Kebebasan akademik dalam dunia Perguruan Tinggi adalah suatu perangkat yang absolut yang harus ditegakkan dalam setiap sudut lingkungan kampus. Ini adalah bentuk muka dari pada yang dinamakan suatu Perguruan tinggi. Kebebasan akademik adalah suatu kegiatan yang bertujuan memahami, mengkritisi dan menghasilkan suatu Problem solution dalam pergolakan sosial masyarakat, semua ini berkaitan dengan budaya membaca, menulis dimana semua ilmu pengetahuan hadir disana dan diolah menjadi sebuah rumusan kebutuhan, disana mahasiswa dapat berfikir bebas dan merdeka dalam mengelola realitas yang ada, semua itu adalah sebuah budaya akademik. Perlu diberi garis tebal, budaya akademik tidak hanya hidup dalam ruang kuliah, didalam perkumpulan, organisasi dan masyarakat budaya akademik bisa tumbuh.
Survei situs webometrick tahun 2015, kampus tercinta UNJ terseok-seok pada peringkat 94 dari 100 perguruan tinggi. Ini merupakan sebuah keprihatinan sebagai suatu mahasiswa yang berkuliah disana. Menurut saya ini adalah bentuk bahwasanya UNJ telah kehilangan status berharga yaitu sebagai kampus yang mempunyai tradisi akademik. Patut dipertanyakan, sebuah lingkup demografi kampus UNJ terdapat pada suatu tempat yang strategis nan penuh dengan teknologi canggih yaitu Ibu kota Jakarta, namun pertanyaannya kenapa kampus ini jauh dari kata kampus unggulan?
Kembali, ini sangat berhubungan dengan kebijakan kampus dalam menaungi sebuah kegiatan akademik, ya penyebabnya pun beragam. Saban hari dosen-dosen hanya mengajar tanpa inovasi dan juga pada birokrasi kampus pun selalu saja tak memikirkan proses, hanya mementingkan sebuah hasil/instan, lalu birokrat terjebak dengan masalah bukan inti yaitu selalu dengan problem administrative, fisik kampus/gedung-gedung, juga dengan peringkat akademik pada survey-survey tanpa memikirkan sebuh wisuda-wisuda yang menjadi harapan atau dibutuh kan oleh masyarakat.
Kebebasan akademik dikampus ini pun patut dipertanyakan, kampus ini pun pernah terkena sebuah kebijakan yang bodoh yaitu NKK-BKK pada sekitar tahun 1970-1980-an yaitu keadaan pada saat kegiatan kampus hanya berkaitan dengan kata “Lulus Kuliah Cepat” tanpa harus memikirkan keadaan sosial dan negeri pada saat itu, ini merupakan sebuah pembegalan pada kebebasan akademik apalagi dengan ditambah dengan Sistem SKS yang banyak menyihir mahasiswa menjadi manusia apatis dan pragmatis, slogan-slogan nya pun banyak “Mahasiswa Kupu-kupu (Kuliah-pulang-kuliah-pulang), itu adalah sebuah contoh sebuah kekangan pada kebebasan akademik. Adalagi pada akhir-akhir 2015, civitas akademik UNJ dikejutkan dengan kondisi yang tak mengenakan bagi mahasiswa UNJ, banyak sekali masalah diinternal kampus yaitu dimulai dari UKT melambung, Beasiswa yang dipotong, Parkiran yang sembraut, Pemerkosan Oknum dosen pada mahasiswi dan banyak lagi, pada saat itu mahasiswa peka dengan keadaan kampus.
Disetiap sudut terdapat pembahasan dan diskusi-diskusi bahkan sampai ada Aliansi Mahasiswa UNJ Bersatu, iya itu semua adalah bentuk hidupnya budaya Akademik dan intelek diruang kampus. Namun beberapa hari kemudian, sebuah surat SK pemecatan sebagai mahasiswa alias DO dilayangkan rektor untuk Ketua BEM UNJ saat itu bang Ronny dan Puluhan Mahasiswa lainnya, sebabnya adalah Mereka telah melakukan penghasutan ke mahasiwa untuk melakukan demostrasi besar-besaran kepada rektorat, pungkas petinggi UNJ. Itu adalah bentuk pembredelan pada aktivitas akademik kampus dan bentuk pemenjaraan kebebasan untuk berpendapat. Cermati kampus yang seharusnya menjadi tempat pergolakan pelbagai jenis pemikiran namun semua itu tak boleh jika mengkritik kebijakan kampus.
Peringkat Kampus berjalan lurus dengan keadaan kebebasan Akademik didalamnya. Kampus sangat butuh sebuah ruang bebas untuk berpendapat, berfikir merdeka dan kritis. Hal itu yang akan melahirkan mahasiswa yang inovatif nan dinamis dan juga harus disusul dengan dosen-dosen yang mempunyai daya progresif kritis dalam ruang mengajar dan kampus sangat butuh petinggi-petinggi yang demokratis. Pencapaian akhirnya adalah kualitas terbaik akan lahir dari suasana akademik. Jika dalam suatu kampus tak mementingkan kualitas lulusannya, dipastikan bangsa ini tak akan punya umur lagi.