Berbagai hal menarik yang coba dibahas dalam artikel ini mungkin hanya akan menjadi berita picisan. Tulisan receh yang coba dibuat menjadi menarik berdasarkan berbagai fenomena yang ada di kampus pendidikan tercinta ini. Tak terfokus pada satu sisi, tapi mencoba mencari keunikan-keunikan dari berbagai sisi kampus ini, mulai dari fasilitas, akademik, maupun lingkungan kemahasiswaannya. Yuk dicek apa saja berbagai hal “menarik” dari UNJ.
Bis Hijau Mewah nan Istimewa
Hal ini cukup menarik untuk dibahas, bukan ingin protes maupun menyindir pihak rektorat karena sudah terlalu banyak jajaran rektorat sekarang tersindir oleh tulisan mahasiswanya. Namun hanya ingin mencoba mengkomunikasikan pertanyaan di dalam pikiran dalam bentuk tulisan.
Pertanyaannya adalah, untuk apa keberadaan bis hijau di kampus UNJ? Ada sedikit perbedaan dengan kampus kuning, bikun (bis kuning) mereka selalu menyambut para mahasiswanya setiap sudut jalan UI, siap mengangkut mahasisawanya di setiap halte yang tersedia dan selalu mengantar mahasiswa kampus kuning tersebut ketujuan yang mereka inginkan yang pastinya masih didalam lingkungan kampus kuning. Bis hijau UNJ seperti yang kita tahu selalu “menyambut” mahasiswanya dilantai dasar gedung parkiran UNJ. Ya, kebanyakan waktunya dihabiskan didalam gedung parkiran UNJ entah untuk apa. Mungkin karena terlalu mewah sehingga sangat amat dijaga dan terlalu istimewa sehingga sangat sulit untuk digunakan oleh mahasiswa.
Ingin rasanya melihat bis hijau lalu lalang di jalan protocol ibukota, tak mesti jauh hanya sekitaran kampus pun sudah cukup bahagia. Rutenya hanya sebatas kampus timur dan kampus pusat pun tak apa karena selama ini mahasiswa kampus timur (FMIPA dan FIK) harus naik kendaraan umum jika ingin menuju kampus pusat pun sebaliknya.
Alangkah lebih baik jika pihak kampus memfasilitasi kebutuhan transportasi semua mahasiswa luar kampus pusat yang sewaktu-waktu ada keperluan di kampus pusat. Seluruh mahasiswa luar kampus pusat yang dimaksud adalah mereka yang sehari-hari beraktivitas dikampus B,D, dan E. Dengan cara tersebut bis hijau yang selama ini selalu terparkir rapi akan lebih terlihat berguna dan jelas peruntukannya untuk memudahkan mahasiswa, bukankah semua fasilitas kampus peruntukannya untuk itu?
Kebijakan yang Selalu Berubah
Hal menarik berikutnya adalah ada beberapa kebijakan yang selalu berubah. Semisal kebijakan mengenai Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN). PPL atau yang sekarang disebut PKM mengalami beberapa kali perubahan mulai dari penggantian nama yang terlihat jelas dan juga perubahan bobot SKS yang dulu bobotnya 4 SKS, sekarang bobot PKM hanya 2 SKS.
Jika dulu ketika bobotnya masih 4 SKS, mahasiswa dianjurkan tidak mengambil mata kuliah lainnya, sekarang ketika bobotnya 2 SKS mahasiswa memiliki peluang lebih dan dianjurkan untuk mengambil mata kuliah lain untuk memenuhi minimum 144 SKS.
Alasan perubahan-perubahan tersebut cukup jelas, yaitu sedang mencari sistem paling efektif yang tidak memberatkan mahasiswa, namun juga tidak mengurangi pengalaman yang mahasiswa dapatkan khususnya mahasiswa pendidikan di dunia sekolah. Perubahan yang selalu dilakukan oleh pihak kampus khususnya UPT PPL seharusnya akan menghasilkan satu sistem yang rapi dan efektif dalam beberapa tahun ke depan, mengingat perubahan kebijakan mengenai PPL sudah dilakukan lebih dari sekali.
Perubahan kebijakan lainnya yang sempat menuai banya pertanyaan adalah kebijakan mengenai KKN. Pasalnya kebijakan mengenai KKN mengalami perubahan yang terlihat tidak konsisten. Sempat beberapa waktu KKN diwajibkan untuk mahasiswanya, khususnya mahasiswa angkatan masuk 2012 dan 2013. Namun belum lama kebijakan tersebut diterapkan pihak sudah membuat kebijakan baru, yaitu KKN kembali tidak diwajibkan hanya untuk mahasiswa yang berkeinginan mengikuti KKN.
Perubahan kebijakan ini dinilai tidak konsisten dan memiliki sisi positif dan negative untuk mahasiswa. Sisi positifnya adalah mahasiswa tidak “terpaksa” melakukan hal pengabdian yang seharusnya dilakukan dengan niat yang tulus. Sedangkan sisi negatifnya adalah mahasiswa yang tidak diwajibkan cenderung tidak akan mengambil mata kuliah KKN dan dengan begitu pengalaman pengabdian yang sangat berharga akan terlewatkan. Karena pengalaman KKN adalah hal yang sangat berharga yang dapat memunculkan jiwa kepekaan sosial pada setiap mahasiswa yang menjalaninya dan dengan KKN para mahasiswa akan mengetahui kondisi didaerah tempat mereka menjalani KKN.
“Kaum Mahasiswa Minoritas”
Hal menarik lainnya adalah adanya “kaum minoritas” yang ada di lingkungan mahasiswa. Kelompok mahasiswa yang akhirnya terlihat memiliki kebiasaan atau budaya yang berbeda yang sebenarnya baik namun hanya sedikit mahasiswa yang bisa menerapkannya sehingga kelompok tersebut terlihat berbeda dari mahasiswa kebanyakan. Kita lebih mengenal kelompok mahasiswa tersebut dengan sebutan “anak masjid”.
Sebutan tersebut untuk mahasiswa yang memiliki budaya keislaman yang kental yang diimplementasikan dalam setiap saat kehidupannya di kampus. Mulai dari interaksi antara lawan jenis, cara berbicara, dan perilaku lainnya. Budaya tersebut yang membuat mereka terlihat berbeda dengan mahasiswa kebanyakan dan cenderung mendapatkan cap “kaku” dalam bersosialisasi. Kelompok mahasiswa tersebut lebih memilih menghabiskan waktu luang disela-sela kesibukan kampus di dalam masjid dibandingkan nongkrong-nongkrong seperti yang dilakukan anak muda kebanyakan.
Kebiasaan-kebiasaan mereka yang cenderung berbeda dari kebiasaan kebanyakan pemuda sekarang membuat setiap perilaku mereka terlihat asing. Jika kebanyakan muda-mudi menghabiskan waktunya mendengar musik mereka lebih senang mendengar lantunan ayat suci Al Qur’an, jika kebanyakan muda-mudi lebih gemar menghapal lirik lagu mereka lebih memilih untuk menghafal ayat suci Al Qur’an, dan masih banyak perbedaan kebiasaan yang terlihat antara muda-mudi kebanyakan dan mereka yang mendapat cap “anak masjid”. Kebiasaan mereka yang dinilai membuat hidup tidak asik tidak jarang menerima sindiran-sindiran. Sindiran yang paling sering mereka dengar adalah kata “sok suci”, “malaikat”, “sok sempurna” dan lain sebagainya.
Fenomena yang dibahas terakhir bukan hanya terjadi di UNJ namun juga di lingkungan luar. Fenomena yang memunculkan “kaum terasing”, padahal orang-orang tersebut adalah mereka yang mencoba menerapkan ajaran islam secara penuh. Sejatinya mereka adalah orang-orang yang beruntung sebagaimana tercatat dalam sebuah hadith :
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing.” (HR Muslim)
Kondisi minoritas yang saat ini mereka hadapi pun sesungguhnya telah tercatat dalam sebuah hadist:
“Islam dimulai dari segelintir orang dari sedikit manusia. Lalu islam menyebar dan menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaanya akan surut. Sampai islam berada di tengah keterasingan kembali, berada pada segelintir orang dari sedikit manusia pula sebagaimana awalannya.” (HR Muslim).
Ya itulah hanya beberapa dari sekian banyak keunikan dan kemenarikan yang saat ini ada di Universitas Negeri Jakarta. Ada yang ingin menambahkan?
Oleh: Muhamad Zidni Rizky Ardani (FMIPA)