UNJKita.com – Jika kejadian kamis (8/12) mungkin cocok dengan kutipan lirik lagu band Noah “Dan terjadi lagi…”. Kampus Universitas Negeri Jakarta kembali mengalami banjir, genangan terlihat di beberapa titik akibat hujan yang mengguyur kurang lebih 6 jam dengan intensitas lebat. Siang itu cuaca Jakarta cukup mendung, berbeda 180° dari beberapa jam sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan pada pukul 11 siang tadi terik matahari dengan intens menerpa Ibu Kota.
Tak disangka, hujan tiba-tiba turun dengan deras mengguyur kampus pendidikan. Terhitung pada pukul 14.00 WIB kurang lebih, hujan mulai turun. Namun, tak kurang dari setengah jam beberapa titik di Kampus A UNJ Rawamangun mulai terlihat genangan air di beberapa lokasi. Genangan terlihat dari mulai di depan Gedung Daksinapati FIP, Masjid Nurul Irfan, sepanjang jalan di belakang gedung Rektorat hingga gedung E FBS, jalanan di depan gedung L FT, bagian depan pintu masuk UPT Perpus, hingga parkiran belakang UNJ yang biasa disebut “Parkiran Labschool”.
Dari sekian titik genangan, jalanan depan Pustikom menjadi yang terparah genangan airnya menurut pantauan wartawan unjkita. Menurut pantauanredaksi, tinggi genangan air pada titik ini bahkan mencapai betis orang dewasa. Dan genangan air sudah hampir memasuki area dalam gedung yang lebih tinggi dari jalanan.
Hal ini menyebabkan teman-teman mahasiswa yang ingin lewat, sebagian ada yang melipat celananya hingga lutut untuk menghindari basahnya celana sembari menenteng alas kaki mereka. Sementara bagi mahasiswi yang mengenakan rok, mereka dengan pasrah menerjang genangan air dengan rok yang basah.
Di sisi seberang Pustikom, ada momen unik terjadi dimana ada beberapa mahasiswa yang terjebak di saung-saung. Bahkan seiring dengan meningginya volume genangan, mereka sampai duduk di bagian meja untuk menghindari genangan air.
Sambil berkelakar, diantara mereka ada yang bernyanyi lagu dari salah satu band D’masiv “Jangan Menyerah”. Lagu teraebut mereka nyanyikan dengan gaya sarkas. Hal tersebut dimulai ketika salah satu dari mereka bergurau “Ya gini bro kondisi kampus elu”. Dan secara kompak teman-teman yang lainnya menjawab dengan lantunan
“Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Jangan menyerah….jangan menyerah…jangan menyerah…”
Lain di depan pustikom, lain juga di depan Masjid Nurul Irfan (MNI). Sampai pukul 5 sore terpantau genangan air sudah menyentuh level mata kaki orang dewasa. Seperti biasa, berderet anak usia sekolah dasar menunggu di depan MNI untuk menjajakan ojeg payung. Salah satu dari mereka terus berkata “Kak 2000 kak, 2000 kak” untuk menarik perhatian mahasiswa atau karyawan kampus untuk memakai jasa ojeg payung mereka.
Hujan pun terus turun hingga malam hari, tim redaksi pun mencoba meminta pendapat dari salah satu mahasiswa yang berada di kampus hingga hujan reda yaitu Hafidz. “Lebih sampai ba’da isya, sekitar jam 8 malam hujan baru reda” paparnya.
“Banyak genangan tadi, kalau menurut pandangan saya tadi. Bisa dibilang kampus A UNJ itu jadi water park. Sekitar area MNI genangan seukuran diatas mata kaki orang dewasa, depan pintu masuk perpus, area depan ged. L, area sekitar bangku taman ged B, panggung fbs sana, area kanan kiri lorong yang biasa dipake anak fbs itu, kurang lebih itu menggenang sampai malam” tambahnya.
Ketika tim redaksi menanyakan soal kerugian yang dirasakannya sebagai mahasiswa karena peristiwa banjir ini. Ia menjawab dengan kelakar “Merugikan ? Oh tentu tidak justru menguntungkan. Kita bisa maen aer gratis, bisa nyuci sepatu gratis disana, bisa sejenak mengganti kampus A UNJ jadi water park/boom gitu, bisa kena air got yang naik, bisa ngeluh ini itu, bisa kepleset sehabis basah basahan dari sana, keren deh pokoknya.” tutup mahasiswa angkatan 2016 tersebut.