Kesuksesan Ruang Terbuka (Rubrik) UNJKita sebelumnya, memberikan motivasi bagi Tim UNJKita.com untuk terus menggali kebutuhan yang diperlukan oleh mahasiswa UNJ dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang menginspirasi.
Guna menyambut para wisudawan/wisudawati yang akan diwisuda bulan Maret ini, UNJKita kembali menghadirkan Rubrik serial Fresh Graduate. Tujuan lainnya sebagai bahan referensi bagi mereka yang masih ragu atau bahkan belum sama sekali menentukan profesi yang kelak akan dipilih dalam dunia kerja. Rubrik kali ini dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut dengan 3 pembicara yang memiliki profesi berbeda, yakni seorang guru muda, entrepreneur, dan akuntan.
Bagi sobat yang belum bisa berpartisipasi dalam Rubrik serial Fresh Graduate kemarin, don’t worry be happy, guys! Kita sudah siapkan notula Rubrik serial Fresh Graduate khusus untuk kamu.
Hari Jumat, 27 Februari 2017, adalah diskusi pertama dalam Rubrik serial Fresh Graduate. Diskusi ini disampaikan oleh Kak Sitti Ghaliyah, S.Pd yang berbagi kisah tentang prosesnya menentukan profesi yang akhirnya jatuh cinta pada pilihan menjadi seorang guru. Diskusi terlaksana secara kondusif di bawah kendali moderator Syahiidah, salah satu kontributor UNJKita.com. Untuk kamu yang penasaran asyiknya menjadi seorang guru muda, yuk langsung nikmati cerita seru dari Kak Gia, panggilan akrabnya!
Berikut ini adalah rangkuman notula Rubrik serial Fresh Graduate yang bisa kamu nikmati. Happy Reading!
SESI MATERI
Bagaimana perjuangan Kak Gia untuk menjadi seorang guru saat Fresh Graduate?
Bermula dari pernyataan, “Pilihlah profesi yang paling dijadikan passion. Hobi dibayar itu rasanya asyik banget!”. Tapi sebelumnya saya mau cerita sedikit tentang background kuliah saya ya.
Saya (pada akhirnya) menjatuhkan pilihan di Jurusan Fisika FMIPA, prodinya Pendidikan Fisika. Padahal sebelumnya, sudah yakin banget untuk ambil Jurusan Jurnalistik atau Jurusan Sastra Inggris.
Qodarullah, diberi rezeki oleh Allah di Jurusan Fisika. Sudah tahu pula bahwa goal-nya akan menjadi seorang guru Fisika. Terlepas dari latar belakang saya memilih Jurusan Fisika (karena ceritanya lumayan panjang), akhirnya saya menjalani hari-hari di kampus dengan setengah hati. Toh, nantinya (setelah lulus) gak harus jadi guru fisika, kan?
Ya teman-teman, saya gak niat banget untuk menjadi guru!
Kenapa? Karena saya sudah tahu passion saya di bidang apa. Sejak OSIS SMP sampai BEM UNJ, saya selalu bergerak di bidang kejurnalistikkan. Saya juga sudah yakin dengan cita-cita profesi saya (menjelang lulus S1), yaitu menjadi news researcher di salah satu media massa nasional. Dan benar saja, masa masa skripsian dibuat jadi galau. Apakah saya harus jadi guru fisika sesuai pendidikan kuliah saya atau tetap kekeuh dengan cita-cita saya (menjadi news researcher ). Galau saat itu, hampir bulat 90% kalau saya gak mau jadi guru pokoknya!
Selesai sidang skripsi (pertengahan tahun 2015), saya berangkat ke Serawak, Malaysia, untuk menjadi relawan pengajar muda VTIC Cycle 4. Disana saya mengajar anak-anak TKI. Mungkin inilah skenario indah dari Allah Sang Maha Pembolak Balik Hati Manusia untuk saya.
Selesai pulang dari Serawak, saya diwisuda. Selesai wisuda, saya segera masukkan pemberkasan lamaran kerja ke media massa nasional yang saya incar (kebetulan memang sedang Open Recruitment). Soalnya sudah yakin banget inginnya kerja disitu.
H plus 7 pasca wisuda, saya dipanggil oleh Dekan MIPA. Gak cuma saya yang dipanggil, tapi ada beberapa wisudawan terbaik tiap jurusan (prodi pendidikan) yang juga dipanggil. Ternyata kita ditawari pekerjaan sebagai seorang guru di daerah yang ‘agak’ jauh dari Jakarta, yaitu di daerah Pandeglang, Banten.
Singkat cerita, Bapak Dekan FMIPA, bertanya kepada saya, “Gia, maukah kamu membantu saya membangun sebuah sekolah?”
Kebetulan saya ini orangnya cepat melted hahaha. Dibilang begitu, hati saya langsung luluh, dan tanpa basa basi, saat itu juga saya menyatakan, “Iya, saya mau, Pak!”. Padahal, saya belum diskusi dengan ortu dan juga belum berpikir matang-matang soal cita-cita profesi saya.
Teman-teman, kebetulan juga saya ini suka banget dikasih challenge. Dan menurut saya, bapak Dekan FMIPA seperti sedang memberi sebuah tantangan kepada saya. Ditambah, saya ini selalu terpacu untuk keluar dari zona nyaman saya sendiri. Bagi saya, keluar zona nyaman itu, berarti membuat zona nyaman yang baru.
Bagi saya, keluar zona nyaman itu, berarti membuat zona nyaman yang baru.
Oleh karena itu, seketika saya langsung mengubah haluan profesi pasca wisuda ini, yaitu menjadi seorang guru di sebuah pondok pesantren di Desa Batu Bantar, Pandeglang, Banten. Saya tidak mengira, hati saya cepat sekali berubah dan langsung jatuh cinta sama profesi menjadi guru.
Saya kutip lagi, bermula dari pernyataan, “Pilihlah Profesi yang paling dijadikan passion. Hobi dibayar itu rasanya asyik banget!”. Menjadi guru (Profesi yang awalnya bukan saya idamkan) adalah sebuah tantangan tersendiri buat diri saya. Saya harus berusaha untuk menyukai profesi ini, bagaimanapun caranya. Seru! Saya menjalani profesi sebagai seorang guru hanya karena diberi tantangan dan ingin sekali keluar dari zona nyaman saya.
Apa yang pertama kali Kak Gia pikirkan (tentang rencana pekerjaan/ karir) saat menjadi Fresh Graduate? Dan apa saja pertimbangannya?
Saat menjelang menjadi fresh graduate yang pertama kali saya pikirkan tentang rencana pekerjaan adalah cari pekerjaan yang sesuai dengan passion dan skill saya. Sudah itu saja pertimbangan saya. Wah pasti seru banget bisa menjalani pekerjaan sesuai dengan hobi.
Mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion dan skill saya!
Pertimbangan lainnya, pendidikan kuliah saya dengan passion saya ternyata gak sejalan. Alhasil, cita-cita pekerjaan saya menjadi tidak match dengan pendidikan kuliah yang saya jalani. Sempet bikin galau sih, tapi (saat itu) sudah hampir 90% saya memutuskan untuk tidak memilih jenis pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikan kuliah saya.
Saya berpikirnya agak simple soalnya. Usai lulus, maunya kerja. Masalahnya, saya galauan banget anaknya. Memilih jenis pekerjaan saja bingung. Tapi, skenario Allah memang indah deh! Akhirnya, setelah bertemu dengan Bapak Dekan MIPA, saya langsung mantap ingin menjadi guru di sebuah pondok pesantren. Padahal dulunya, saya sekolah di sekolah Khatolik lho! Saat ini, saya asyik banget diberi kesempatan yang begitu berharga oleh Allah SWT mengajar di sekolah yang kental dengan suasana Islami. Alhamdullilah.
Apa keuntungan atau manfaat atas pilihan pekerjaan/ karir menjadi seorang guru bagi Kak Gia?
Hari-hari menjadi seorang pendidik muda ternyata seru! Saya ternyata bisa mengukur sejauh mana ilmu yang telah saya dapatkan saat di bangku kuliah. Disini, jadi tidak terasa sia-sia setelah berjuang menimba ilmu di bangku kuliah. Selain itu, saya bisa mengeksplorasi banyak hal. Mulai dari metode mengajar, pola komunikasi dengan peserta didik, sampai mengenal berbagai karakter peserta didik dan cara mengatasinya. Seru banget, karena saya menikmati sekali mengeksplorasi berbagai hal di dunia pendidikan. Keseruan saya ini, (menurut saya) saya telah berhasil menciptakan zona nyaman yang baru untuk diri saya sendiri, InsyaAllah.
Perlu teman-teman ketahui, menjadi guru itu bukan hanya sekadar sebuah profesi lho! Selain harus professional, tapi menjadi guru juga merupakan panggilan hati. Tak hanya mendapatkan gaji, menjadi seorang guru (baik Bapak Guru atau Ibu Guru) juga sedang mempersiapkan pemimpin unggul di masa depan. Serius, niat saya selain mendapatkan gaji (iya dong), saya ingin mendidik para pemimpin untuk masa depan. Soalnya anak anak yang sedang saya didik, mereka akan menjadi pemimpin saat Indonesia Emas nanti. Jadi, saya merasa bahwa tanggung jawab seorang guru cukup besar untuk Indonesia di masa depan.
Jadi, saya merasa bahwa tanggung jawab seorang guru cukup besar untuk Indonesia di masa depan.
Ternyata profesi seorang guru, keren juga yah! Benefit lainnya ialah untuk mempersiapkan anak-anak kandung saya di masa depan. Saya jadi belajar banyak hal dari para orang tua siswa, mulai dari pola asuh sampai pola komunikasi mereka. Secara tidak langsung, saya jadi belajar dari mereka agar lebih siap untuk menjadi madrasah pertama buat anak-anak saya nanti.
Sebelum menjadi Fresh Graduate, apa sajakah yang harus dipersiapkan agar bisa survive untuk menjalani Profesi sebagai seorang guru?
Tips dari saya:
1. Niat
“Sesungguhnya semua amalan itu terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari No. 1)
Niatnya luruskan dulu ya. Setelah wisuda, mau mencari pekerjaan niatnya karena apa, tujuannya untuk apa, dan apa manfaat terbaiknya.
2. Tumbuhkan passion sejak di dini
Kita harus tahu passion kita segera mungkin! Hal tersebut penting sekali untuk melanjitkan soft skill ataupun hard skill sebagai modalnya. Eksplor banyak hal untuk menggali passion apa yang sebenarnya akan kita miliki. Penting sekali, jika kita bisa seritme antara pekerjaan yang dijalani dengan passion yang sudah dimiliki. Galaunya jangan lama-lama ya!
3. Harus haus akan ilmu tentang profesi yang diidamkan sebagai bentuk persiapan diri
Tak ada yang lebih meyakinkan tanpa adanya persiapan yang baik. Fresh graduate yang benar benar siap adalah mereka yang telah melakukan banyak persiapan dengan baik. Mulai dari kesiapan ilmu, kesiapan bersikap (good attitude) dan mental, sampai kesiapan how to be good leader atau how to influence to other people. Wah, itu ternyata penting banget lho!
4. Buka ruang inspirasi dari orang lain
Sumber inspirasi itu banyak dan luas sekali. Perbanyaklah diskusi atau tukar pikiran dengan orang orang yang mampu memberikan sudut pandang lain atau inspirasi yang belum ada di pikiran kita. Terinspirasi yang sumbernya dari orang lain sangat baik sekali untuk menambah kesiapan kita kelak di masa depan.
5. Jalin hubungan baik dengan berbagai kolega (memperluas jejaring)
Betapa penting sekali memiliki hubungan baik dengan berbagai kolega. Tak dapat dipungkiri luasnya jejaring dapat memperluas kesempatan para fresh graduate untuk memperoleh pekerjaan yang diidamkan. Rezeki itu memang datang kapan saja dan dari mana saja. Maka, bukalah kesempatan seluas mungkin untuk berjejaring dengan orang-orang yang sudah mumpuni kredibilitasnya.
6. Rumuskan visi misi untuk masa depan
Visi Misi untuk masa depan juga tidak kalah penting untuk para fresh garduate. Bagaimana mau yakin melangkah ke depan jika visi misi saja belum dirumuskan? Bagaimana mau melejitkan karir jika target saja belum terencana dengan baik? Jangan nanti-nanti, kalau bisa sekarang juga, yuk rumuskan visi misimu untuk jenjang karir masa depan.
7. Pertimbangkan juga apa profesi yang diinginkan orang tua
Tak dapat dipungkiri rezeki juga berasal dari ridhonya orang tua kita.
“Dari Abdullah Ibnu Amar al-‘Ash bahwa Rasulullah bersabda: Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi)
Ajak diskusi orang tuamu, mereka menginginkan pekerjaan yang seperti apa untuk anaknya. Pertimbangkanlah! Jika tidak sesuai keinginanmu, rayulah mereka sampai keridhoan orang tua sudah kamu dapatkan. Sebelum melamar pekerjaan, jangan lupa minta doa restunya.
SESI DISKUSI
Pertanyaan pertama:
Bagaimana kalau awal kuliah sudah memantapkan diri di prodi yang sekarang, tapi kok lambat laun seperti flashback ke cita-cita lama yang tidak tersampaikan. Bagaimana menanganinya? Saya merasa pengalaman saya kurang untuk merealisasikan kemantapan saya di prodi ini. Oleh: Rizky PLB 2015
Jawaban:
Kalau boleh cerita, saya pun gitu. Kuliah di jurusan fisika karena mau tahu, “Gia ini seberapa bodoh sih di juruasan Fisika?”. Serius saya benar-benar menantang diri saya sendiri. Soalnya sewaktu SMA, saya yang namanya belajar fisika demennya menangis mulu, karena bener-bener susah belajarnya. Remedial mulu. Karena itulah saya mau coba masuk jurusan fisika, intinya mau keluar dari zona nyaman sendiri.
Awalnya mantap. Semester 1 mantap banget. Dikasih rezeki sama Allah dapat IP tertinggi saat itu. Beeeeuh ini di luar dugaan! Gara-gara itu, saya jadi terpacu untuk belajar terus melawan hal-hal pesimis dalam diri saya.
Mendapat IP tertinggi, menjadi semakin terpacu untuk belajar terus melawan hal-hal pesimis dalam diri saya.
Tetep di niat awal, keluar dari zona nyaman, artinya saya harus membuat zona nyaman yang baru. Alhamdulillah, walaupun cita-cita saat itu masih belum jelas dan masih belum yakin, saya tetap menjalani hari-hari kuliah dengan begitu semangat dan dengan perjuangan yang total. Kalau saya bisa, kamu juga pasti bisa! Insya Allah. Ingat, jalani dulu. Allah sedang menyiapkan skenario terbaik untuk kamu.
Tanggapan dari penanya:
Apa memasuki masa PKM sampai penyusunan skripsi itu bisa semakin memantapkan kita? Saya takut kalau di sini saja saya kembali mundur, bagaimana nanti untuk memilih peminatan apa.
Tanggapan dari pemateri:
Bisa. Bisa banget! Nanti saat PKM akan ada banyak kejadian kejadian yang Allah kasih. Apalagi saat skripsi, semua perjuangan skripsi akan berbuah indah insyaAllah. Bismillah... jadikan hal tersebut sebuah tantangan. Galau boleh saja. Tapi, harus yakin banget sama semua skenario indah dari Allah.
Pertanyaan kedua:
Bagaimana sih kak bisa jadi guru modern yg sangat kreatif? Kakak bisa menerapkan berbagai metode belajar untuk tiap materi. Ada gak kak tips supaya ilmu yg kita dapat di kuliah terutama tentang metode pembelajaran, dsb bisa kita terapin ketika kita mengajar langsung di sekolah? Oleh: Sabila Rahma, Pendidikan Fisika 2014.
