Assalamualaikum Wr Wb
Dear Prof Dr Djali yang agung. Sebelum saya berbincang kepada anda dalam tulisan ini, akan lebih baik jika saya perkenalkan diri saya. Saya adalah mahasiswi UNJ Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial angkatan 2014, saat ini kira-kira sudah lebih dari tiga tahun saya mengamati perubahan kampus selama dirimu menjabat. Penahkah engkau berkeliling kampus di pagi hari? Kudengar rumah dinasmu dekat dengan kampus A? jika belum mari suatu hari bersama saya berolahraga disekitaran kampus A karena dipagi hari kampus A begitu sejuk dan dingin Rawamangun ala puncak. Namun jika sudah memasuki jam delapan kau sudah bisa merasakan panasnya Rawamangun dan padatnya masyarakat UNJ, itu sebabnya ketika jam itu saya malas kekampus.
Prof Dr Djali yang agung, pada kali ini saya sedikit banyak curhat denganmu tentang UNJ dan tentang dirimu. Betapa cintanya diriku kepadamu sehingga saya membuat tulisan ini bukan berarti saya ragu dengan kepemimpinanmu namun, karena aku sayang kepadamu. Mari suatu hari kita berdendang dan bercengkrama tentang lucunya UNJ. Apa saja yang ingin aku katakan dan apa saja yang ingin kau keluhkan. Kudengar dirimu adalah penghitung yang ulung sehingga sangat memungkinkan kampus menjadi sejahtera dan makmur terutama dalam hal pembagian gaji dosen, UKT dan gaji karyawan UNJ. Namun, Bagaimana mungkin seorang penghitung yang ulung bisa kecolongan lima miliyar dihitung dari masa jabatanmu ditahun 2014.
Kudengar juga dirimu membentuk dinasti kerajaan pada keluargamu dalam birokrasi UNJ, sekali-kali pernah aku berpikir bahwa akan sangat menyenangkan menjadi keponakanmu, adik dari menantumu atau setidaknya menjadi saudara dari saudramu. Benarkah seluruh keluargamu bekerja dalam bidang kemahasiswaan di UNJ? Pantas saja ketika saya bertemu salah satu dari pegawai UNJ langsung terperangai ingat padamu.
Kudengar juga pembangunan fisik di kampus A begitu cepat dan bagus, gedung-gedung bertaraf Internasional dengan dalil bahwa birokrat bekerja sama dengan pihak swasta menjadi isu paling hangat saat ini. tak elak ketika perkuliahan di gedung tersebut pada jam-jam sibuk selalu terlambat dan padat. Dosen saya pernah mengatakan bahwa mayoritas mahasiswa UNJ yang bertaraf sarjana maupun pasca sarjana dididik menjadi pengajar dan salah satu kompetensi dari pengajar yang memumpuni adalah kompetensi personal yang baik seperti kedisiplinan dan pengendalian diri yang baik. Namun, tiga tahun menjadi mahasiswa UNJ belum sekalipun saya tidak berdempit-dempitan di dalam lift gedung bertaraf Internasional pada jam sibuk. Bau ketek, bau minyak nyongnyong mahasiswa dan dosen, bau knalpot dan bau stella (nama merk) bercampur menjadi satu kaleng sarden yang enak dimakan ketika sahur.
Prof Dr Djali yang agung, saya begitu kesal dan sebal ketika mahasiswa militan itu membicarakan keburukanmu di bulan Ramadhan, saya pernah berfikir bahwa sangat membuang-buang waktu juga kau memikirkan tentang mahasiswa dan pembangunan UNJ dari fisik maupun non fisik.
Saya kira ada pembahasan lain yang lebih penting kau bicarakan tentang UNJ. Sehingga lingkaran mahasiswa militan itu tidak terlalu berpengaruh terhadap jabatanmu. “Mereka semua terlalu berlebihan dan radikal” begitu kata dosen yang sepemahaman denganmu. Bagaimana mungkin mahasiswa yang masih minta uang jajan kepada orang tuanya membentuk persatuan dan kesatuan masyarakat UNJ agar dapat menurunkanmu dari kursi jabatan? Teringat ketika golongan muda lah yang menculik Sukarno dan Hatta pada malam 16 agustus 1945 untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia terhadap penjajahan Jepang. Dan setelah kejadian itu tidak ada satu bukupun yang menyatakan perlakuan golongan muda pada malam hari itu adalah gerakan radikal dan kejahatan padahal jika saya membuka kamus KBBI kata dari penculikan adalah konotasi yang buruk dan jahat. Mengapa dalam buku sejarah SD sekalipun tidak pernah penulis menyatakan hal itu sebagai tindakan yang buruk?.
Prof Dr Djali yang agung, tak pernah saya bertemu langsung kepada dirimu, terakhir saya bertemu langsung ketika penutupan MPA (Masa pengenalan Akademik) di stadion kampus B saat itu juga saya tidak terlalu jelas melihatmu di kerumunan ribuan mahasiswa baru, yang kuingat saat itu dirimu memakai kaca mata hitam dan almet khas hijau muda.
Saya sering loh searching kepada mbah google tentang dirimu, berapa anakmu, dan berapa gajimu. Bagaimana dirimu bepikir tentang kami? Apakah dirimu pernah berkeliling UNJ di pagi hari? Apa yang sedang dirimu pikirkan? Bisakah kita bertemu dan saling senyum bertegur sapa? Kutunggu balasanmu dalam tulisan ini, semoga dengan surat cinta ini dapat menjalin kesaudaraan yang kuat antara dirimu dan kami.
Wassalamualaikum Wr Wb
Sinta Fatimah
Jakarta, 12 Juni 2017