Ini adalah tulisan pribadi terhadap kegegeran kampus UNJ karena ‘ulah anak MIPA’.
Kesedihan pertama datang dari sahabat kami sendiri, yaitu mahasiswa FIK yang datang berbondong2 ke FMIPA kemudian mencabut paksa petisi penolakan kepindahan FMIPA (24/12). Aksi pencopotan paksa ini dilakukan dengan tidak menggunakan norma kesopanan. Tidak dimulai dengan bertanya, tidak di mulai dengan permisi, bahkan diakhiri dengan kalimat “Kami punya 33 cabor, dan kami bisa bawa kesini untuk membubarkan anak MIPA”.
Seakan2 mahasiswa MIPA cuma sampah yang nebeng di kampus FIK. Padahal jelas gedung FMIPA telah terdaftar di kementrian dan pembangunan MIPA secara rutin dilaporkan ke kementrian.
FMIPA tidak dihuni oleh segolongan mahasiswa yg senang berdebat, apalagi senang berkelahi. ‘Kalem’ itu adalah kata yg terucap utk anak2 MIPA, namun diamnya kami tidak menunjukan bahwa kami tidak berprinsip. Diamnya kami tidak menunjukan kita orang pasif. Bahkan diamnya kami lebih dominan dr ucapan kami. Tp mengapa ketika kami berucap, muncul segolongan penentang ?
Kesedihan kedua, dalam aksi kemarin kami sama sekali tidak membawa, mengucap, mengutip kata2 penolakan pembangunan Wisma Atlet UNJ di gedung MIPA. SAMA SEKALI TIDAK, namun entah mengapa oknum mahasiswa FIK membuat banner tandingan yg isinya bisa anda lihat sendiri.
Kami sangat bangga dengan prestasi tetangga kami mahasiswa FIK, kami pun bangga jika akhirnya UNJ menjadi tuan rumah ASEAN GAMES dan UNJ mendunia. Kami TIDAK MEMPERMASALAHKAN itu. Yg kami permasalahkan adalah tolong kepindahan MIPA dilaksanakan dengan layak dan persiapan yang matang. Bukan seperti memindahkan ikan dari kolam ke aquarium. Tahun depan MIPA akan kuliah di berbagai tempat, terpencar, dan terpisah-pisah. Sementara gedung yg dijanjikan untuk kami sampai saat ini belun jadi. Kedepan UNJ akan melihat kondisi yang sangat kumuh, karena mahasiswa FMIPA akan mencari tempat2 diskusi. Mungkin di lobby, di pelataran halaman tanpa pohon rindang, di halaman masjid, di lobby2 gedung. Yang akan menjadi masalah baru bagi Ayah kami nanti.
Kesedihan ketiga datang dari ayahanda kami Prof. Dr. Djaali. Yang dalam diskusi lalu menjawab semua keluhan kami dengan santai.
- “Pembangunan mipa nanti akan dilakukan dengan teknologi baru sehingga tidak akan menimbulkan getaran yang akan merusak Scanning Electron Microscope (SEM), kalaupun rusak ya kita tinggal beli baru”
- “Kalian jangan manja bolak balik kampus A-B jadi masalah. Permohonan disediakan Bis UNJ saya tolak. Dulu waktu saya kuliah saya juga bolak balik, akhirnya sehat seperti sekarang”
- “Kita akan atur kelas dan perkuliahan nanti supaya full kuliah di IDB, bersama kaprodi masing”
Dan statement terakhir yg mengatakan,
“Saya akan cari provokator dalam kasus ini, dan saya akan lapor polisi”
SubhanAllah.
Kita tidak sedang berkompetisi politik. Kita hanya seorang anak yg tidak punya kekuasaan,tidak punya uang,tidak punya link,tida punya senjata, bahkan tidak.pandai bersuara. Kita hanya mengadu pada Ayah untuk memenuhi kebutuhan kita, tapi mengapa kisah ini layaknya sebuah panggung politik kepentingan. Perih hati mendengar kata tersebut. Kritik kami bukan wujud benci, tp kami cinta kepada pemimpin kami.
Tahukan bapak disitiap sujud dlm sholat sunnah kami do’akan para pemimpin kami?
Perasaan ini layaknya kritikan massa pada zaman orde baru, yg sama sekali ditentang. Akankah kita kembali ke masa itu ?
Kami akan kawal kata2 Rektor UNJ yang banyak menjanjikan untuk mahasiswa MIPA, jika tidak dipenuhi di dunia smg tidak dipersulit di akhirat.
Hari ini mahaisiswa MIPA sudah pasrah bersiap menghadapi SPS terakhir di kampus B, menghadapi UAS terakhir di kampus B, menghadapi diskusi2 ilmiah di Kampus B, menikmati kesejukan udara dan naungan pohon yg menenangkan, menikmati jajanan sehat dan murah.
Kepada sahabat saya mahasiswa FIK, saya berharap teman2 tidak menjadi boneka dalam setiap kepentingan siapapun. Dan saya harap, prasangka saya ini salah. Saya harap sudah tidak ada lagi konflik diantara kita. Karena salah satu perintah Rasul Muhammad adalah memelihara dan berbuat baik kpd tetangga.
Jika ada yg tersinggung mohon di maafkan. Silahkan hubungi saya jika ada keperluan. FIK adalah pelopor UNJ Satu, jangan sampai FIK jg mempelopori keretakan jargon tersebut. Pesan saya, kami titip Masjid Ulul Albab ketika kami jauh darinya Saya mohon ampun kpd Allah, Tuhan yg jiwaku berada dalam GenggamanNya.
Nelangsa Di FMIPA
Universitas Negeri Jakarta
Oleh: Bagus Tito Wibisono (085692881993)
Mahasiswa Biasa
Comments