Konsep awal suatu pergerakan mahasiswa berawal dari tahun-tahun yang panjang, dimana bahkan disaat itu Indonesia masih belum bisa mengibarkan bendera kebangsaannya. Budi utomo adalah salah satu bukti nyata atas kisah pergerakan pemuda pada masa itu. Dimulai dengan pertemuan-pertemuan kecil antara orang-orang yang merasakan ketidak nyamanan atas kondisi yang terjadi disekitar mereka, kemudian menyadarkan dari hasil logika dan cara berfikir kritis yang cantik ala pemuda bahwa ketidak benaran yang memberikan ketidak nyamanan adalah dari olah sistem Negara yang diterapkan oleh pemerintah yang berpihak tidak sepenuhnya pada rakyat Indonesia.
Telah kita ketahui bahwa pada 17 Agustus 1945, Indonesia mencanangkan dirinya sebagai Negara yang bebas dari penjajahan dengan peran pemuda sebagai golongan orang yang dengan tegas dan berani melakukan penekanan pada Ir. Soekarno untuk segera melakukan pernyataan yang kini dapat kita rayakan sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda dengan sadar mengharapkan suatu perbaikan dari permasalahan-permasalahan yang nyatanya telah menjadi suatu kenyamanan tersendiri bagi rakyat tanpa mereka sadari, seperti halnya pada awal kemerdekaan Indonesia, bahwa rakyat telah terbiasa dengan kondisi tertindas oleh bangsa lain, namun para pemuda dengan tegas mengatakan, “Cukup”. Sebab penindasan pada bangsa mereka sendiri adalah hal yang harus segera dicukupkan.
“Bila engkau melihat kemungkaran ubahlah dengan tan- gan (kekuatan), dan bila tidak mampu ubahlah dengan lidah (kritik/nasehat) dan bila tidak mampu juga ubahlah dalam hati dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.
Namun dijajakannya pernyataan bahwa Indonesia telah merdeka bukanlah menjadi hal yang kemudian menampik segala tindak penjajahan oleh kepentingan suatu golongan yang mementingkan diri sendiri. Seusai pembacaan proklamasi, Ir. Soekarno menjadi presiden pertama bagi Indonesia yang dimana pidato-pidatonya sangat menginspirasi bagi sebagian golongan hingga pada akhirnya, rakyat lagi-lagi merasa nyaman dengan kalimat yang digelontorkan dengan apik oleh Ir. Soekarno, namun pemuda lagi-lagi merasakan benih-benih keresahan dimana kepemimpinan pada masa Soekarno mulai menghadap pada suatu kepentingan diluar kepentingan rakyat Indonesia.
Salah satu pemuda yang vokal dalam menyatakan keresahan dan ketidaknyamanan atas kondisi Negaranya adalah Soe Hok Gie, seorang pelajar keturunan tionghoa. “Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan,” ujar Soe Hok Gie.
Keterampilannya membuat logika atas berbagai masalah yang terjadi pada masanya sehingga menjadi sebuah olahan pengetahuan bagi kawan-kawan mahasiswa dan pada akhirnya dengan kumpulan massa dari para pemuda yang semangatnya sedang tidak baik-baik saja mampu menggulingkan orde lama. Namun dalam hal ini, perlu kita ketahui bahwa pada kenyataannya, penggulingan Orde Lama tidak sepenuhnya dimotori oleh para Mahasiswa, namun juga hadirnya para TNI yang ikut andil menjatuhkan Orde Lama yang tentunya dengan di garis bawahi mengenai suatu kepentingan golongan. Hal ini terjadi tersebab tiga Mahasiswa yang memiliki idealisme tinggi sedang berada diluar zona masalah, atau tidak berada dilokasi masalah.
Kejadian ini menegaskan, bahwa idealisme adalah hal penting yang menjadi pilihan besar pada tiap mahasiswa untuk menentukan apakah ia akan menjadi pionir perubahan atau menjadi golongan yang tenggelam dalam gelombang kepasifan.
Berlanjut pada masa orde baru yang lagi-lagi sempat melehakan rakyat dengan segala kemudahan ekonomi dan pendidikan, namun pada dasarnya rakyat sedang dinina bobokan dengan kepicikan politik sehingga menjadikan presiden kedua, Soeharto mampu menggoda tiap periode untuk kemudian mampu menjadikan jabatan presiden bagi Soeharto secara terus menerus.
Hal ini semakin meresahkan para mahasiswa atas data dan kajian atas meruginya rakyat Indonesia atas situasi tersebut, maka terjadilah aksi 98 besar dimana ekonomi Negara kian krisis. Kerusakan besarpun terjadi tersebab keresahan yang terlalu lama terpendam akibat peraturan pada masa Soeharto bahwa Mahasiswa atau bahkan rakyat sipil dilarang keras melakukan pergerakan menentang pemerintah atau dikenal sebagai kebijakan NKK (Normalisasi Kegiatan Kampus). Mahasiswa memiliki tugas besar untuk menyadari bahwa perlahan namun pasti, sistem Negara yang mana bila terus berlanjut tanpa ada orang-orang yang memperingati maka akan timbul suatu permasalah yang nantinya tidak lagi diatasi karena ketidak adanya revisi dari tiap kebijakan yang menyimpang. Presiden RI telah berganti tiap periodenya dengan membawa visi misinya yang harus tetap di kawal dengan pandangan yang netral.
Permasalahan terbesar terjadi pada gerakan mahasiswa ketika mahasiswa itu sendiri terlah terjual suara dan kelantangannya. Terjual dengan segala kenikmatan atas perkembangan zaman di tahun 2000. Terlebih ditekankannya pendidikan yang menggiurkan bagi tiap-tiap mahasiswa berprestasi pada akademiknya, secara besar-besaran menyerap semangat Mahasiswa untuk akhirnya memilih di jalan pembelaan rakyat, dan lebih memilih bersaing diantara tugas-tugas dan berbagai even ajang unjuk kemampuan intelektual dengan berbagai kemasan. Tanpa disadari Mahasiswa melupakan tujuan dicapainya intelektual pada tingkat Mahasiswa adalah untuk menjadi bahan atas jiwa kemanusiaan dan dasar kepekaan atas kondisi yang terjadi pada sekitarnya. Hal ini membawa pertanyaan besar, apakah pergerakan Mahasiswa perlu gaya baru?
Hal ini membawa pertanyaan besar, apakah pergerakan Mahasiswa perlu gaya baru?
Sebab permasalahan Indonesia semakin kompleks, berbagai penyimpangan dalam pengaturan kebijakan oleh pemerintah yang tentunya memberikan dampak pada rakyat kecil.
Sebab zona perang pergerakan mahasiswa tidak lagi mengenai suatu tindakan yang dirasakan keresahan atas kekeliruannya oleh banyak pihak, bahkan mahasiswa kini memilih terjun bebas pada kesibukan pribadi meskipun mereka merasakan dan menyadari bahwa Indonesia semakin hanyut menuju jurang yang tidak bisa diprediksi jaraknya. Sebab zaman semakin menapaki pembaharuan atas setiap aspeknya. Maka, apakah pergerakan mahasiswa memerlukan suatu ‘gaya baru’ atau suatu pergerakan lama yang diperbaharui?
Perlu kita ketahui bahwa di berbagai Negara, suara pemberontakan yang dilakukan atas dasar keresahan bersumber pada golongan masyarakat yang memerlukan perubahan itu sendiri. Permasalah Negara kita adalah bahwa pergerakan Mahasiswa kini selalu mencanangkan bahwa mereka membela rakyat. Namun dapat kita temukan pada masa ini adalah, teknis demo dimana massa aksi digiring pada titik kumpul aksi dengan metromini atau kendaraan sejenis, ada yang tertidur selama perjalanan, ada yang melamun, ada yang bermain dengan gadgetnya, dan ada satu dua yang asyik berdiskusi mengenai berbagai isu. Berbagai rumah warga terlewat begitu saja, bahkan sangat mungkin bahwa rakyat sama sekali tidak memahami permasalahan apa yang dibawa Mahasiswa. Klimaks yang kemungkinan diketahui oleh masyarakat awam adalah sebuah keos atau insiden yang saling menyalahkan antar pihak. Hal yang mungkin terbentuk kemudaian dalam benak rakyat adalah bahwa mahasiswa melakukan pergerakan yang tidak mendasar dan tidak jelas.
Hal yang mungkin terbentuk kemudaian dalam benak rakyat adalah bahwa mahasiswa melakukan pergerakan yang tidak mendasar dan tidak jelas.
Maka, bagi pemuda dengan idealisme tinggi, mereka akan mengatakan satu kata bagi pemikiran ini adalah, Lawan.
Soe Hok Gie dengan sukses memberikan pencerdasan dari berbagai aspek yang mencangkupi politik di dalam tiap bidang seperti budaya, seni, surat kabar, dan lain sebagainya agar mampu menyadarkan masyarakat sebagai objek yang ia bela sebagai penentangannya pada pemerintah.
Maka, bukan hal sulit bagi mahasiswa untuk berbagi hasil diskusi dan konsolidasi melalui satu dua jam percakapan dalam radio yang notabene mudah dikonsumsi masyarakat dengan radio maupun gadgetnya. Berbagi pandangan politik dan sosial dengan pembawaan yang menyenangkan tentunya akan mudah menarik jiwa kepekaan pada tiap individu. Pun Mahasiswa dalam perjalanan menuju lokasi aksi mampu tiga empat kali memberhentikan kendaraannya untuk membagikan selembaran masalah yang akan di angkat pada aksi saat itu dengan gaya penulisan yang mudah diserap masyarakat awam.
Melawan tiap permasalahan sekecil apapun dalam pergerakan Mahasiswa adalah bukti nyata kokohnya idealisme pemuda.
Apakah pergerakan Mahasiswa membutuhkan gaya baru?
Oleh: Wafa Kamilah
akuwafazhera@gmail.com