Pengantar
Popularitas suatu perguruan tinggi tidak jarang dipengaruhi secara siginfikan oleh kedudukan alumni dalam suatu struktur sosial yang oleh publik dipersepsi “berhasil’ dalam bidang-bidang tertentu. Popularitas yang dibangun oleh keadaan seperti ini, tidaklah salah, tetapi sifatnya sangat temporer dan bahkan bisa tidak berarti apa-apa bagi perguruan tinggi atau malah tidak ada hubungan sama sekali dengan (prestasi) perguruan tinggi tersebut. Sebab ada banyak orang dengan kedudukan yang dimilikinya tidak dipengaruhi oleh kampus dimana ia pernah belajar. Oleh karenanya yang dibutuhkan bukanlah sekedar popularitas, melainkan reputasi.
Keberadaan alumni yang turut membangun reputasi almamaternya karena keberadaan alumni mampu membangun persepsi publik bahwa perguruan tinggi melalui alumninya mencerminkan suatu prestasi dan karakter perguruan tinggi tersebut. Di sinilah, keunggulan komparatif sebagai suatu keunikan/keunggulan tertentu dari suatu perguruan tinggi dan itu tercermin dari lulusannya menjadi sangat penting.
Baca Juga : Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta (IKA UNJ) Siap Gelar Mubes ke-VIII
Selain itu, ada relasi yang sehat (yang memberikan nilai lebih) antara sesama alumni maupun dengan universitas. Maka, saat ada alumni yang menduduki posisi yang baik dalam struktur sosial tertentu adalah akibat dari kualitas perguruan tinggi tersebut plus jaringan yang sehat antara alumni maupun antara alumni dengan perguruan tinggi. Pada level ini, antara mahasiswa, alumni dan pergurun tinggi dapat saling membanggakan.
Sebagai jebolan IKIP/UNJ, pertanyaan sederhana saya dan alumni lainnya adalah apakah alumni-alumni UNJ sudah menjadi salah satu faktor yang membuat UNJ ini memiliki reputasi yang baik? Apakah ikatan alumninya sudah mampu memfasilitasi para alumni untuk kepentingan tersbut? Pertanyaan lebih tinggi lagi adalah sebagaimana tema mubes ini, apakah IKA UNJ, khususnya IKA UNJ sudah memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada pertanyaan yang levelnya lebih sepele, yakni apakah semua mahasiswa menyadari bahwa di kampusnya ada organsiasi alumni? Pertenyaan sepele tetapi penting, karena menyangkut pengetahuan tentang gambaran dari lulusan kampusnya. Selain itu, pengenalan mahasiswa akan keberadaan oragnsiasi alumni itu terkait dengan manfaat atau konstribusi yang diketahui bagi civitas akademik. Dalam bahasa yang sederhana, jika keberadaan organisasi alumni dianggap tidak membawa manfaat bagi civitas akademika, maka wajar jika mahasiswa tidak mengenal keberadaann organisasi alumni.
Nalar umum kita pasti mengatakan bahwa organsiasi alumni itu penting dan oleh karena itu mari kita buat organsiasi ini benar benar menjadi penting.
Modal Sosial IKA dan Pengembangan Bangsa
Organisasi alumni merupakan wadah berhimpunnya para lulusan yang bagi kampus tua seperti UNJ, jumlahnya sangat banyak, memasuki beragam kegiatan/ativitas, pekerjaan/profesi, dan menyebar luas ke seluruh negeri, bahkan luar negeri. Keberadaan alumni yang demikian, jika diorganisir akan membentuk jaringan sosial yang sangat besar dan kuat. Lalu, tinggal memanage supaya memberikan manfaat. Jaringan inilah yang dapat kita sebut sebagai modal sosial[1].
Setidaknya, tiga elemen (di samping elemen penting lainnya) dari modal sosial yang ada dalam organisasi alumni UNJ dapat menjadi modal yang sangat berharga untuk mencapai tujuan-tujuan organsiasi ini. Modal tersebut adalah, adanya karakteristik alumni yang memiliki basis pendidikan di bidang pendidikan. Kedua, Jaringan. Alumni UNJ jumlahnya sangat besar, menyebar dan memiliki status atau latar belakang aktivitas, pekerjaan, kedudukan dan status lainnya. Ketiga adalah hubungan timbal balik atau kerja sama. Pengandainnya adalah, jika jaringan alumni yang mumpuni di bidang pendidikan yang jumlahnya besar dan menyebar ini dapat bekerja sama untuk kemanfaatan anggota, organsiasi dan civitas akademika, maka IKA UNJ akan benar-benar telah bekerja dengan baik dan dirasakan manfaatnya secara nyata. Tentu dalam konteks kerja sama ini dilandasi oleh elemen modal sosial yang lain, yakni kepercayaan (trust).
Tujuan apa yang hendak dicapai dan bagimana strategi pencapainnya? Secara umum, tujuan organisasi alumni adalah mendukung tujuan perguruan tinggi terutama terkait dengan tri darma perguruan tingi. Praktiknya, organisasi alumni menurut saya dapat fokus pada usaha pencapaian tiga tujuan, yakni terkait akademik, profesionalisme dan sosial.
Pertama, di bidang akademik, peran organisasi alumni dapat diwujudkan dengan membantu sivitas akademika untuk mendapatkan peluang, jalan atau kesempatan dukungan bagi pengembangan akademik, misalnya, mencarikan sumber daya untuk mendapatkan dana riset, mencarikan peluang bea siswa, memfasilitasi dialog, seminar dan diskusi ilmiah, penerbitan jurnal ilmiah dan publikasinya. Dapat juga memfasilitasi kerja sama perguruan tinggi dengan pemerintah, swasta ataupun lembaga-lembaga internasional. Pada konteks IKA UNJ, gerakan atau tujuan ini semakin relevan untuk memperkuat identitas ke-UNJ-an, yakni pendidikan. Di sinilah peran alumni untuk membantu menuingkatkan reputasi di bidang akademik. Rilis lembaga-lembaga resmi tentang peringkat UNJ sangat rendah saat ini diantara perguruan tinggi lainnya, bahkan dibandingkan dengan universitas bekas IKIP lainnya.
Kedua, di bidang profesionalisme. Alumni atau organisasi nya dapat memfasilitasi lulusan baru untuk mendapatkan kesempatan bekerja, pengembangan profesi, atau minimal memberikan berbagai informasi terkait dengan pekerjaan ataupun pengembangan profesi. Keberhasilan dalam misi ini akan sangat berdampak pada tingkat kebanggaan mahasiswa pada alumni dan organsiasinya.
Ketiga, bidang sosial dalam bentuk implemnetasi tanggung jawab sosial alumni baik kepada alumni, perguruan tinggi, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Jargon “Building Future Leader” dapat menjadi jembatan untuk memfasilitasi penciptaan ruang-ruang bagi civitas akademik mengembangkan kepemimpinan di berbagai bidang, seperti ekonomi, birokrasi, sampai politik.
Dimana konteks peran strategis alumni dalam pembangunan atau pngembangan bangsa. Peran alumni pada pembangunan bangsa sesungguhnya terletak pada keberhasilan alumni untuk mencapi ketiga tujuan tersebut. Pada tujuan pertama membangun basis pendidikan yang kuat dan bermutu sebagai syarat penting bagi kemajuan masyarakat dan bangsa. Pencapaian tujuan pertama akan mendukung pencapaian tujuan kedua, yakni memfasilitasi lulusan perguruan tinggi untuk tidak nganggur dan membebani negara, tapi justeru menjadi pelopor bagi penciptaan pekerjaan dan pengembangan profesionalisme. Sedangkan pada pencapaian tujuan ketiga, organisasi alumni dapat menjadi sarana atau jembatan komunikasi dan fasilitas ‘kemudahan” bagi alumni untuk meraih kesempatan-kesempatan terbaik dan menentukan bagi negara ini.
Jika UNJ dan IKA UNJ bersinergi dengan para pihak terkait, maka bukan hal mustahil akselerasi pencapaian tiga tujuan tersebut terwujud.
Strategi Pencapaian dan Manajemen
Saat organsiasi melakukan rapat kerja, sangat keliatan semangat dan banyaknya program yang dicanangkan. Sehingga, sering kita melihat banyak ‘daftar atau deskripsi keinginan’ ketimbang progam kerja yang realistis. Bagaimana implementasinya? Bukankah selama ini berbagai organsiasi, sangat faseh menyusun program kerja, tetapi tidak trampil, bahkan gagap impelemntasinya.
Menyusun ‘daftar keinginan’ pun bukanlah salah, bahkan bisa jadi positif. Hal ini menunjukan betapa terdapat semangat dan komitmen yang kuat untuk membuat organisasi ini dapat mencapai tujuan-tujuannya. Pertama-tama, IKA UNJ mestinya menyusun strategi organsiasi dan strategi kerja untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, termasuk menyusun prioritas program.
Kedua, melakukan pendataan dan pemetaan alumni. Tujuannya untuk mengetahui persebaran wilayah dan persebaran profesi, sekaligus memetakan potensi yang dapat dimobilisasi dan dikonolidasikan sumber daya yang melekat pada alumni.
Ketiga, Membangun komunikasi dan sinergi dengan berbagai pihak yang berpotensi dapat memberikan sumber daya yang ada untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Pihak-pihak tersebut dapat berasal dari lembaga-lembaga pemerintah, swasta, civil societies, lembaga-lembaga donor dalam dan luar negeri. Keempat, menyusun dan mengimplementasikan program prioritas sampai pada sasaran program ideal yang diinginkan sesuai dengan rentang waktu yang ditentukan.
Apakah mudah?. Tentu saja tidak. Terkesan sangat ideal dan mudah untuk mewujudkannya. Realitasnya pasti tidak mudah dan banyak halangan, sebagaimana selama ini dialami IKA UNJ dan IKA-IKA yang lain. Tentu, banyak yang berkeinginan luhur untuk berbuat baik bagi UNJ dan bangsa melalui IKA UNJ. Banyak pula program dan kegiatan ingin diimpelentasikan, seperti gambaran di atas.
Halangan utamanya biasanya berasal internal sendiri. Pertama-tama adalah menyingkirkan penyakit organsiasi sebagai birokrasi yang kaku. Meminjam istilah Weber, birokratisasi dalam organsiasi dapat menciptakan apa yang disebut dengan ‘iron cage“, penjara besi. Terpaku pada pakem, pola dan akan berjalan sekedar memenuhi rutinitas dan sudah pasti memasung kreativitas.
Kedua, harus ada kesadaran bahwa mengurus organsiasi sesjenis IKA ini merupakan bentuk kesukarelawanan (voluntaristik), semata mata ingin mengabdi, membalas budi dan tanggung jawab moral selaku orang yang pernah mendapatkan gemblengan sehingga bisa menjadi sarjana dan berkiprah di berbagai bidang. Kesadaran ini penting untuk membangun kerelaan dan menjauhkan diri dari keinginan menjadikan organsiasi sebagai alat untuk kepentingan lain di luar kepentingan yang tidak ada hubungannya dengan tujuan organisasi ini.
Ketiga, dalam pengelolaan organisasi, pola kepemimpinan haruslah inklusif, agar para pihak dapat berpartisipasi dan muncul kreativitas dan dinamika yang progresif/membawa kemajuan. Seringkali organsiasi ini macet karena sifat keopemimpinan yang teertutup dan hanya bertumpu pada figur ketua umum. Model kepemimpinan yang tertutup dan terlalu tergantung pada ketua umum ini seringkali tidak kita sadari karena kemauan kita sendiri. Mencari ketua umum sering bertumpu pada tokoh yang memiliki kedudukan dan memiliki sumber daya pribadi yang kuat. Menurut saya baik saja mencari figur seperti itu, tetapi praktiknya juga banyak yang tidak jalan.
Selamat berMUBES, semoga IKA UNJ semakin dirasakan manfaatnya sehingga membanggakan karena turut membangun reputasi UNJ dan bangsa.
Jakarta, 7 April 2017.
Oleh : Juri Ardiantoro
Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah Angkatan 1992.
[1]Tentang modal sosial banyak ditulis oleh ilmuwan sosial, tetapi Robert D. Putnam dan Francis Fukuyama adalah dua figur terkemuka soal ini.