”Seorang guru mempengaruhi keabadian; ia tidak pernah bisa mengungkapkan dimana pengaruhnya akan berhenti.” – Henry Brooks Adams.

Dalam dunia pendidikan kita mengenal adanya sosok figur yang mampu memberikan pembelajaran atas suatu hal yang sebelumnya tidak kita mengerti, lalu dituntut untuk memberikan arahan yang baik agar kelak kita dapat menjumpai masa depan kita dengan cita-cita dan keberhasilan. Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu, yang mana tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta melakukan evaluasi terhadap peserta didiknya.

Menjadi seorang guru bukanlah perkara yang mudah, dimana setiap langkah mereka harus dihadapkan dengan berbagai risiko dan masalah. Apakah artinya risiko dan masalah tersebut yang pada akhirnya membuat seorang guru itu gagal? Dengan tegas saya mengatakan, “Tidak !” tidak sepantasnya kita menyebutnya sebagai suatu kegagalan, sementara kita sudah berhasil memijaki bumi yang menua sampai pada hari ini dengan ilmu yang telah mereka tularkan, tentunya dengan campur tangan Tuhan.

Bayangkan, apa jadinya kita saat ini apabila tidak ada satu pengetahuan pun yang kita miliki? Apa jadinya dunia ini tanpa adanya seorang guru? Dapat dipastikan kita semua akan berada dalam keadaan kebingungan, dan akan terseok-seok dalam menjalani kehidupan yang ada karena larut pada kebodohan yang melekat. Tidak akan ada sebuah bangunan karena tidak adanya seorang arsitek, tidak akan ada orang yang sehat dan sembuh dari sakit karena tidak adanya seorang dokter atau tenaga medis, tidak akan ada sebuah negara karena tidak adanya seorang presiden/ raja/ sultan/ sebutan pemimpin negara lainnya; bahkan tidak akan adanya orang-orang baik karena tidak adanya seorang ulama/ pemuka agama, dan sebagainya. Tentunya, kembali saya sebutkan bahwa semuanya terjadi atas campur tangan Tuhan yang Maha Kuasa.

Allah SWT berfirman dalam Qurâan surah An-Nahl ayat 43; yang artinya : ”Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

Ilmu itu sangat luas cakupannya, bahkan apabila seluruh pohon yang ada di dunia ini kayunya dijadikan pena, dan lautan dijadikan tintanya; maka belumlah habis ilmu Allah SWT. Bertanyalah kepada para ulama/ guru, begitu pesan yang Allah sampaikan pada ayat tersebut, yang mana Allah maksudkan kita dalam mendapatkan suatu ilmu maka perlu adanya perantara, perantara yang dimaksudkan adalah seorang guru. Sehingga, dengan bertanya maka akan hilang kebodohan, hilang keraguan, serta mendapatkan ilmu. Begitu pentingnya arti seorang guru bagi suatu ilmu. Kendati demikian, dalam bertanya/ berguru kita perlu memperhatikan adab-adab dalam berilmu yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Termasuk di antaranya menyampaikan rasa terimakasih kita kepada guru. Yang menjadi pertanyaannya adalah, sudahkah kita berterimakasih? Dan sudahkah kita cukup membalas kebaikan mereka dengan hanya berterimakasih?

Masih ingatkah kalian kapan pertama kalinya kalian dapat mengenal huruf, angka, dan warna; masih ingatkah kalian siapa yang mengajari kalian sehingga kalian dapat membaca, menulis, dan berhitung? Berlanjut kejenjang sekolah dasar; masih ingatkah kalian siapa yang dengan sabar menghadapi tingkah laku kalian di sekolah yang sedang masanya bermain dan nakal-nakalnya? Masih ingatkah kalian siapa yang mengajari kalian perhitungan Al-Jabar sampai kalian memahami betul seluk beluknya (ketika kalian berseragamkan putih biru). Masih ingatkah kalian dengan rumitnya logaritma? Dan lain-lain.

Dan masih ingatkah kalian siapa yang dengan sabar menghadapi tingkah laku orang-orang yang baru beranjak dewasa, yang berkeinginan mengikuti kehendaknya sendiri (tidak suka diatur)? Dapatkah kalian menyebutkan satu-persatu guru-guru kalian yang telah menularkan ilmunya kepada kalian? Lantas bagaimana cara kita berterimakasih, diminta untuk menyebutkannya saja kita tidak mampu?

Sedih jika kita kembali mengingat dan merenunginya, banyak sekali kesalahan yang dengan atau tanpa kita sadari sudah melukai hati mereka. Ingin sekali rasanya kita kembali ke masa itu untuk menyampaikan permohonan maaf kita kepada mereka dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan dahulu.

Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah dengan mendoakan mereka dan memanfaatkan ilmu yang telah mereka tularkan di jalan-jalan yang di benarkan oleh Allah SWT. Lalu, menyampaikannya lagi pada orang lain, karena hal tersebut merupakan suatu amalan yang tidak akan terputus pahalanya walaupun orang yang menularkan ilmu sudah meninggal dunia (Ilmu yang bermanfaat). Inilah hakikat daripada keabadian yang dimaksud dari penggalan kalimat yang dikemukakan di atas.

Selamat Hari Guru, 25 November 2017; untuk guru-guruku tercinta !

Namamu
Abadi,
Dalam
Relung
Hati ini.

Peluk hangat murid kesayangan.

Jakarta, 25 November 2017
Adi Rahzalafna.

Categorized in: