Hi sobat UNJKita.com! Masih ingat dengan 7 Mahasiswa Cantik nan Berprestasi UNJ tahun 2016? Salah satunya ada Retno Wulandari dari FIP (Fakultas Ilmu Pendidikan) lho! Ternyata Retno baru saja pulang dari Korea. Wah ngapain ya dia di sana?
Ternyata Retno kuliah di Korea. Yuk, kita simak hasil wawancara Retno dengan Tim UNJKita.com tentang pengalaman kerennya bisa berkuliah di Korea.
Hi Retno! Katanya kemarin abis dari Korea ya? Kamu ngapain di sana?
Iya, alhamdulilah. Kemarin aku terpilih sebagai salah satu delegasi Indonesia dalam Global Korea Scholarship for Forign Exchange Students di Gyeongsang National University, Korea selama satu semester, dari tanggal 7 September sampai 18 Desember 2015.
Wow keren ya! Kok bisa terpilih? Memang apa yang telah kamu lakukan, Retno?
Nah yang mengadakan beasiswa untuk exchange students adalah National Institute for Internatioanl Education (NIIED) atau Kemendikbud kalau di Indonesia. GNU (Gyeongsang National University) ditunjuk sebagai host university-nya. GNU sudah punya MOU di beberapa universitas di dunia, termasuk Indonesia lho, yaitu Universitas Negeri Jakarta dan Universitas Jember.
Jadi ceritanya, pada bulan Agustus 2015 dan dengan rantang waktu satu minggu, aku mempersiapkan semua required documents sebelumnya ke kaprodi BK-yang memberitahu tentang beasiswa ini- dan didukung juga oleh wakil dekan 1 FIP untuk daftar.
Setelah berkas selesai dan diserahkan ke WR 4 UNJ, setelah itu WR4 menyeleksi applicants dari UNJ dan hanya dikirim dua orang untuk selanjutnya diseleksi di tingkat internasional oleh NIIED. Dan alhamdulilah, sekitar bulan September awal aku mendapatkan email, kalau aku lolos jadi exchange student di Korea. Alhamdulilah, jadi delegasi pertama UNJ yang lolos ke GNU, Korea.
Lalu, apa saja yang Retno lakukan selama di Korea?
Yang paling utama aku lakukan adalah kuliah, seperti students lainnya. Tapi tidak hanya kuliah saja sih, aku juga melakukan beberapa program, seperti buddy program, international festival, culture festival, dan banyak banget deh.
Ooo jadi kuliah juga ya. Kamu kan jurusan Bimbingan dan Konseling (BK), nah di GNU Korea kuliah tentang BK juga kah?
Di GNU emang nggak ada major BK, tapi ada yang mirip, yaitu General Education a.k.a Pedagogy. Di sana aku ambil kuliah 10 SKS karena maksimal sekitar 12 SKS.
Retno, boleh ceritakan yang tentang Buddy Program? Di program itu apa yang kamu lakukan?
Jadi, karena pas pertama kami sampai di Korea dan buta sekali dengan Bahasa Korea, GNU inisiatif untuk membuat buddy program, jadi ada student Korea yang selama satu semester menemani dan membantu baik dalam administrasi akademik maupun kegiatan di luar kampus. Di akhir semester juga kami dapat mentor lho, mirip buddy, hanya saja bedanya bukan students, tapi employee GNU.
Oke, nah terkait dosen di GNU. Gimana nih pendapat Retno? Mungkin dari segi perngajarannya, atau hal yang lainnya. Dan sebenarnya bagaimana sih sistem perkualiahn di GNU? Samakah dengan di UNJ?
Dosennya super open-minded, ya walaupun metode mengajarnya ada beberapa yang masih ceramah, tapi disiplin banget baik waktu, tugas, dan ujian. Sistemnya gak jauh beda, ada presentasi juga, tapi bedanya tiap satu jam pelajaran akan ada break 10 menit untuk sekadar ke toilet atau rehat sejenak. Dan, it was so helpful.
Sarana prasarananyapun sudah canggih, itu sih salah satu yang paling mencolok selain dosennya. Sulitnya itu ketika dosennya bicara Bahasa korea dan aku nggak ngerti, jadi cuma bisa bilang “Im okay” (dalam Bahasa korea) hahaha.
Manfaat yang telah Retno dapatkan, apa saja nih selama berkuliah di GNU?
Manfaat yang aku dapatkan banyak, mulai dari merasakan kuliah di kelas internasional, kuliah dengan dosen Korea yang kadang aku nggak ngerti dia ngomong apa, merasakan sistem pembelajaran di luar negeri dengan dosen yang bukan hanya dari Korea, tapi juga dari US dan UK, belajar intensive Bahasa Korea di kelas dan langsung di lapangan, mengenalkan budaya dan Bahasa sendiri, bangun jejaring, eksplorasi budaya, dan banyaaaaak deh.
Dan aku satu-satunya foreign student di Faculty of Education dan satu-satunya yang pakai jilbab, you can’t really imagine what it feels. Tapi ajaibnya aku nggak merasa berbeda, karena mereka nggak men-treat aku berbeda, jadi kalau jago nyari temen gampang lah buat adaptasi di hari-hari pertama.
Oia, pengalaman apa nih yang paling seru selama di sana?
Ohiya, aku mau menceritakan dua pengalaman aku tentang mengenalkan budaya Indonesia. Pertama, ada int’l food festival, nah kami menjual pempek, pecel, indomie goring, dan bandrek. Dan pertama kali buat aku jadi main chef dan masakanku dimakan bule and they loved it dan bahkan minta resep pempeknya ke aku.
Satu lagi, yaitu int’l student association day. Jadi setiap 10 negara menampilkan pertunjukkan seninya untuk memperebutkan juara 1 sampai 3. Kami menampilkan teater musical dengan aku dan mahasiswa S3, namanya mas Arya sebagai pemain utama, di dalam ceritanya kami menampilkan lagu dan tarian, lagu yang dinyanyikan itu miliknya Peterpen judulnya Di Atas Normal, Tari Gandrung, dan Tari Sajojo sebagai penutup, dan aku jugu turut nari dalam cerita itu. Dan surprisingly, kami menyabet juara 2 setelah India dan Uzbek, Kazakhtan, China, dan Peru, dan lain-lain. Dan itu adalah kali pertama sepanjang sejarah Indonesia masuk sebagai juara. What a day!