Jawaban:
Saya juga coba-coba metode dan strategi lho. Dan mengikuti kondisi peserta didik saya. Anak-anak yang saya didik, para penghafal Qur’an. Sibuk menghafal, tapi juga harus bagus akademiknya. Karena kondisi seperti itu, saya jadi merasa tertantang untuk membuat anak didik saya menjadi nyaman belajar. Gak boleh tertekan. Soalnya mereka sudah menghafal Quran tapi, harus belajar fisika juga, you know fisika pelajaran paling susah yaaaa hehehe..
Jadi ya itu, mengalir saja. Banyak baca buku pendidikan. Serius saya baca buku sebagai persiapan jadi guru kece haha. Banyak diskusi sama guru-guru lain juga. Dan melihat kondisi anak didik juga. InsyaAllah ide-ide kreatif keluar deh.
Tips supaya ilmu kita dapat di kuliah terutama tentang metode pembelajaran bisa diterapin, yaitu buka ruang inspirasi. Terinspirasi lah sebanyak-banyaknya dari omongan dosen. InsyaAllah pasti ada deh yang bikin kita bisa ‘melek’. Selain itu, jalanilah kuliah dengan ikhlas. Nanti buah dari keikhlasan itu akan terasa saat menerapkan ilmu-ilmu saat di bangku kuliah.
Pertanyaan ketiga:
Kak bagaimana caranya menentukan passion kita? Aku punya kemampuan nulis puisi, tapi terkadang bingung eksplornya kemana soalnya aku pendiem orangnya, selain itu gimna si ka biar kita bisa buat orang lain itu nyaman saat kita ajam bicara karena saya pendiem, saya tipikal orang yg susah untuk memulai percakapan terlebih dahulu. Terkadang disitu saya merasa apasih saya, masa kaya gini aja engga bisa. Terus sudah coba untuk membangun semangat tapi, terkadang belum mampu untuk meluapkan gitu ka. Oleh: Rindi, Pendidikan Geografi 2016
Jawaban:
Cara eksplorasi passion kita:
- Perbanyak jam terbang (latih terus)
- Cari wadah buat aktualisasi diri (ikut Komunitas misalnya). Gabung ke KOMBUN (Komunitas Blogger UNJ) misalnya. Atau bisa juga ikut organisasi BEM atau BLM.
- Memulai untuk memperluas link (kalau pendiam yaa jangan dijadikan penghalang ya. Justru gimana caranya dengan keunikan diri kita tersebut bisa membuat kita jadi melejitkan skill yang kita punya).
Ingat, walau pendiam, pasti ada cara lain untuk mengembangkan passion ataupun skill kita. Yuk dimulai dari ikut Komunitas yang sesuai dengan passion kamu.
Pertanyaan keempat:
Bagaimana cara Kak Gia menjalani kuliah dengan setengah hati, tapi tetap bisa mengikuti kegiatan belajar di kelas secara kondusif? Bukankah biasanya kebanyakan orang-orang, jika tidak menyukai jurusan kuliah yang dipilih atau dijalani saat ini, kurang memperhatikan nilai2 dan materi yang akan di dapat saat kuliah sedang berlangsung
Saya pribadi memilih jurusan yang saya jalani saat ini karena ingin melihat kemampuan saya, dan saat itu saya melihat kemungkinan saya diterima PTN. Awalnya saya berpikir positif agar dapat terus menjalani perkuliahan saya, tapi semakin kesini saya menjadi kehilangan semangat untuk mengejar ketertinggalan saya. Oleh: Hani, Pendidikan Fisika 2016
Jawaban:
Iya betul, awalnya setengah hati. Setengah hati karena kuliah di jurusan yang tidak sesuai dengan cita-cita saya. Tapi, saya tetap melihat kembali ke niat awal dan motivasi awal saya kuliah di jurusan tersebut. Gara-gara IP semester 1 bikin speechless, makanya jadi makin terlecut (makin semangat banget) untuk membuktikan diri. Iya setengah hati, tapi lama kelamaan malah jadi kesenengan, soalnya usaha gak akan pernah mengkhianati hasil. Seneng dapet matkul A disaat nge-BEM lagi sibuk-sibuknya.
