kota yang nantinya akan disantap oleh warga kota di piring saji setiap harinya.
Kembali ke sang suami,setelah siap pun lekas meninggalkan rumahnya menuju pasar tempat biasa ia bekerja.
Namun dipertengahan jalan ia sadar akan sebuah kejanggalan
“Ah sial, ditipu lagi aku.” serunya seraya melihat langit kala itu ternyata masih menyembunyikan sang fajar.
“Kata dia hari sudah mau siang, ternyata jangankan siang. Ayam pun masih menunggu aba-aba untuk berkokok.” bisiknya sambil terus meneruskan perjalanannya.
Meskipun merasa kesal akan perlakuan sang istri, langkah kaki sang suami tetap mantap menuju pasar.
“Ya gak papa deh ditipu, yang penting dia berbohong demi kebaikan kita.” mungkin begitu fikirnya terpancar lewat senyum kecilnya pagi itu.
Namun ditengah perjalanan terjadi suatu yang kelak akan semakin melebarkan senyum tersebut.
“Eh, apa ini ?” tanyanya dalam hati ketika ia menemukan sebuah dompet lusuh di jalan.
“Wah, ada dompet jatuh. Tapi ya kalau diliat dari luarnya paling isinya cuma Rp. 10.000-an.” bisiknya dalam hati.
Namun siapa sangka, dalam dompet tersebut berisi koin-koin emas di dalamnya. Koin-koin tersebut sudah pasti dapat membuat ia kaya mendadak dan tak perlu bersusah-susah lagi memanggul hasil panen sayuran di pasar. Seketika ia pun merubah langkahnya dan segera menuju kembali ke rumah untuk melaporkan kabar gembira ini pada sang istri.
Tok…tok…tok… dengan tidak sabarnya sang suami mengetuk pintu.
“Sayang-sayang, liat nih apa yang aku dapat.” katanya sambil terus mengetuk pintu.
Secara singkat ia pun menjelaskan kepada sang istri tentang temuan sekantung koin emas yang ia temukan pagi ini.
“Yaudah sayang, mumpung masih pagi kita sarapan dulu. Sekalian saja kita rayakan dengan pergi ke rumah makan paling mahal di kota ini. Ayo pakai pakaianmu yang paling bagus. Selepas ini, ayo kita katakan selamat tinggal pada kehidupan miskin dan bersiap menyambut kehidupan baru sebagau OKB (Orang Kaya Baru).” serunya dengan semangat.
“Tapi sayang…” tak sempat menjawab, sang suami langsung memotong percakapannya
“Ayo sayang, selama kita berumah tangga aku belum pernah nyenengin kamu sekali pun.” tatap sang suami dalam-dalam.
Dan pada akhirnya sang istri pun tak dapat menolak gagasan sang suami. Mereka pun akhirnya pergi ke suatu restoran khas barat di pusat kota.
“Oh, jadi ini yang namanya daging steak.” kata sang suami ketika sepiring daging steak Wagyu 500 gr diantarkan ke depan hadapannya.
1 piring, 2 piring, 3 piring sampai akhirnya piring-piring tersebut menjadi tumpukan selepas ia lahap makanan dial atasnya. Tak lupa ia pun memesan minuman kesukaannya yaitu minuman keras.
“Mas, beernya ya, Mas.” serunya pada sang pelayan.
“Sayang, tapi sekarang masih pagi. Masak udah ‘minum-minum’ aja ?” cegah sang istri.
Namun perkataan tersebut bak masuk kuping kanan keluar kuping kiri. 6 gelas minuman keras pun ia tenggak dalam tempo singkat hingga sesaat ia kehilangan kesadaran diri.
“Sayang, ayo bangun. Mas pelayannya udah ngasih tagihannya nih. Kita bayar pake apaan nih sayang kalau sebanyak ini ?” tanya sang istri seraya membangunkan sang suami.
“Ah… Kita tukerin dulu koin emas tadi ke tukang emas lah sayang…” jawab sang suami lengkap dengan aroma mulut khas orang mabuk.
“Koin emas apaan sayang ? Kamu ngelindut deh abis mabuk.” jawab sang istri.
“Lah, kan tadi aku sudah cerita sayang soal penemuan dompet berisi koin e…” jawab sang suami seraya merogoh kantung celananya.
“Hilang….!!! Dompet ku hilang, kamu lihat tidak dompet lusuh tadu. Jangan-jangan jatuh di tengah jalan ! Ayo sayang kita cari dompetnya di jalan.” kata sang suami dengan nada panik
“Dompet apa sih sayang, kamu engga pernah nunjukin dompet ke aku. Tadi mendadak kamu ngajak aku kesini tiba-tiba tadi pagi. Jangan-jangan kamu mimpi nemuin dompet mungkin akibat mabuk” kata sang istri.
“Jadi, kita makan-makanan beneran sedangkan dompet yang isinya koin emas cuma mimpi.” kata sang suami dengan nada lemas.
“Sial sekali nasib aku sayang, terus gimana kita bayarnya kalau gini?” tanya sang suami dengan nada gemetar.
“Kalau gini terpaksa kita ngutang sama restoran, sayang. Makanya besok-besok kamu jangan mabuk-mabukan lagi ya. Sama kerja yang rajin ya buat ngelunasin hutang kita.” jawab sang istri dengan nada tenang seraya merangkul sang suami yang sedari tadi gemetar seluruh badannya.
Selepas kejadian tersebut sang suami pun berubah, ia berhenti mabuk-mabukan dan bekerja semakin rajin demi melunasi hutangnya. Dan berkat usaha sang suami dan juga bantuan doa sang istri, 2 tahun berikutnya pun hutang tersebut telah terlunasi. Dan mereka pun hidup lebih layak sekarang dengan bayi lucu yang kini hadir ditengah-tengah mereka yang semakin meramaikan rumah tangga pasangan muda tersebut.
Kehidupan mereka kini jauh lebik baik dibanding 2 tahun lalu. Namun pada suatu hari sang istri berkata pada sang suami.
“Sayang, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” buka sang istri.
“Sebenarnya, dompet yang isinya koin emas itu bukan mimpi sayang. Tapi itu memang kenyataan.” kata sang istri sambi menangis.
“Hah ? Ta…ta….tapi….” sontak penjelasan sang istri mengagetkan sang suami.
“Selama ini aku menyembunyikan koin tersebut. Jadi pas kamu mabuk, aku ambil dompet tersebut.” lanjut sang istri.
“Lalu apa tujuan kamu berlaku seperti itu ?” tanya sang suami dengan wajah merah padam menahan emosi.
“Kalau kamu saat itu kamu punya harta sebanyak itu. Pasti hari ini kamu masih hidup bermalas-malasan dan setiap hari kamu terus menerus minum-minuman keras sayang.” jelas sang istri sambil terisak-isak.
Mendengar penjelasan tersebut sang suami pun merasa lega.
“Memang dia selalu seperti ini ya, hehe” mungkin begitulah kata hati sang suami.
Hal tersebut terpancar dari senyum kecilnya. Melihat sang istri terus menangis, ia pun memeluk erat tubuh kecil sang istri seraya berbisik.
“Aku bersyukur kalau ini semua bukan mimpi. Dan kamu adalah kenyataan terbaik yang pernah tuhan berikan.” bisik pelan sang suami ditelinga sang istri.