UNJKita — Menyambut naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi yang disertai langkanya BBM premium pada pekan lalu. Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia wilayah Jabodetabek-Banten (BSJB) bersama serikat buruh, nelayan pulau Pari, serta driver ojek daring menggelar aksi demonstrasi pada Selasa (10/4).

“Seperti yang kita ketahui, bahwa kenaikan BBM ini bisa menjadi efek domino terhadap beberapa sektor di Indonesia, dikutip dari pernyataan BPS (Badan Pusat Statistik), akibat kenaikan BBM non-subsidi tersebut, mengakibatkan inflasi bulan Maret 2018 sebesar 0,20% lebih besar dibandingkan dengan Maret tahun 2017 lalu yang mengalami deflasi 0,02%.

Tidak hanya sampai disitu, kenaikan harga BBM tersebut mengerek kelompok pengeluaran harga transportasi, komunikasi, dan jasa Keuangan yang mengalami inflasi hingga 0,28 persen, dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 0,05 persen.” buka Anas, mahasiswa UNJ.

Dalam rilis BSJB, gelaran aksi tersebut membawa 2 tuntutan yaitu:
1. Menolak dengan tegas kenaikan harga BBM yang menyengsarakan rakyat miskin.
2. Menuntut pemerintah untuk menjamin BBM subsidi bagi masyarakat.

“Kenaikan inflasi paling tinggi juga terjadi di kelompok pengeluaran sandang dengan inflasi 0,36 persen dan tarif kesehatan dengan inflasi 0,37 persen.

Sedangkan tarif pengeluaran bahan makanan menyumbang inflasi 0,14 persen dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 0,05 persen. Kemudian, tarif pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau didera inflasi 0,26 persen dengan andil 0,04 persen.” tutup Anas.

Massa memulai demonstrasi dari titik awal parkiran IRTI Monas pada pukul 12.30 WIB. Longmarch dilakukan dengan menyambangi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam kunjungannya ke masing-masing kementrian, massa melakukan aksi simbolis dengan memasang banner yang menuliskan bahwa kementerian tersebut disegel.

Setelah menyambangi kedua kementerian, massa melanjutkan longmarch menuju Istana Negara di jalan Istana Merdeka. Rombongan aksi kemudian berhenti di depan gedung Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia di jalan Medan Merdeka Barat. Di sana, dihelat mimbar bebas yang diisi orasi ilmiah dari berbagai perwakilan mahasiswa, buruh, nelayan, serta pengendara ojeg daring. Selain orasi ilmiah, masa juga melakukan berbagai aksi simbolis lainnya seperti mendorong sepeda motor, mengacungkan koin 200 rupiah, serta teatrikal dan puisi.

Sempat terjadi kesalahpahaman antara pihak Kepolisian dan Komando Lapangan (Korlap) aksi. Dimana pihak kepolisian menjanjikan datangnya perwakilan kementrian terkait untuk datang menemui mahasiswa. Namun sampai menjelang petang, perwakilan yang dinanti tidak kunjung datang.

“Pemerintah belum dapat menjalankan amanah dengan baik. Negara, seharusnya menjamin seluruh kebutuhan masyarakat dari pangan, pendidikan dan khususnya terkait aksi hari ini kesediaan bbm yang murah harganya. Pun, pengelolaan sumber daya alam harus menjadi sentral pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat Indonesia.” tutup Fajar, mahasiswa UNJ.

Massa membubarkan diri pada pukul 18.05 WIB, aksi ditutup dengan pembacaan sumpah mahasiswa Indonesia.

Categorized in: