“Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan.” – Anies Baswedan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
Pernyataan Bapak Anies Baswedan tersebut sangat menggambarkan keadaan anak-anak di Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di seluruh penjuru tanah air. Anak-anak yang berada di daerah pelosok tanah air mempunyai potensi yang tidak kalah jauh oleh anak-anak yang berada di perkotaan. Yang membedakan dari mereka adalah keadaan. Di daerah pelosok keadaan seperti fasilitas sangat minim dan yang terpenting pola pikir masyarakat disana masih menganggap pendidikan bukan hal penting. Mereka menganggap pendidikan itu sangat mahal.
Pendidikan merupakan pilar utama dalam kemajuan suatu bangsa, tanpa pendidikan negara akan hancur. Negara dikatan maju apabila pendidikan suatu negara tersebut berkembang pesat dan memadai. Dengan pendidikan kita bisa bisa mengetahui sesuatu yang tidak diketahui menjadi tahu. Dengan pendidikan kita bisa meningkatkan potensi diri dan cara berfikir kita.
“Daripada mereka bersekolah menghabiskan uang lebih baik mereka berkerja mencari uang untuk makan sehari-hari.”
Itulah yang selalu dipikirkan oleh masyarakat di daerah pelosok bahkan masyarakat miskin di daerah perkotaan. Pola pikir inilah yang salah dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mnegubah pola pikir tersebut. Sejatinya dengan pendidikan, seseorang dapat mengangkat status sosial keluarganya, mempunyai sikap inovatif dan kreatif serta mempunyai mental juara agar tidak pernah kalah dengan keadaan yang ada.
Untuk kemajuan suatu bangsa, Pendidikan sangat berperan penting didalamnya. Lebih luas lagi pendidikan sendiri dapat membantu perekonomian suatu negara. Pendapatan nasional dan Pendapatan per kapita Indonesia setiap tahun mengalami kenaikkan. Namun yang menjadi masalah adalah distribusi pendapatan yang tidak merata. Semua masyarakat menganggap Jakarta adalah kota yang dapat merubah nasib mereka. Jika tidak mempunyai bekal seperti pendidikan yang tinggi dan skill yang berkualitas maka seseorang datang ke Jakarta untuk bermimpi merubah nasibnya tidak akan terwujud.
Sejak Desember tahun lalu kita sudah memasuki yang namanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Itulah pertanda jika seluruh masyarakat Indonesia harus siap bersaing dengan masyarakat dari negara di Asean seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan yang lainnya. Lalu bekal apa yang akan kita siapkan untuk menghadapi semua itu? Tidak lain dan tidak bukan yaitu dengan pendidikan yang tinggi.
Dengan adanya pendidikan ini maka seseorang dapat mempunyai pengetahuan, kemampuan dan juga bangsa ini tidak akan kesulitan untuk menemukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Hal-hal tersebutlah menjadi modal yang berharga untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Pendidikan tidak hanya terdiri dari pendidikan formal tetapi juga pendidikan informal, nonformal, pendidikan moral, pendidikan karakter dan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan karakter dan pendidikan moral juga berperan dalam membentuk karakteristik manusia yang baik. Korupsi merajarela, kekerasan seksual yang sedang marak akhir-akhir ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia menyampingkan nilai-nilai yang ada dalam dunia pendidikan salah satunya adalah tentang pendidikan moral.
Jika semua masyarakat bangsa ini telah sadar akan pentingnya sebuah pendidikan, maka bangsa ini akan semakin maju baik dari segi perekonomian dan lainnya. Tidak akan ada lagi orang miskin tetapi yang ada orang-orang kreatif dan inovatif yang dapat memanfaatkan lingkungan sekitar untuk berbuat sesuatu demi kemajuan sebuah bangsanya. Apalagi kita diuntungkan dengan bonus demografi yang kita terima pada tahun 2020 nanti. Bonus demografi dimana suatu bangsa masyarakatnya berdominan usia produktif. Jika usia produktif Indonesia pada saat mengalami bonus demografi telah mengenyam pendidikan yang tinggi, saya yakin bangsa ini akan maju.
Oleh: Randi Ramdani Pratama, S.Pd. (FE)