Siapa yang tidak mengetahui peristiwa Sumpah Pemuda?
Hampir seluruh penjuru negeri ini mengetahuinya.
Peran pemuda di zaman itu membuat tubuh ini merinding karena keberanian dan semangat mereka yang membakar jiwa. 89 tahun yang lalu, pemuda Indonesia mengikrarkan sumpah yang menggetarkan seluruh hati pemuda untuk bahu membahu membangun bangsa yang kuat dan bersatu.
Namun, apakah di zaman ini masih ada pemuda yang begitu berani dan memiliki semangat membumi untuk membangun negeri ini?
Sebelumnya, perlu kita ketahui apa isi dari sumpah pemuda. Pertama, bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. Kedua, berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Ketiga, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Apakah sudah cukup dengan status kewarganegaraan Indonesia, Bangsa Indonesia, dan menggunakan Bahasa Indonesia? Apakah dengan itu semua Sumpah Pemuda telah terefleksi dalam diri masing-masing pemuda negeri ini?
Tidak, Bung!
Sebagai pemuda harapan bangsa, kita harus menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan kita. Sebagai seorang pemuda pejuang bangsa, kita tak boleh melupakan suara panggilan rakyat jelata yang membutuhkan pertolongan, terlebih di zaman ini. Pemerintahan tengah dalam kondisi yang kacau, banyak protes yang terjadi di kalangan mahasiswa, contohnya aksi 20 Oktober kemarin.
Sebagian orang mungkin akan berfikir, untuk apa sih mahasiswa mengadakan aksi?
Toh, tak akan merubah keadaan bangsa ini.
Hei Bung, bangun! Bangsa ini sedang sakit, lebih tepatnya pemerintahnya yang sekarat.
Apakah kalian masih mau diam membisu nan apatis dengan keadaan negeri ini?
Aksi 20 Oktober yang dilakukan oleh seluruh mahasiswa dalam aliansi BEM SI merupakan satu perwujudan sikap refleksi sumpah pemuda yang patut didukung.
Kata siapa tidak ada perubahan?
Aparat pemerintah yang dikenal mengayomi dan melindungi masyarakat, sekarang berubah menjadi manusia tak berperikemanusiaan. Mereka melukai mahasiswa yang sekadar ingin menemui Bapaknya bahkan memenjarakan beberapa orang di antaranya.
Apakah pantas mereka melakukan hal semena-mena seperti itu? Tentu tidak, Bung.
Lalu, apa lagi yang berubah? Keadaan bangsa ini tentunya semakin aneh dengan tingkah para pejabat dan aparat pemerintah. Dimanakah keadilan sosial itu? Dimanakah persatuan yang selama ini diidam-idamkan? Miris, Bung.
Saya sangat bersyukur terhadap pemuda Indonesia, khususnya mahasiswa yang masih memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap bangsa ini. Jiwa kepemimpinan mereka benar-benar terbentuk menyatu dengan raganya. Namun, masih ada beberapa mahasiswa yang tak menyadari pentingnya jiwa kepemimpinan itu, saya sarankan ikut Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa.
Pelatihan tersebut setidaknya membuat kita sadar akan peranan mahasiswa sebagai agen perubahan dan pentingnya jiwa kepemimpinan yang harus dipupuk sejak dini. Melalui PKMP Ilmu Agama Islam yang telah saya ikuti, saya dapat belajar banyak ilmu tentang bagaimana cara menjadi seorang pemimpin yang baik dan bagaimana peranan mahasiswa selaku pemuda Indonesia, sehingga nilai Sumpah Pemuda 89 tahun yang lalu bukanlah wacana belaka.
Oleh: Yuly Ulan Dari