“Pendidikan tak melulu soal gelar dan pencapaian dalam karier yang tinggi. Namun fungsi dari pendidikan sangat penting yaitu untuk memperbaiki pola pikir, membangun relasi, dan menambah wawasan, yang berguna untuk wanita” ujar Michael Obama dalam kompas.com. Pembahasan yang menarik terkait pendidikan sebagai motor penggerak sumber daya manusia khusunya di negara Indonesia, negara yang sedang berkembang dan bersaing dalam ajang ASEAN maupun dunia. Sebab pendidikan tergolong dalam sektor jasa, yang tidak nampak barang yang diperjualbelikan namun sangat signifikan dalam membentuk sikap, pola dan perilaku para pembelajar.
Tak semua orang berkesempatan menikmati manisnya pendidikan, sebab nikmatnya pendidikan tidak semua wilayah di Indonesia merasakan manisnya pendidikan layaknya di Ibu kota, tepatnya didaerah pinggir ibu kota Banten, masih terdapat wilayah untuk implementasi KKN, masih adanya sekolah yang hampir kandas dan tidak mendapat sorotan dari pihak yang bertanggung jawab, bahkan pada hari pendidikan nasional, masih ada berita yang menyoroti pedihnya menyenyam pendidikan dengan melewati sungai, lalu bagaimana dengan nasib anak Indonesia di negeri sebrang?
Serupa dengan pendidikan didalam negeri anak pekerja kelapa sawit di serawak hanya mendapat pendidikan non formal sehingga tidak mendapat ijazah dan keterbatasan dalam menyenyam pendidikan. yang mana data Konsulat Republik Indonesia di Tawau menunjukan bahwa jumlah anak TKI di daratan Sabah, Malaysia yang terlayani pendidikan sebanyak 20.759 orang. Padahal secara lebih rinci, jumlah persebaran anak-anak TKI menunjukkan, jumlah anak TKI terbanyak masih berada di kawasan Tawau yakni sebanyak 26.248 anak.
Lalu, bagaimana nasib pendidikan 6.000 anak Indonesia yang menurut undang-undang berhak mendapatkan pendidikan layak? Nyatanya dengan pendidikan maka modal intelektual dapat mengubah zaman mesin menjadi zaman pekerja berpengetahuan (knowledge worker) hal ini ditulis dalam buku Ihyaul Ulum dan kini terbukti, dunia elektronik dan informasi menjadi raksasa yang tak berwujud namun berdampak menyeluruh dan inilah buah dari ilmu pengetahuan. Masalah pendidikan membuat mahasiswa ingin merasakan, melihat pendidikan anak Indonesia di negeri sebrang dalam pengabdian bersama VTIC (Volunterism Teaching Indonesian Children) yang kini sudah mencapai 5 angkatan. Sebanyak 733 mahasiswa mengikuti kegiatan relawan pendidikan di sewarak, untuk mengabdikan diri. dan kini sudah memasuki tahap akhir sekira 150 orang mengikuti interview di regional masing-masing.
Kita masih satu bangsa, bahkan satu tanah air, namun banyak yang berkata bahwa bekerja di negeri sebrang memiliki keuntungan berlipat, nyatanya? Pendidikan sang anak menjadi terabaikan. Untuk itu banyak mahasiswa yang ingin mengikuti kegiatan VTIC untuk mengabdikan diri walau hanya sejenak untuk sama belajar, mecintai, dan membangun Indonesai melalui sumber daya manusia.
Karena menjadi relawan bukti nyata dalam menjadikan manusia lebih bermanfaat untuk orang lain bukan hanya untuk kekayaan dirinya. Pendidikan adalah lahan yang sangat luas, alangkah merugi jika disemai sendiri, tidak bersama. Maka menjadi relawan akan menambah hasanah menguji keikhlasan dalam menjadikan pendidikan di Indonesia lebih baik. Siapapun yang berhak menjadi relawan VTIC dia adalah orang yang siap mengabdikan diri untuk perlahan memperbaiki semangat juang pendidikan anak indonesia di negeri sebrang.
Selamat berkarya untuk calon cikgu VTIC cycle 5…
Mulyanti Adhani
Mahasiswa FE UNJ