“Bakar!! Bakar!! Bakar!!”
Cuitan orang-orang dalam caption di sosial media menjadi trending topik di instagram hari ini. Ada juga yang berapi-api dari sosial media lain dengan cuitan
“So tahu kalian kaum mecin!!”
Atau berkata
“Boikot saja sudah!!”

Keadaan Dunia hari ini semakin kacau, terutama keadaan di Negeri Sulap. Banyak peristiwa yang harusnya tidak terjadi tapi dibuat seolah-olah telah terjadi sesuatu yang luar biasa. Tapi rasanya tidak ada kejadian apa-apa. Heran kami jadi Masyarakat di Negeri ini dibuat geleng-geleng kepala hampir setiap hari dengan semua kejadian yang ada.

Sudah tiga Zaman penuh intrik nan menggelitik telah dilewati Masyarakat Negeri Sulap, orang dahulu di Negeri ini biasanya menyebutkan Zaman yang ada didepan setelah zamannya adalah Zaman Keemasan/kemajuan sebuah bangsa, baik teknologi maupun sarananya. Zaman dinegeri sulap terbagi atas 3 peristiwa penting yang biasanya disangkutkan oleh tokoh pemimpin pada zaman tersebut misalnya saja :

Ketika Zaman Sukarno Eranya di sebut Orde Lama
Ketika Zaman Suharto Eranya disebut Orde Baru
Lalu ketika Zaman Habibi Era reformasi

Lantas apakah hari ini Masyarakat Negeri Sulap masih menetap di Era Reformasi? Ataukah Zaman sudah bergeser ke yang lebih terbaharukan? Tapi mengapa belum ada deklarasi Zaman baru? Zaman edan gitu.

Atau mari Saya ajak kalian untuk sama-sama Mendeklarasikan diri tentang Zaman yang paling baru! Ya Era yang paling baru setelah sekian lama rasanya kita harus memberikan nama pada Zaman ini.

Baik kita telah sepakat. Mari kita deklarasikan bung!!
Kita sambut dengan meriah, Deklarasi jaman baru.
Era terbaru di Zaman ini.

 

O R D E M E D I A
Menurut Sumber yang dapat dipercaya Media adalah suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.

Zaman ini kita deklarasikan sebagai zaman terbaharukan “Orde Media” penamaan ini kita berikan karna simbol Media yang mendominasi dj semua Sektor baik Aktifitas dalam kehidupan individu ataupun kelompok yang selalu dikendalikan oleh Media, pun dapat berupa sikap atau juga pemikiran individu terhadap suatu hal yang baru. Ini lah realitas yang terjadi, dimana Media dengan cepat mempengaruhi Masyarakat yang mencoba mencari informasi baru tentang hal yang terjadi disemua sektor.

Media hari ini menjadi Pelaku Utama dalam membentuk Opini yang saling bertabrakan. Tabrakan opini ini tentunya terjadi dengan Media yang lain juga. Sebagai contoh saja, saat media A dengan B memberikan sajian Berita yang sama, media A meliput seorang Gubernur jakarta, media B juga meliput Gubernur jakarta. Tentunya Pembicaraan yang keluar dari Gubernur tersebut juga sama, alat yang digunakan oleh si Wartawan dari media tersebut pun sama, Hampir semua sama. Tapi mari kita lihat apa yang terjadi saat kedua berita tersebut di dapatkan oleh masing-masing Media tadi.

Atau coba kita menebak, sebagai masyarakat negeri sulap, rasanya kita akan mudah sekali menebak jalannya berita dari kedua Media tersebut. Karna pasti akan sama-sama memberitakan hal yang sama, pasti isinya sama. Ya pokoknya sama lah, wong yang diliput sama kan.
Dor!!!

Bukan main, ternyata masyarakat negeri sulap, mendapatkan suguhan berita yang jauh berbeda dari tayangan dua Media Ternamaan tadi.

Yang disuguhkan dari Media tersebut ternyata sebuah pemberitaan yang sangat jauh berbeda, bahkan seringkali Media tersebut saling melemparkan opini yang bertentangan satu sama lain. Inilah yang disebut zaman baru ” Orde Media” Dimana dengan mudahnya Media meracuni fikiran masyarakat tanpa memperdulikan dampak yang ada setelah media tersebut di konsumsi oleh masyarakat banyak. Media yang hari ini hadir memberitakan tontonan nyatanya banyak memberikan berita HOAX dan tanpa ada penyaringan terlebih dahulu atau bahkan proses pengawasan. Semua mulus berjalan demi alasan materil dan suguhan yang menyenangkan menjadikan Media sebagai alat yang seringkali melanggar Batasan-batasan yang ada.

Hal tersebut terjadi akibat adanya campur tangan Elit yang mencoba memanfaatkam kekuatan Media untuk mempengaruhi masyarakat, baik elit yang mempunyai kepentingan Politik, atau Elit yang mempunyai kepentingan untuk kelompok tertentu, semuanya sama-sama membuat Masyarakat Negeri Sulap tertipu, dan sangat berpotensi menjadi sumber perpecahan sampai membuat satu sama lain bertengkar keras dengan teman, kelompok agama, antar suku, atau bahkan antar negara.

Yang Semata-mata hal tersebut digulirkan untuk kepentingan para kaum Elit yang mencoba mengarahkan masyarakatnya bagai Domba-domba yang tersesat untuk menghakimi sesuatu atau mendukung sesuatu dengan alasan yang sudah tidak dapat ditolak “indoktrinasi” dari Media tersebut.

Persoalan media yang tidak berimbang dalam memberitakan sesuatu sangatlah menjadi persoalan yang serius, karna bagaimanapun Media hari ini selalu mencari simpati masyarakat dengan hal yang tidak rasional sehingga membuat kegaduhan ditengah-tengah kerukunan yang ada. Jahat memang Media hari ini, seenaknya mempengaruhi kaum-kaum yang lemah fikiran dan gampang emosian dengan mengarahkan pada hal yang dia dukung untuk kepentingannya Medianya.

Keadaan media yang kabarnya hari ini terus dikendalikan oleh kaum elitis menjadikan media sebagai tujuan pencitraan semata atau alat menjelekkan golongan/elit tertentu yang berada dipihak lain dan menjadikan Elit-elit tertentu yang berada dipihaknya memiliki derajat yang lebih baik ketimbang elit-elit yang lainnya.
Dengan demikian mari kita lewati perjalanan hidup di Zaman terbaharukan di Orde Media yang edan, dengan semangat idealis untuk tetap dapat bertahan dan mengarungi hidup di zaman Orde media. Sebagai penulis saya sangat menganjurkan untuk segera merawat khasanah pemikiran kita masing-masing agar tetap sehat dan waras serta terlindungi dari sifat media yang mengarahkan pada tujuan yang menyesatkan atau bahkan menuju untuk keuntungan kelompok dan golongan tertentu.

Lalu bagaimana jika kita sependapat dengan media tertentu atau pemikiran orang lain tentang menanggapi sesuatu, tapi kita merasa sama sekali tidak digiring atau diarahkan untuk sependapat dengannya ? Ini jawabannya
“Pada umumnya sifat Manusia itu cenderung memihak. Lantas memihak pada hal yang bagaimana ? Tentunya manusia akan cenderung berpihak pada yang paling benar. Benar seperti apa ? Benar seperti makna kesusilaan dalam diri masing-masing orang” Jadi tidak masalah saat kita memihak pada sesuatu. Tentunya memihak dengan cara yang tidak berlebihan. Agar keberpihakan tidak berpotensj menjadi pemicu perpecahan dalam lingkup yang paling sederhana atau lingkup yang lebih besar, sebuah Negara.

Dan selamat datang di era baru kawan, Orde Media.

 

Oleh : Berkat Zhahir Baibar

Categorized in: