Tahukah sobat UNJKita bahwa diawal tahun ini Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (BEM UNJ) membuat sebuah terobosan baru dengan pembelian satu unit mobil komando seharga 17 juta rupiah dengan type mobil Daihatsu Zebra tahun 1994?

Dalam pendanaan mobil yang dinamai Mobil Komando yang berasal dari pada donatur dari kalangan pengusaha, orang tua mahasiswa dan iuran SospolNett seperti yang dikatakan Rizky Fajrianto, Kepala Departemen Sosial Politik BEM UNJ. Berita selengkapnya dapat kamu baca di : BEM UNJ dan SospolNett Wariskan Mobil Pergerakan UNJ.

Tentu hal tersebut mendapat banyak pujian dan beberapa tanda tanya juga dari masyarakat kampus ibu kota. Karena dalam suatu kebijakan menjadi hal yang wajar terdapat sisi pro dan kontra. Dan dalam hal berdemokrasi kampus, BEM UNJ selaku organisasi pucuk pemerintahan baiknya selalu terbuka dalam menerima saran dan masukan dari masyarakatnya. Berikut tim redaksi UNJKita menghimpun beberapa respon warga kampus terkait pembelian Mobil Komando :

“Kalau dari ane, karena mobil itu asalnya dari para donatur. Artinya para donatur juga setuju dan dukung pergerakan mahasiswa. Dalam artian ini bisa jadi langkah awal untuk hemat dana dalam pergerakan mahasiswa itu sendiri. Tapi masih ada PR dana untuk melengkapi sisanya (perangkat sound). Disisi lain, BEM UNJ akan sangat banyak mahasiswa atau civitas akademika unj lainnya yang akan membandingkan hal ini sama kinerja BEM UNJ. Mudah-mudahan searah harapan ane (yaitu) bisa maju dalam pergerakan mahasiswa. Tapi juga ga mundur dalam pelayanan yang diberikan.” – EN, mahasiswa angkatan 2014, pengurus Lembaga Dakwah Fakultas.

“Sebagai mahasiswa umum, saya salut banget dengan kegigihan BEM UNJ dan sospol nett dalam keinginannya menekan biaya sewa sound system tiap aksi dengan pembelian mobil komando dan pembukaan donasi pembelian sound system tersebut. Keren aja gitu BEM UNJ punya aset berupa kendaraan. Harapannya semoga alat transportasi dan sound system tersebut nantinya dimanfaatkan dengan tepat sasaran. Namun sebagai mahasiswa yang sedikit belajar akuntansi, saya minta ke depannya BEM UNJ punya bendahara dari mahasiswa akuntansi yang akan mencatat dan membuat laporan keuangan yang baik mengingat mobil tersebut saya pikir adalah fixed asset yang punya biaya perolehan, perlu pencatatan beban, akuntansi pajak dan depresiasinya. Ya semoga kendaraan ini bisa mendatangkan aliran kas masuk bagi BEM UNJ di masa mendatang secara langsung atau tidak langsung. Tapi saya masih bertanya-tanya berapa umur ekonomisnya ya? Harus diukur dan dicatat loh ya”- SW, mahasiswa FE angkatan 2013 alumni pergerakan.

“Kalau saya lagi-lagi diliat dari mudhorotnya banyakkan mana, antara beli atau tidak. Seperti perubahan peraturan di pemerintahan, tujuannya ini itu, bermanfaat banyak sesuai analisis, tapi buat pelaksanaannya butuh ini itu yang kalo sekilas memahami itu bakal shock atau apatis, ga dukung dkk, kan ada namanya culture shock gitu yak. Kan kalo UNJ masih nyewa juga, bebannya cuma buat anak aksi aja, makanya mungkin dengan pembelian sendiri, bakal banyak yang ikut berperan dalam penyumbangan, kan mobilnya juga bisa dipake buat acara-acara UNJ dengan sewa yang lebih minim, buat aksi nasional juga bisa di sewa kah ? Ada lagi pemasukkan, untungnya buat UNJ insyaAllah walaupun tidam dirasakan langsung, tapi jika misalkan buat (membeli) sound aja segede itu budgetnya (25 Juta), diliat dari urgensinya itu pembelian ini itu ga usah terburu-buru atau bisa juga dipercepat agar cepat selesai, dukungan dari tiap tim aksi dibutuhin banget buat keuntungan yg sebenernya masing-masing individu bisa pikir pakai nalar sendiri, tapi mungkin kalo liat ukuran mobil dan harganya, orang menjadi bertambah porsi bertanya-tanya nya tentang urgensi, urgensi, dll.” – WK, mahasiswa angkatan 2015 anak tim aksi.

“Dari saya sendiri mungkin dilihat dari 2 sisi. Yang sisi pertama, kenapa ga buat diputer aja uangnya, dipinjemin ke orang yang ngebutuhin dana terkhusus mahasiswa. Disisi lainnya, memang seharusnya mobil dibeli sebab sudah jadi amanah dari yang katanya “sumbangan ortu mahasiswa” diamanahin untuk “Sospol Se-UNJ”. Ya namanya amanah, ya gimana ya mau gimana lagi, mereka juga sih yang berani ngajuin ya mereka juga yg harus siap tanggung jawab. Mobil sound mahal sih nyewanya, enak punya sendiri, tinggal nyewa bisnya aja (untuk transportasi ke lokasi aksi). Tapi dilihat lagi dengan dananya, itu mobil sudah lunas atau belum, boleh aja lunas. Terus nanti yang bayarin pajak pertahunnya siapa? Apakah BEM UNJ? Kalo masalah bensin ga jadi hitungan karena cuma aksi doang dipake mobilnya. Bisa sumbangan pas aksi. Terakhir, katanya udah ada ya “pembagian wilayah dana” untuk Advo dan Sospol? Kalo masyarakat umum seperti kita saja masih ga -ngeh terkait “pembagian wilayah dana” berarti ya ketauan kan belum transparansi sistem pembagiannya kan. Nah itu harusnya sebelum begini ditransparansi dulu “pembagian wilayah dana” nya, ga usahlah ke mahasiswa umum karena ga enak rahasia perusahaan, tapi minimal ke Advo (dan Sospol) jurusan, prodi, dan fakultas. Biar sama-sama nerima gitu, dan kalo ada yang keberatan terkait kebijakan bisa bilang.” – GP, mahasiswa angkatan 2014 pengurus Community Development.

“Ketidak jelasan manfaat menjadi nilai penting untuk mengadakan atau meniadakan mobil tersebut. Sebaiknya dijelaskan apa kebermanfaatan dari barang yang dibeli kemudian bisakah membantu mengembangkan organisasi (baik keberlangsungan kegiatan organisasi maupun menambah investasi dana bagi organisasi). Transparansi segala bentuk upaya untuk akhirnya kembali pada tujuan awal sebuah organisasi. Untuk saat ini, saya pribadi sama sekali tidak senang dengan adanya barang tersebut. Karena terbentur dengan pemanfaatan barang tersebut. Terlepas dari mana dananya akan lebih baiknya bisa dimanfaatkan sebaik dan seoptimal mungkin. Melihat banyaknya peluang yang berpenghasilan bisa dilakukan. Masalah pendanaan akan menjadi masalah bila tidak ditranspransikan, dan ingatlah bahwa tujuan organisasi mahasiswa itu sendiri. Minimalisir kepentingan-kepentingan yang memang tidak diperlukan dan tidak termaktub dalam tujuan organisasi” – ER, Mahasiswa angkatan 2014 pengurus lembaga legislatif tingkat fakultas.

“Ane coba ngambil dari sudut pandang advokasi. Jadi tanpa ngebeda-bedaiin fungsi tiap-tiap departemen di BEM UNJ sendiri, keseluruhannya pasti untuk pelayanan sama pembelaan mahasiswa (UNJ). Jadi buat beli mobil sound, apalagi masih harus melengkapi unit sound itu sendiri yang tergolong mahal. Belum biaya perawatan, dan terlebih kurang sebulan lagi akan terjadinya masa bayaran, gak tepat banget momennya (untuk pembelian Mobil Komando).” – MBA, mahasiswa angkatan 2013 anggota Advokasi lembaga tingkat fakultas.

Dari sekian pendapat tersebut tentu kebijakan pembelian Mobil Komando dan penggalangan perangkat pengeras suara yang kini sedang dilaksanakan menuai pro-dan kontra. Dan banyak dari pihak kontra berpendapat seperti itu karena minimnya informasi dari teman-teman BEM UNJ. Mungkin dengan komunikasi yang baik dengan mahasiswanya dapat menjadi langkah yang baik diakhir masa jabatan BEM UNJ kabinet Bagus-Dicky yang sebentar lagi akan selesai.

Categorized in: