Banyak fenomena salah jurusan yang melanda sebagian besar mahasiswa di Indonesia. Ini karena kurangnya informasi dan ketidakcermatan dalam memilih jurusan. Sungguh ironi memang, pada saat sedang gencar-gencarnya sosial media dengan informasi terkini dan dapat dengan cepat diketahui, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Kecermatan memilih jurusan di perguruan tinggi tidak hanya dilihat dari peminat atau peluang karir, tapi juga kapasitas diri. Memantaskan diri mungkin menjadi dua kata yang bisa dipertimbangkan dalam melakukan apapun.
Saat mendaftar di sebuah perguruan tinggi tentunya setiap siswa diminta memilih beberapa jurusan (biasanya tiga) berdasarkan urutan prioritas. Meskipun sudah mempertimbangkan segala aspek yang ada, tetap saja persaingan satu kursi di jurusan prioritas sangat besar. Hal ini karena persaingan masuk di perguruan tinggi (apalagi negeri) sudah masuk skala nasional, bukan lagi regional apalagi kecamatan.
Karena persaingan yang dahsyat itulah, banyak mereka yang tidak berhasil masuk di jurusan prioritas. Walaupun jurusan kedua dan ketiga merupakan pilihan sendiri, tetap saja menimbulkan perasaan ‘terbuang’ yang melekat hingga pada saat kuliah. Apalagi jika jurusan tersebut memiliki peluang karir yang katanya rendah. Hingga akhirnya banyak dari mereka yang memilih mengundurkan diri dan mendaftar di perguruan tinggi biasa dengan jurusan prioritas tersebut. Atau bahkan dilanda kegalauan karena bingung harus lapor diri atau tidak.
Dilansir dari laman http://www.kompi.xyz.com yang mengatakan bahwa jurusan kedokteran dan informatika memperoleh urutan paling atas menjadi jurusan favorit yang dipilih banyak orang. Masing-masing berada di urutan 1 dan 2.
Mahasiswa buangan adalah sebutan yang biasa melekat pada orang-orang yang tidak terpilih di jurusan prioritas atau istilahnya terlempar ke jurusan berikutnya. Menjadi mahasiswa ‘buangan’ bukanlah akhir dari segalanya. Yang perlu dipahami adalah tidak ada yang tahu karir kita di masa depan kecuali kita sendiri dan Tuhan tentunya. Bukan jurusan yang menentukan karir. Toh banyak mereka yang dari jurusan A pada akhirnya bekerja di bidang yang bukan A. Ini semua tergantung pada bagaimana kita membawa diri menuju kesuksesan.
“Apapun fakta yang ada di depan kita, tidak lebih penting dari sikap kita dalam menghadapinya, karena itulah yang menentukan keberhasilan atau kegagalan kita.” – Norman Vincent Peale
Kata sukses bukan hanya jadi milik mahasiswa kedokteran atau ekonomi yang notabene menjadi jurusan favorit dan paling banyak dicari. Dokter tidak akan sukses tanpa pasien begitu juga dengan pengusaha yang tidak akan sukses tanpa konsumen. Semua punya kesuksesan di bidangnya masing-masing.
Menjadi mahasiswa bukan hanya soal IPK (Indeks Prestasi Kumulatif), tidak sesederhana itu! Saat ini sudah eranya mahasiswa paket lengkap (cerdas, kreatif, kritis, religius). Kalau sudah begini jelaslah bukan lagi soal jurusan tapi lebih kepada individu masing-masing.
Satu lagi yang menjadi masalah adalah pandangan sosial terhadap suatu jurusan. Image yang seakan sulit untuk diubah seakan sudah meracuni pikiran orang awam. Misalnya, jurusan pendidikan yang cenderung dipandang sebelah mata. Sehingga munculah istilah “Mentok-mentok jadi guru” seakan menyiratkan bahwa menjadi pendidik merupakan pilihan paling akhir. Padahal kenyataannya, menjadi pendidik bukan perkara mudah karena mereka bertugas memanusiakan manusia.
Baca juga: 6 Keunggulan Menjadi Guru Jebolan UNJ
Ada salah seorang rekan mahasiswa dari jurusan PG-PAUD UNJ yang mendapat pengalaman di-judge sana-sini oleh banyak orang karena jurusannya. Banyak yang mengatakan “Ngapain kuliah jurusan PAUD, lulus SMA juga bisa jadi guru PAUD!”. Banyak yang merendahkan hingga suatu ketika mereka secara spontan mengatakan “Aduh ribet banget sih ngurusin anak kecil satu ini”. Look! It’s not easy as you said!
Sudahlah, berprasangka boleh tapi jangan pernah berpendapat tanpa memiliki pengetahuan sama sekali! Setiap jurusan punya kesulitan dan keunikannya masing-masing. Memangnya si komentator itu pernah mengalami semuanya? Jadi… janganlah bersedih hati atas sesuatu yang semacam ini. Jadilah pendengar cerdas yang mencerna apapun yang didengar dengan baik.
Yang terpenting adalah tidak ada jurusan buangan atau sebutan semacamnya. Tidak mungkin sebuah perguruan tinggi menyediakan jurusan buangan. Yang ada si universitas itu akan sepi peminat.
Zaman memang selalu berubah dan tidak pernah bisa ditebak. Karena belakangan ini dunia sedang krisis moral terutama Indonesia. Saat ini mungkin sedang zamannya teknologi yang mana industri aplikasi smartphone menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Tapi siapa yang tahu kalau selanjutnya jurusan kamulah yang paling dicari. Atau bisa jadi kamu yang membuat jurusan kamu eksis di dunia. Itu malah lebih bagus lagi.
Tipsnya adalah PEKA! Jadilah orang yang peka terhadap fenomena di sekitarmu. Sadar dengan kabar dunia saat ini, jangan menjadi orang yang buta informasi atau bahkan pura-pura buta dengan segala hal. Setelah menemukan apa yang menjadi masalah cobalah temukan hal yang bisa dijadikan solusi dari masalah yang ada dengan menghubungkannya ke jurusanmu. Sekali lagi, kualitas diri itu yang terpenting.
“Ada dua cara untuk menjalani hidup ini dengan mudah, percaya pada segala sesuatu atau meragukan segala sesuatu.” – Theodore Robin
Seperti kata Theodore bahwa sebenarnya hidup sesederhana itu jika kita pahami konteksnya. Oleh karena itu, tidak perlu galau memikirkan gambaran masa depan sendiri. Sikap kita saat inilah yang sebenarnya paling penting. Ibaratnya tidak perlu galau memikirkan seperti apa di surga atau neraka karena yang terpenting adalah berbuat baik sebanyak-banyaknya.
Oleh: Istiandari (FIP)