Artinya, saya semakin seneng, karena apa yang saya khawatirkan bisa saya kalahkan. Walaupun setengah hati, tapi saya tetep fokus banget kuliah. Saya punya beberapa target yang bikin saya semangat terus. Misal, jadi MAPRES. Oleh karena itu, tetaplah berpikir positif ya. Bikin target. Semangat terus. Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang mau berjuang dengan keras. Ingat, usaha tak akan pernah mengkhianati hasil.
Allah akan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang mau berjuang dengan keras. Ingat, usaha tak akan pernah mengkhianati hasil.
Pertanyaan kelima:
Kalau apa yang menjadi bakat dan minat kita itu berlawanan dengan apa yang orang tua mau itu bagaimana menurut Kak Gia? Karena dari awal ayah saya ingin saya menjadi guru biologi, tapi saya lebih tertarik dgn guru seni. Oleh: Arbi, Pendidikan Sedratasik (Seni Tari) 2016.
Jawaban:
Perbedaan keinginan orang tua dengan diri kita, jangan jadikan penghalang diri kita untuk tetep berkarya ya! Sejatinya orang tua ingin melihat kita bahagia dengan kegiatan-kegiatan yang kita jalani. Walaupun keinginan orang tua berbeda dengan bakat dan minat kita, berarti kita harus membuktikan ke orang tua kita, bahwa di jurusan tersebut kita juga bisa berprestasi ataupun menjawab harapan-harapan terbaik ortu kita. Semangat selalu ya. Jangan lupa rayu terus dan minta restunya. Dan jangan lupa membuktikan diri bahwa kamu bisa menjadi yang terbaik.
Pertanyaan keenam:
Bagaimana sih kak menangani anak-anak yang tidak mau memperhatikan kita, mereka lebih sibuk ke gadget. Kira-kira solusi apa nih kaka sebagai pendidik? Oleh: Putri Ayu, Pendidikan Kimia 2014
Kebetulan kondisinya beda nih. Anak-anak didik saya para santri, jadi mereka tidak menggunakan gadget. Tapi berdasarkan buku yang aku baca, di awal kita harus bikin rules. Rules yang harus ditaati oleh siswa. Dan harus mendapatkan kesepakatan semuanya. Misal, saat pelajaran boleh makan coklat, tapi gadget gak boleh ya. Jadi penting banget nih rules di awal pertemuan.
Kalau gak mau memerhatikan guru saat lagi mengajar, itu ada treatment-nya lagi. Misal, guru mesti rajin menegur siswa yang jadi ‘biang’ ribut. Guru juga mesti sadar diri, kenapa kok saya gak diperhatikan murid ya. Yuk introspeksi diri! Mungkin saja kita mengajarnya tidak seru, atau siswa sudah jenuh saat belajar di kelas. Nah kalau jenuh, mesti alpha zone lagi, seperti ice breaking, nge-games, dan lain-lain. Semoga bermanfaat. Selengkapnya bisa baca serial pendidikan unjkita.com ya.
PENUTUP
“Yang paling hebat bagi seorang guru adalah mendidik, dan rekreasi yang paling indah adalah mengajar. Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya, namun hadirkanlah gambaran bahwa diantara satu-satu dari mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga.” (KH. Maimun Zubair)
Semoga yang masih galau jadi guru, yuk jangan kelamaan galaunya. Percaya deh, jadi guru seru banget loh, karena guru bukan sekadar sebuah profesi.
“Seorang muslim (yang baik) adalah yang tangan dan lisannya tidak menyakiti orang lain. (HR. Bukhari No. 10)
*Notula dibuat oleh Ninnet Ika Asyifa, S.Pd.