Menulis karya ilmiah merupakan tugas akhir yang perlu dikerjakan oleh seorang mahasiswa untuk menyelesaikan studinya. Tugas akhir yang ditulis harus sesuai dengan kaidah akademis yang baik, merupakan hasil orisinil dari penelitian yang dilakukan, dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat dalam bidang keilmuan yang dipelajarinya, serta mencapai tujuan yang diharapkan pada jenjang pendidikannya. Kewajiban menulis tugas akhir juga berlaku di Universitas Negeri Jakarta, yaitu laporan akhir untuk mahasiswa program diploma, skripsi untuk mahasiswa program sarjana, tesis untuk mahasiswa program magister, dan disertasi untuk mahasiswa program doktor.
Kewajiban menulis karya ilmiah seringkali menjadi momok yang paling menakutkan dan akhirnya menggagalkan segala jerih payah berkuliah di semester-semester sebelumnya. Menulis karya ilmiah dituntut kemandirian, konsistensi, dan kedisiplinan karena proses menulis karya ilmiah berbeda dengan proses perkuliahan yang telah dijalani. Walaupun ada batasan waktu penyelesaian masa studi, kewajiban menulis karya ilmiah seringkali diabaikan oleh para mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa menulis dengan terburu-buru atau asal-asalan hanya untuk mengejar batas waktu yang telah ditentukan untuk penyelesaian studinya. Akibatnya, banyak mahasiswa yang putus di tengah jalan dan tidak berhasil meraih cita dan mewujudkan impiannya.
Mengapa Menulis Karya Ilmiah Terasa Sulit dan Lama?
Ada banyak alasan yang disampaikan oleh seorang mahasiswa saat ditanya kewajibannya menulis karya ilmiah sebagai tahap akhir penyelesaian studinya. Sebagian alasan menjadikan faktor eksternal sebagai penyebabnya, seperti: kesulitan menghubungi dosen pembimbing/promotor, belum mendapatkan izin atau menemukan tempat penelitian, kesibukan pekerjaan/aktivitas berorganisasi, bahkan ada juga yang beralasan bahwa masih banyak teman-temannya yang juga belum menulis karya ilmiah.
Dari hasil pengamatan dan pengalaman, umumnya para mahasiswa tidak tahu harus dari mana dan kapan memulai menulis karya ilmiahnya. Para mahasiswa tidak memiliki gambaran mengenai apa yang harus ditulisnya, mereka belum memahami metode penelitian yang akan digunakannya, bingung mencari referensi untuk bahan tulisannya, atau bahkan tidak tahu seperti apa karya ilmiah yang baik secara akademis. Padahal sejatinya, karya ilmiah merupakan hasil perwujudan nyata dari berbagai materi yang dipelajari selama masa perkuliahan, artinya berbagai teori dan kasus sebenarnya sudah pernah diketahuinya. Memilih topik dan metode penelitian seperti mencari butiran pasir di pantai, banyak hal yang sebenarnya bisa diteliti tetapi mahasiswa malah menjadi bingung dengan terlalu banyaknya pilihan. Hindari sifat yang terlalu ‘perfectionist’ saat melakukan penelitian dan menulis karya ilmiah. Sebuah karya ilmiah tidak menuntut bahwa semua masalah harus diteliti dan juga tidak perlu semua metode diterapkan dalam penelitian.
Masalah lain yang menyebabkan proses penulisan terasa lama adalah tidak fokus dan tidak memiliki target penyelesaian dari setiap tahapan penulisan. Idealnya penyelesaian masa studi di tingkat sarjana adalah 8 semester, artinya penulisan skripsi bisa dilakukan selama 1-2 semester. Penulisan tesis dilakukan selama 1-2 semester agar bisa menyelesaikan studi tingkat magister selama 4 semester. Disertasi bisa diselesaikan selama 3-4 semester sesuai target penyelesaian studi tingkat doktor selama minimal 6 semester. Khusus untuk program doktor, penulisan disertasi lebih kompleks karena harus melalui banyak tahapan ujian ditambah kewajiban publikasi di jurnal internasional bereputasi.
Jadi, Bagaimana Cara Efektif Untuk Menulis Sebuah Karya Ilmiah?
Sebuah penelitian harus dimulai dari prinsip “Saya punya masalah, apa solusinya untuk memecahkan masalah tersebut?”, bukan terbalik menjadi “Saya menguasai suatu metode sebagai solusi pemecahan masalah, lalu di mana saya bisa menemukan masalah untuk diteliti?” Memang baik bila mahasiswa memiliki kemampuan dan ketertarikan terhadap suatu metode penelitian untuk memecahkan masalah, tetapi pastikan terlebih dulu apakah mahasiswa memahami masalah yang akan ditelitinya lalu tentukan metode yang tepat untuk menjalankan penelitiannya.
