Demokrasi adalah berdialektika dan mensyarat kan sebuah dialog. Komunikasi timbal balik. Saling menghormati dan menghargai bukan saling lempar tuduhan dan lapor melaporkan. Dialog bagian terpenting dalam demokrasi, dalam dialog sering ada cekcok , pemahaman yang tak seragam, kepentingan beragam dan dialog sering kali ramai, namun demokrasi tak melulu soal diskusi. Maka dalam demokrasi harus ada forum dan otoritas untuk membuat keputusan, masalahnya, keputusan harus diambil bijak dan tanpa bertentangan dengan proses berdemokrasi. Seorang yang diberi mandat memutuskan, tidak bisa dan tidak boleh memutuskan kehendak hatinya semata.
Pemimpin yang menegasikan proses demokrasi adalah pemimpin yang tak punya hati , jauh dari semangat demokrasi dan berhak diingatkan bahkan dijatuhkan, seharusnya pemimpin mendengarkan aspirasi melakukan refleksi dan memutuskan dengan hati. Proses demokrasi, mulai dari timbul masalah, interaksi, deliberasi, lobby hingga akhirnya eksekusi dan catatan akhir selalu menimbulkan keresahan, sebab pemimpin tak mempunyai niat untuk berdemokrasi.
Demokratisasi kampus bermakna penciptaan sebuah kondisi yang memungkinkan seluruh unsur dikampus (Mahasiswa, Birokrat, pengajar dan pegawai) bisa memiliki hak yang sama dalam merumuskan kebijakan dan orientasi penyelenggaraan pendidikan di kampus. Kemarin tepat hari selasa 16 mei 2017 dikampus ini , ada dosen yang di polisikan hanya karena ia menulis, hanya karena ia kritis, hanya karena ingin menegakkan kultur budaya kampus yaitu ilmiah dan demokratis. Dimana ada tesis pasti ada anti tesis, ada sebab- ada akibat.
Pelaporan kepolisian yang dialamatkan pada Dosen Sosiologi Ubedillah Badrun . Ini mencoreng demokrasi pendidikan Indonesia, pembungkaman. Dalam hukum tertinggi dinegara ini jelas bahwa pendidikan yang digagas para pendiri bangsa ini adalah pendidikan yang bermakna kritis , bersemangat dan emansipatoris, bukan malah gaya pendidikan tradisional yang mengarah pada depolitisasi institusi pendidikan bahkan mengarah pada anti demokrasi pada unsure kehidupan kampus. Yang nantinya anti demokrasi hanya akan menimbukan budaya bisu, kebudayaan bisu menurut Paulo Fraire “ kondisi cultural sekelompok masyarakat yang ciri utamanya adalah ketidakberdayaan dan ketakutan umum untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan sendiri”. Dan budaya bisu ini bukti kemunduran sebuah peradaban.
Sebelum nya saya ucapkan selamat Dies Natalis UNJ ke-53 selamat telah menciptakan kampus yang jauh dari nilai-nilai Akademik, selamat menjadi kampus yang anti demokrasi, dan selamat anda telah perkenalkan pada adik-adik Mahasiswa baru arti dari ke Dzoliman.
Semoga Allah melindungi kita semua.
Danu Risky Fadhilla
Mahasiswa UNJ