Ada yang sudah kenal Dina Chaerani? Ituloh salah satu nominasi Mahasiswi Cantik dan Berprestasi UNJ tahun 2015. Nah kali ini, kita akan kupas tuntas mengenai alasan sampai tips-tips ala Dina Chaerani sebagai seorang organisator di luar dan dalam kampus.

Dina Chaerani, Mahasiswa Jurusan Bahasa Jerman angkatan 2013 ini sudah tak asing lagi namanya. Terbukti dengan berbagai prestasi dan banyaknya organisasi yang diikutinya, mampu membuat Dina menjadi pemuda Indonesia yang diakui kualitasnya. Mari kita simak hasil wawancara dengan Dina bersama tim unjkita.com 🙂

Kenapa sih Dina ikut organisasi di dalam dan di luar kampus? Emang untungnya apa?

Aku ikut organisasi buat tambah teman sama koneksi. Cari teman yang se-passion dan juga punya paradigma yang sama bikin pikiran saya jadi terbuka. Kayak contohnya:

ASEAN Elite Forum. Well, di sini saya didaulat menjadi Secretariat. Isinya, anak-anak muda yang pay attention benget sama entrepreneurship dan business terlebih lagi fokusnya buat ke AEC (ASEAN Economic Community) yang sudah berjalan beberapa hari yang lalu. It’s kinda new for me actually, tapi dari sana aku justru belajar. Udah gitu, ini kesempatan basar benget buat anak-anak muda Indonesia biar bisa punya koneksi sampai ASEAN+.

ASEAN Youth Leaders’ Association (AYLA) Indonesia. Kalau di sini saya menjadi External Relations Manager. AYLA Indonesia adalah organisasi anak muda se-ASEAN, fokusnya ke youth movement dan youth participation and engagement. Kita banyak ngedain international seminar, conference, atau workshop. Coba banyangin deh, ini anak muda yang menjadi penyelenggaranya. Emang banyak sih yang bisa juga, cuma saya senang saja anak muda Indonesia berperan aktif di sini.

Youth Advisory Panel Plan International Indonesia. Kalau ini saya menjadi dewan penasehat muda untuk pengambilan keputusan internal salah satu NGP International, namanya Plan International Indonesia. NGO ini bergerak di bidang anak dan kemanusiaan. Peran dan fungsi saya memberikan masukan kepada para pengambil keputusan terkait program dan akuntabilitas dari NGO ini sendiri. Mirip-mirip legislator sih.

BEM Jurusan Bahasa Jerman dan LKM UNJ. Kalau ini organisasi dalam kampus. Seru banget juga! Banyak masukan dan inspirasi dari teman-teman seperjuangan di kampus hijau, UNJ!

Baca Juga:

Falah Akbar Komika Ngetop Dari Fisika UNJ

Wow gak cuma aktif banget di luar kampus, tapi di dalam kampus juga ya! Dari penjelasan kamu, banyak banget peranmu di beberapa organisasi yang telah kamu ceritakan sebelumnya. Lalu, peran yang banyak itu, bagaimana cara mengatasinya?

Sebenarnya semua peran yang diamanatkan ke saya gak terlalu beda kok. Semuanya, intinya sih soal keterlibatan anak muda, partisipasi kaum muda, sama how to gain connections. Jadi, malahan aya nge-combine semua jadi satu. Misal, ketika AYLA butuh saran masukan soal akuntabilitas program, saya bisa langsung remind apa yang sudah saya dapat dari Plan International Indonesia, dan sebaliknya. Jadi justru, malah fun banget. Walaupun kadang dikejer deadline hehehe.

Terus, akademik kamu apa kabarnya, Din? Banyak lho yang organisator, namun gak balance sama akademiknya. Lalu, bagaimana dengan kamu?

Hmmmm.. alhamdulilah banget. Walaupun harus begadang, tidur di perjalanan dari rumah ke kampus, everything is paid off hehehe. Mamah saya orangnya agak konservatif, jadi kalau misalnya IP saya turun sedikit, bisa gencatan senjata suruh keluar dari organisasi. Karena saya juga gak mau keluar dari organisasi, ya harus siap-siap belajar lebih keras. Usahakan gak mengkhianati hasil. InsyaAllah akademik aman hehehe.

Wow! Justru semakin berusaha memberikan yang terbaik untuk mamah ya. Akademik aman, organisasi jalan terus. Nah perjuangan Dina memberikan yang terbaik untuk akademik dan tetap aktif di organisasi, apakah ada titik jenuhnya? Karena ada juga lho titik jenuk seseorang di aktivitasnya. Bagaimana dengan Dina? Terus ada tipsnya gak?

Namanya manusia, jenuh pasti ada. Kalau saya udah bosen, biasanya nonton film ke bioskop sendiri atau baca buku di kamar sampai gak bosen lagi. Pokoknya me time lah. Kalau lagi bosen gini juga, saya ngemil hahaha. Karena kalau udah kenyang, pasti gak bosen lagi haha.

Tipsnya sih, you are allowed to be bored. But the thing is enjoyeverything to the fullest. Cara nge-enjoy-in dirinya dengan apa saja yang kita suka, kalau suka makan, ya hunting makanan. Kalau suka spend time sama teman, then do it. Bosen kan juga gak mungkin sampai setahun hehe.

Sip deh kalau begitu! Nah, Dina kan lebih aktifnya organisasi di luar kampus ya (melihat list organisasinya). Lalu, bagaimana pendapatmu dengan isu-isu dalam kampus atau isu-isu dalam negeri. Haruskah mengambil peran tertentu atau yang penting tetap jadi problem solver apapun isunya?

Sesungguhnya saya lebih suka menjadi advocate, bukan tipikal yang mau turun ke jalan atau aksi. Karena menurut saya banyak cara lebih cantik dan anggun, tapi justru lebih ngena ke masyarakat sama pemerintah. Bisa saja lewat advokasi kaum muda, atau buat youth call to action, ketimbang harus susah-susah turun ke jalan. Tapi, bukan berarti hal ini gak bermanfaat. Semua orang punya cara masing-masing buat menanggapi isu yang ada.

Tapi saya juga tahu kapasitas anak-anak di kampus, how they react to one problem and solve it udah bagus.

Ooo gitu.. Kalau Dina lebih tipe kemana sebegai organisatoris? Konseptorkah? Eksekutor? Atau lainnya?

Bisa dua-duanya sih hehehe. Jadi balance. Cuma nih ya, saya juga suka banget tampil di depan layar, jadi alhasil kadang sudah nge-konsepin, nge-eksekusi juga haha. But, 60% eksekutor, 40% konseptor sih.

Dina Cherani

Sip, terima kasih jawabannya Dina. Ilmiah banget, pakai data juga jawabnya. Balik lagi ke pernyataan Dina tentang enaknya ikut organisasi. Nah, ada pesan gak ke mahasiswa lain? Karena banyak yang takut rugi lho. Misal, takut ikut organisasi, karena takut akademiknya juga ikut turun.

Ada banget! Sebenarnya it happens juga sama teman-teman di jurusan saya (kebanyakan), tapi gak semua. Saya mau nge-quote kata-katanya Buya Hamka, “Kalau hidup sekedar hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja!”

Hidup kan bukan sepanjang goresan tinta nilai IP, jadi coba keluar cari yang baru. Sayang banget kalau kuliah cuma buat jadi budak nilai sama tugas dosen saja, kasian badan sama pikirannya. Efeknya emang gak langsung, tapi percaya deh, enam bulan ke dapan dampaknya bakal berasa.

Nikmatin hidup, trevelling yang jauh, cari teman yang banyak, masuk organisasi apa saja yang kamu suka dan tentunya bisa bermanfaat, urusan nilai perkara 100, yang penting punya passion sama tujuan hidup yang jelas. I believe you are more awesome and useful rather than just a score.

Apalagi sekarang sudah AEC, anak-anak yang mentingin IP saja, bakalan kaget deh. #YukSamaSamaIkutOrganisasi

Ngomong-ngomong soal AEC (ASEAN Economic Community) nih, seberapa siap sih seorang Dina? Dan bagaimana pendapatmu mengenai kesiapan pemuda Indonesia menghadapi AEC?

Kalau siap atau nggak, saya rasa jawabannya pasti harus siap. Prepare buat semua hal, mulai dari soft skill-nya, mungkin juga self value, ability, kemampuan berbahasa sama dealing with people and society. On going aja.

Anak-anak muda Indonesia, sebenarnya kalau saya lihat, jauh sebelum AEC pun mereka banyak yang sudah dewa dewa hahaha. I mean like kita semua tuh hebat-hebat dengan kemampuan yang beda-beda dan unik. Tapi satu hal yang disayangkan, banyak dari anak muda kurang percaya diri, gak berani speak up (mungkin bawaan culture yang harus legowo or else haha). But besides that, I believe in Indonesian youth. They could face in easily. Just a little piece of cake lah.

 

Okey, sobat unjkita.com itulah hasil wawancara dengan Dina Cherani atas prestasinya yang bisa menyeimbangkan antara akademik dan organisasinya.

Kamu mempunyai prestasi yang gak kalah kerennya dari Dina? yuk share prestasi kamu, dan boleh banget nih tim unjkita.com wawancarai 🙂

Categorized in: