“Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.” – Bung Karno –
Dalam kehidupan bernegara, integritas dapat diartikan sebagai wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa. Kaburnya kedudukan Pancasila dan melemahnya sanksi hukum yang merupakan bentuk perwujudan yang paling jelas dari kekuasaan negara dalam pelaksanaan kewajiban sudah kurang memadai dalam penghentian perbuatan korupsi. Satu hal yang perlu ditanamkan dalam diri setiap orang khususnya pemuda pada saat ini adalah adanya sikap integritas. Integritas pada setiap diri pemuda yang sungguh mempunyai hati untuk mengubah bangsa dan negara ini. Pemangkasan birokrasi ataupun restrukturisasi birokrasi juga sudah tidak dapat menjamin adanya perubahan untuk bangsa ini. Integritas yang merupakan suatu hal kecil yang sering diabaikan oleh orang banyak, namun di dalamnya terdapat satu kekuatan besar yang dapat merubah bangsa ini.
Mengapa pemuda? Seperti yang dikatakan Ir. Soekarno “Berikan saya sepuluh pemuda, maka saya akan guncang dunia”, Pemuda disini digambarkan sebagai sosok yang “pemberani” dan “pendobrak” tembok hitam yang selama ini telah dijaga oleh birokrat – birokrat. Pemuda yang memiliki pemikiran yang pro akan Indonesia dan yang takut akan Tuhan dalam setiap langkahnya untuk melakukan perubahan terhadap Indonesia. Disini pemuda bukan berarti harus menjadi bagian dari penguasa negeri ini. Memang, salah satu untuk mengubah Indonesia adalah dengan cara masuk ke pemerintahan dengan idealisme tinggi dan membawa cita – cita perubahan dan menjadikan sikap integritas sebagai penopang dalam berjalan. Pemuda dapat melakukannya dengan cara lain.
Integritas bukan harus dalam pemerintahan saja, dimulai dari hal kecil seperti dalam lingkungan pendidikan. Apakah kita masih bisa menjaga integritas kita dalam setiap kegiatan belajar – mengajar atau tidak. Kegiatan menyontek ataupun hal lainnya patut dihindari karena dari itu semualah perbuatan yang lebih besar yaitu korupsi berakar. Bila kita sudah terbiasa dari hal kecil untuk beritegritas, kita akan terbiasa juga ketika kita mengahadapi hal yang besar. Dengan sikap integritas kita ini, kita dapat berdampak bagi setiap orang. Sehingga integritas yang kita usung dapat terus dibawa ke atas namun tidak menutup aliran ke bawah yaitu bagi calon pengubah bangsa selanjutnya.
Selain itu dengan cara giat menyuarakan suara – suara rakyat melalui cara yang positif dan tidak anarki. Karena keanarkisan hanya membuat tembok pembatas antara rakyat dan pemerintah semakin keras. Dengan keintegritasan kita itu, hakekat hukum yaitu nilai batin hukum yang menjelma dalam hukum itu sendiri dapat dikembalikan dengan sikap kita yang murni taat kepada hukum. Integritas akan membantu dan mengiring kita kepada penaatan hukum yang murni. Hal ini akan dapat memutus rantai menuju pemerintahan yang selama ini hanya dicapai oleh sebagian besar orang tidak berintegritas. Dan bukan merupakan hal yang mustahil nantinya pemerintahan dapat diisi oleh generasi dengan integritas tinggi.
Masalah kepemilikan integritas dalam diri tidak perlu di bawa sampai ke hukum ataupun mungkin ke lingkup yang kecil yaitu norma – norma. Integritas itu sendiri adalah masalah keinginan dari orang itu. Integritas dapat ditumbuhkan sendiri dalam diri sendiri asalkan ada keinginan dan dapat diperoleh dari orang lain ataupun lingkungan yang memberikan dampak kepada orang tersebut. Indonesia tidak membutuhkan orang yang hanya tahu hukum dan minus dalam pelaksanaan, melainkan Indonesia butuh keduanya. Jiwa muda yang segar dan siap dipupuk dengan sikap integritas dan membungkus hidupnya dengan nilai – nilai agama diharapkan dapat membersihkan negara ini dari tindak korupsi dan memurnikan kedudukan hukum serta menjunjung tinggi demokrasi yang telah kita bina sejak dahulu.
Ketika berbicara mengenai pemuda, banyak hal yang menarik dan hal-hal yang menyenangkan. Dalam fase kesatriaannya, kita akan menemukan berbagai macam hal tentang pencarian jati diri dalam menyusuri tiap lembaran mozaik masa depan yang masih terlihat samar. Sebuah pepatah mengatakan, “Negara yang tangguh salah satunya bisa dilihat dari sosok pemudanya”. Bahkan Rasulullah mengisyaratkan bahwa pemuda adalah salah satu dari lima pilar yang dibutuhkan untuk membangun negara tangguh selain pemimpin yang adil, ulama, wanita shalihah, dan umat yang baik.
Pemuda adalah pemimpin masa depan, sebagai potret bangsa di masa yang akan datang dan arena pemuda adalah agent of change (agen perubahan). Dalam perjalanan panjang yang dilakukan untuk mengemban tugas sebagai agent of change, diperlukan empat syarat utama sebagai penolong. Keempat syarat tersebut adalah iman, ikhlas, kemauan hati dan strategi pelaksanaan. Semua persyaratan tersebut hanya dapat ditopang oleh kaum muda. Sebab kaum mudalah yang menjadi tumpuan harapan perjuangan umat dari dahulu hingga sekarang. Seperti pernah diungkapkan oleh Umar bin Khathab, beliau mengatakan bahwa sesungguhnya pada tangan pemuda itu urusan umat dan pada kaki mereka adalah kehidupannya.
Ada dua aspek mendasar yang harus dimiliki oleh seorang agen perubahan, terutama untuk menjadi problem solver, sebagai berikut ; Pertama, antusiasme untuk bergerak yang luar biasa, yakin dan puas dengan bergerak, dan memberikan dedikasi tinggi dalam pergerakan dengan segala kemampuan dan instrumen yang dimilikinya. Semua ini merupakan syarat fundamental bagi para agen perubahan. Kedua, pengaruhnya yang sangat dalam terhadap para sahabat dan orang-orang di sekelilingnya, serta kesuksesan yang spektakuler dalam pendidikan dan kaderisasi. Membangun peradaban dengan gerakan nyata, membangun generasi-generasi yang cerdas, berketuhanan dan menginspirasi.
Pemuda tidak cukup hanya bertugas menjelaskan zaman, namun juga harus melampuinya dengan mengubah zaman, karenanya, di tengah zaman yang bergerak, masyarakat membutuhkan pemuda yang bergerak. Jadilah pemuda yang bergerak, karena hanya ada dua pilihan dalam kehidupan. BERGERAK ATAU MATI !! Jika semua pemuda bertekad untuk menjadi pemuda berkualitas, impian akan ketangguhan negara nantinya, besar kemungkinan akan terwujud. Karena di hadapan kita, akan muncul lagi pemuda-pemuda tangguh yang mengikut jejak Jenderal Soedirman, Soe Hok Gie dan pemuda lainnya. Dengan kemampuan mereka masing-masing, sehingga namanya terukir tinta emas dalam sejarah peradaban. Lantas, bagaimana dengan usia muda kita?. Daripada mengutuk kegelapan, lebih baik kita nyalakan diri dan jadilah penerang.
Tidak mudah dan sangat mustahil bangsa ini akan maju dan berkembang tanpa ada peran andil dan keikutsertaan masyarakat khususnya pemuda dalam membangun bangsa, semua cita-cita dan tujuan mustahil dapat terlaksana apabila antar pemuda itu sendiri tidak bersatu atau bahkan terpecah belah, disinilah integritas pemuda harus dilatih, dikembangkan dan dipraktekan. Tanpa teori mengenai integritas maka praktek pun tidak akan berjalan, dan sebaliknya praktek tanpa teori kepemimpinan tidak akan berarti dan sia-sia karena segala tingkah laku dan perbuatan tidak sesuai dengan norma yang ada dimasyarakat, disinilah makna pentingnya sebuah manajemen kepemimpinan pemuda dalam membangun bangsa yang madani. Ini sejatinya menjadi refleksi dalam momentum 88 tahun Sumpah Pemuda.