Karya ilmiah ditulis dari hasil sebuah penelitian. Pengamatan awal (Grand Tour Observation) menjadi kunci keberhasilan suatu penelitian. Peneliti harus mendapatkan fakta-fakta empiris dari suatu kondisi yang akan diteliti. Selanjutnya, fakta empiris tersebut dibandingkan dengan kajian teoritis sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki. Apabila peneliti menemukan perbedaan antara fakta empiris dan kajian teoritis maka perbedaan tersebut merupakan kondisi faktual yang menjadi tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti harus menetapkan beberapa rumusan masalah agar penelitian dapat fokus dan berjalan secara sistematis. Berdasarkan rumusan-rumusan masalah tersebut, peneliti menentukan metode penelitian apa yang paling tetap untuk bisa menjawab rumusan-rumusan masalahnya. Peneliti bisa memilih untuk menggunakan metode penelitian secara kualitatif, kuantitatif, atau campuran dari keduanya, namun pada prinsipnya tidak ada metode penelitian yang paling baik, yang ada adalah metode penelitian yang paling tepat digunakan. Oleh karena itu, peneliti harus memahami tujuan penelitiannya sehingga bisa memilih metode yang paling tepat untuk digunakan.
Kualitas Sebuah Karya Ilmiah
Sesuai kaidah penelitian, peneliti harus menulis karya ilmiah yang memiliki suatu kebaruan (novelty), menunjukkan adanya kesenjangan dengan penelitian-penelitian terdahulu (research gap), dan meyakinkan bahwa masalah harus segera dipecahkan (urgency of solutions). Jadi, kualitas sebuah karya ilmiah bukan ditentukan dari ketebalan karya ilmiahnya, durasi dan lokasi proses penelitiannya, atau judul karya ilmiahnya. Karya ilmiah yang baik harus ditulis secara sistematis, didukung dengan bukti-bukti tervalidasi, dan penelitian dilakukan secara tepat. Kualitas karya ilmiah akan semakin diakui bilamana mampu dipublikasikan dalam jurnal internasional bereputasi.
Perbedaan mendasar karya ilmiah untuk setiap jenjang akademis terlihat pada kedalaman penelitian dan tujuan penelitiannya. Pada tingkat diploma dan sarjana cenderung berupa suatu pelaporan dari hasil pengamatan atau penelitian. Laporan akhir tingkat diploma berbasis pada teori praktis (practical based-theory) sedangkan skripsi sarjana berbasis pada penerapan teori (applied based-theory). Karya ilmiah pada tingkat magister dan doktoral merupakan suatu penelitian murni. Tesis magister melakukan pendalaman suatu teori (theory deployment) sedangkan disertasi doktoral membangun teori baru (theory development) untuk penelitian kualitatif dan membuktikan suatu teori (theory discovery) untuk penelitian kuantitatif.
Sebagai ilustrasi sederhana, bila objek penelitian adalah sebuah pisang, mahasiswa program diploma akan menguraikan karakteristik sebuah pisang pada laporan akhirnya dengan rumusan masalah: “Apa itu pisang?” Skripsi sarjana akan menjelaskan cara mengelola sebuah pisang dengan rumusan masalah: “Bagaimana cara menggoreng pisang agar enak?” Tesis magister akan mendalami fenomena pisang yang digoreng, rumusan masalahnya: “Mengapa pisang yang digoreng terasa enak?” Disertasi doktor akan mencari cara lain agar pisang terasa lebih enak, rumusan masalahnya: “Selain digoreng, bagaimana cara lain agar pisang lebih terasa enak?”
Menulis Karya Ilmiah Itu Mudah
Sebenarnya semakin tinggi tingkat akademis seseorang maka akan semakin matang dalam menulis suatu karya ilmiah. Walaupun demikian, bagi sebagian mahasiswa menulis karya ilmiah tetaplah dianggap tidak mudah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh mahasiswa agar tidak mengalami kesulitan saat menulis karya ilmiah, yaitu: (1) perbanyak membaca referensi berupa skripsi/tesis/disertasi, jurnal, dan buku teks agar dapat lebih cepat membuka wawasan dan mendapatkan berbagai ide, (2) disiplin menjaga ritme dan motivasi saat menulis karya ilmiah, jangan pernah menunda-nunda karena tanpa disadari proses penulisan menjadi tertunda lama, (3) konsisten melakukan penelitian dan segera menuliskan temuan-temuan/ide-ide, (4) berani mencoba sesuatu yang baru dan berbeda, (5) memiliki visi dan target yang jelas, (6) fokus dan paham terhadap metode yang digunakan, dan (7) sering berkumpul dengan kelompok yang memiliki visi yang sama untuk saling memotivasi dan bertukar pikiran.
Suka atau tidak suka, menulis karya ilmiah menjadi bagian dari proses penyelesaian studi. Karya ilmiah yang ditulis bukan hanya berguna untuk diri sendiri untuk lulus kuliah tetapi juga bermanfaat secara lebih luas karena dapat diterapkan dalam dunia nyata, berkontribusi dalam keilmuan, dan berbakti bagi bangsa.
Hasilkan karya ilmiah secara disiplin, jujur, dan berintegritas agar semua cita-cita dapat diraih dan impian dapat terwujud nyata. Jangan ditunda-tunda lagi!
Ditulis oleh: Elkana Timotius (NIM: 7647157992), Alumni Program Doktor Ilmu Manajemen di Universitas Negeri Jakarta